_Di satu hari di mana kehilangan dirimu adalah bencana terbesar dalam hidupku_
***********
Hari itu semburat jingga telah menapaki langit semesta. Angin bertiup ringan membawa serta daun kering yang berguguran. Hari itu cukup melelahkan untuk kedua insan itu. Banyak kejadian yang tercipta pada hari itu.
"Terima kasih untuk hari ini," ucap Ara tulus dari hati.
Lelaki itu mengangguk kecil dan beralih menatap gadis yang akhir-akhir ini menetap dalam pikirannya. Lelaki itu tidak tahu pasti alasan mengapa dia berbuat seperti ini. Namun, satu hal yang membuat ia yakin akan sikapnya ini adalah kenyataan gadis yang di hadapannya adalah gambaran dari dia yang datang dari masa lalunya.
Lelaki itu kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap fokus motornya yang mulai ia hidupkan kembali. Dia berniat untuk pulang ke markas mereka karena ada beberapa urusan di sana.
"Hati-hati," kata itu terucap dari mulut gadis itu dengan tangan yang melambai menandakan perpisahan.
Deon pun menutup kembali helm full facenya dan mengangguk kecil dan mulai melajukan motornya meninggalkan gerbang rumah gadis itu.