Chereads / Scar: From The Moon / Chapter 6 - || CHAPTER 05 - NEW PEOPLE ||

Chapter 6 - || CHAPTER 05 - NEW PEOPLE ||

_ Apa alasan dirimu hingga bersikap begitu manis kepada diriku?_

************

AKu arahkan tubuh ini memasuki sekolah menuju kelas tempatku belajar. Tentu saja dengan iringan beberapa pasang mata yang menatapku entah dengan apa artinya. Kabarku yang berangkat bersama dengan pentolan sekolah ini bagaikan air yang membanjiri jalanan yang terus mengalir deras. Saat kaki ini menyentuh dasar lantai kelas,terdengar seruan dari sahabatku Nesya.

"Woi Ara!!!" teriaknya kepadaku.

"Apaan Nes?" tanyaku bingung melihat Nesya yang sudah heboh melihatku.

"Lo berangkat ama Deon gak bilang-bilang gue,astaga," serunya yang sudah berdiri dari tempat duduk yang ada di samping diriku.

"Tiba-tiba aja dia nya udah ada di luar rumah gue," jelasku.

"Kok dia bisa tau rumah Lo si?! Gue aja belum tau rumah Lo Ra!! Astaga,gercep amat Si Deon," sekali lagi Nesya terlalu heboh menanggapi itu. Toh, diriku dan dirinya tidak ada hubungan yang berarti.

Aku hanya bisa mengedikkan bahuku untuk menjawab pertanyaan dari gadis itu. Aku pun tidak tahu bagaimana caranya Deon Callum Brixton bisa tahu di mana lokasi rumahku.

"Lo gak papa kan Ra?" tanya Mea dengan nada yang sedikit khawatir kepadaku.

"Ga papa Mea," balasku menenangkan dirinya.

"Lo beneran berangkat sama Deon Ra?" tanya Iva dengan nada tenangnya.

"Iya beneran Va," sembariku letakkan tasku di atas meja dan menarik bangku itu untuk ku duduki.

"PAGII SEMUAAAA!!!!!" gelegar suara itu berasal dari sahabat baruku Anna yang baru saja sampai di kelas kami.

"WOII ITU MULUT APA TOA?!" tanya Michael selaku ketua kelas XII MIPA 2.

"Lo ngajak bercanda apa berantem hah?!! " Anna yang baru saja datang langsung emosi mendengar pertanyaan sang kapten kelas.

"Gue cuma tanya Lo itu bisa gak ngomong kecilin dikit,senep kuping gue! ngerti kagak?" tanya Michael sembari menatap sengit gadis yang ada di hadapannya.

"Lo aja yang sewot," seru Anna dengan nada mengejek.

"Lo lah yang gak punya malu!" ejek Michael lagi.

"Lo tu ya----

"LO BERDUA BISA DIEM KAGAK!!!! KUPING GUE SEKARANG YANG SENEP DENGERIN OCEHAN LO BERDUA!!" teriak Mea yang berhasil mengakhiri pertengkaran mereka berdua.

Mereka berdua langsung kembali ke tempat semula,dengan Anna yang menghampiri kami berempat.

"Dah kelar?" tanya Iva masih dengan mode tenangnya sembari menerima ponsel yang ada dalam genggamannya.

Anna hanya mengangguk dan meletakkan tasnya pada bangku tempatnya dan menghampiri kami kembali.

"Ada berita besar hari ini," celetuk Nesya yang membuat diriku langsung melotot. Jangan sampai dia mengatakan ini kepada Anna.

"Ara berangkat bareng sama Deon," lanjutnya tanpa melihat diriku yang menampilkan wajah memelasku padanya.

Harapanku sirna secara sia-sia tatkala Nesya menyerukan lima kata tersebut. Kelar Lo Ra.

"WHAT?! BENERAN NES ?! RA?! SUMPAH LO KAGAK NIPU GUE KAN??" bahkan ini lebih heboh dari teriakannya 5 menit yang lalu.

"Kagak na,sante aja,mulut Lo di kontrol dikit bisa? Satu SMA udah tau elah," santai Iva yang masih melihat layar gawainya.

"What!! Astaga!! Kudet banget gue!!" katanya sembari menepuk dahinya merasa menjadi orang paling bodoh satu sekolah.

"Udah-udah na,kasihan itu dahi,nanti benjol ngomel-ngomel lagi," ucapku yang membuat dirinya berhenti melukai dirinya sendiri dan mendengus kesal seperti seorang sahabat yang telah dikhianati.

"Btw,itu Hoodie punya siapa Ra?" tanya Nesya sembari menunjuk Hoodie hitam yang ada di atas pangkuanku.

"Astaga! Lupa gue! Ini punya Deon," hebohku sembari menatap kembali Hoodie lelaki itu.

"Eh iya astaga,ini kan lambangnya The Wilders,cuma anggota mereka yang punya Hoodie jenis ini,," jelas Mea sembari ikut memeriksa Hoodie yang ada di pangkuanku saat ini.

Aku yang mendengar itu hanya mengangguk, artinya Hoodie ini sangat penting baginya. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk mengantarnya kembali kepada sang pemilik.

"Nanti gue balikin,Lo pada mau anterin gue kagak?" tanyaku dengan cengiran yang khas.

"OGAH!" seru mereka berempat bersamaan.

**************************

Jam pelajaran pertama telah berakhir disusul oleh mapel bahasa Indonesia. Waktu kembali berjalan namun tak menampakkan sang pentolan sekolah itu. Entah dimana keberadaannya.

"Eh Nes," bisikku pada Nesya yang ada di samping kananku.

"Hmm," dehamnya singkat.

"Si Deon mana?"

"Ya mana gue tau lah,dia mah udah kayak jalangkung datang tak diundang pulang gak diantar," jelasnya masih dalam mode lirih.

"Lah,terus ini gue ngembaliin Hoodienya gimana? " tanyaku dengan wajah yang pasrah dengan keadaan.

"Lo temuin aja di kantin kalo nggak rooftop,"

"Beneran?"

"Iya bener,biasanya pada ngumpul di situ,Lo mau nyamperin sendiri nih?"

"Lah Lo berempat kagak ada yang mau,"

"Hehe maaf,kami berempat malas berurusan dengan kapten The Wilders," jelasnya dengan cengiran khas.

"Ck!" decakku yang telah kesal pada teman-temanku yang terkasih.

Aku dan Nesya telah memberhentikan pembicaraan tidak bermutu dari mulut kami tergantikan dengan perhatian sepenuhnya yang kami curahkan kepada pelajaran satu ini yang memang memerlukan ketegaran supaya tidak terjun ke dalam dunia mimpi.

*************************

Menit-menit berlalu melintas bagaikan kendaraan yang berlalu-lalang di tengah jalanan kota. Bel telah berbunyi 20 menit yang lalu yang mengharuskan para siswa untuk beristirahat lelah dengan materi pembelajaran yang mengantri terlalu banyak untuk dicerna oleh otak.

Kini mereka berlima sudah ada di dalam kantin dengan banyak kerumunan siswa lain yang sama lelahnya dengan gadis-gadis itu. Masih Ara genggam Hoodie lelaki itu dengan hati-hati, supaya tidak ada suatu hal yang buruk yang bisa terjadi pada Hoodie itu.

"Liat Deon kagak?" tanya Ara pada keempat teman barunya.

"Ck! Lo dari tadi nyari nya Deon mulu! Kalo kena pelet Lo ama dia bisa berabe urusannya," ceplos Anna yang sudah kesal melihat tingkah gadis itu yang masih sibuk mencari sang pentolan sekolah tersebut.

"Ya kan gue mau balikin ini,kalo dia ngamuk bisa berabe juga urusannya,tambah parah mungkin," jelas Ara yang tak ada maksud lain dengan niatnya itu.

"Gue takutnya kalo Lo naksir dia gimana Ra?" tanya Iva dengan nada polosnya.

"Aish! Kok Lo mikirnya gitu si,gak mungkin lah gue bisa naksir sama dia," jelas Ara yang terlihat memutar bola matanya malas.

"Ya kan bisa aja,selama ini Lo diperlakuin kayak spesial gitu sama Deon Ra,bisa aja ni salah satu dari kalian nanti ada yang falling in love,hahahaha," seru Mea yang sudah tertawa tidak jelas.

"Iya,perasaan kan gak ada yang tahu,bisa aja Lo naksir dia walaupun Lo nggak sadar," tambah Iva yang sudah terlihat bijaksana dari mereka berlima.

"Hahaha,bisa aja tu,parah ni," celetuk Nesya yang dari tadi sudah menahan tawa melihat Ara yang sudah berwajah merah padam terlihat imut padanya.

"Aish! Udahlah bodo amat aing," seru Ara yang sudah lelah dengan pembicaraan keempat temannya yang sudah berbelok kemana saja.

Teman-teman Ara hanya tersenyum tipis dan melanjutkan kegiatan mereka untuk menghabiskan makanan yang ada di meja itu. Mereka juga tidak mau membuat teman barunya merasa terganggu dengan candaan mereka. Saat keadaan masih hening terdengar suara sinis dari ujung kantin.

"MAUREEN ARANDRA FINLEY! MANA TU ORANG?" seruan gadis itu sangat keras.

"Aish! Si Bianca kok nyariin elo Ra?!" cemas Nesya melihat Bianca Jane Jorell beserta Melissa Natalie temannya berteriak mencari Ara.

"Emang siapa dia?" tanya Ara penasaran.

"Dia Bianca,dia udah suka sama Deon sekitar 3 tahun dan mungkin dia denger kabar Lo Deket sama tu cowok makanya nyariin elo," jelas Iva.

"Terus gue harus gimana? Kok keliatannya galak banget astaga,"

"Tenang aja dia tu nggak ada apa-apanya sama elo," seru Anna menyakinkan Ara.

"Hush,gimana kalo Ara dilabrak bego!" heboh Mea.

"Biarin aja lah,lagian gue gak ada apa-apa sama Deon," ucap Ara dengan tenang sembari menegak es teh gadis itu.

"Beneran Ra?" tanya Mea sekali lagi.

"Iya bener,"

"MAUREEN ARANDRA FINLEY ! NGAKU LO,BRENGSEK !" umpat Bianca lagi membuat siswa lain yang ada di sana menggigil ketakutan.

"Bacot!" seru Ara membuat keempat temannya melotot bersamaan.

"Woi! Siapa woi yang ngumpat!" teriak Melissa Natalie dengan sepasang mata yang berkeliaran menatap seluruh sudut ruangan.

"Lo yang namanya Maureen itu hah?!" tanya Bianca sekarang yang menatap Ara nyalang.

Ara yang mendengar pertanyaan itu membuat ia menganggukkan kepalanya santai.

"Oh! Ini orangnya,ck!" ucap Melissa meremehkan.

"Tadi pagi bener Lo berangkat bareng Deon?" Bianca kini mengangkat suaranya tenang tapi tidak dengan matanya yang melirik sengit.

Ara mengangguk singkat menjadi jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.

"Lo pake pelet apaan buat si Deon?" pertanyaan itu menelusup masuk ke telinga Ara membuat darahnya mulai memanas perlahan.

"Kalo ngomong mikir dulu," celetuk Nesya diam-diam tak suka melihat sahabatnya dilabrak oleh seorang Bianca.

"Ngikut aja Lo Nes!" kini Melissa yang angkat bicara.

"Lo juga ngapain ikut nimbrung," balas santai Nesya tak ada takut sedikitpun dalam dirinya.

"Alesan!" tatapan nyalang itu sudah tersaji manis di kedua mata Melissa.

"Bacot!" kini Bianca yang sudah mendidih menatap Melissa dan Nesya bergantian.

Bianca pun maju satu langkah di hadapan Ara dengan kedua mata yang masih menatap sengit gadis di hadapannya.

"Kita liat aja besok" sekumpulan kata-kata itu dibisikkan oleh Bianca ke telinga Ara.

Perlahan dirinya mundur dan mulai menjauhi Ara dan keempat temannya. Sedangkan Melissa yang ada di sana masih memandang Nesya sengit.

"Lo brengsek!" umpat Melissa terang-terangan membuat Nesya mendidih.

"Eh anjing Lo ya!"

"Ulang lagi coba! Ulang! " amarah Melissa pun meledak membuat dirinya menjambak rambut Nesya yang tergerai panjang.

"Shh,sakit goblok!! Lepas brengsek!"

Dan terjadilah peristiwa pertengkaran hebat di tengah keramaian kantin yang membuat orang terfokus kepada dua insan yang sedang menjambak rambut satu sama lain.

"Nes udah," lerai Ara membuat ia harus turun tangan.

"Nesya Melissa udah,kagak malu apa diliatin orang! " Mea, Iva,dan Anna juga ikut turun tangan untuk melerai kedua gadis tersebut.

"Ck! Bacot Lo!" teriak mereka berdua bersamaan.

"Astaga,udah Nes," lerai Ara lagi.

Bruk!

Ara yang tengah melerai mereka berdua malah terdorong oleh Nesya dan Melissa membuat kepalanya terantuk sudut meja kantin.

"Astaga,Ara! " teriak Anna yang melihat Ara yang sudah terduduk kesakitan.

"Shh,"

"Lo gak papa Ra,?!" tanya Nesya khawatir karena dirinya Ara kesakitan sekarang.

"Shh,gu-gue gapapa,"

Tidak usah tanyakan bagaimana gelisahnya seorang Melissa Natalie sekarang. Dikarenakan perbuatannya seseorang terluka. Melissa hanya menatap Ara yang tengah meringis kesakitan dan tak lama meninggalkan kerumunan itu tak lagi menampakkan diri.

"Gapapa apanya Ra! Jidat Lo berdarah!" ucap Iva penuh emosi.

"Shh,gue gapapa," lirih Ara yang menjadi ucapan terakhir hingga dirinya tak sadarkan diri.

"Ara!!! Astaga!! Bawa ke UKS cepet!!" heboh Mea bergema di tengah kantin.

"Minggir!" suara bariton terdengar di belakang mereka yang membuat mereka menoleh.

Suara itu milik Deon sang pentolan sekolah. Dirinya memang bolos hari itu dan ia beserta kawannya berkumpul di rooftop sekolah. Deon memang melihat Ara yang terjatuh tatkala ia turun dari tangga menuju kantin. Dirinya refleks berlari memecah kerumunan dan menemukan Ara yang sudah tak sadarkan diri beserta darah segar yang mengalir di dahinya.

Deon langsung memapah tubuh gadis itu dan berlari berniat membawanya ke UKS sekolah.

*****************************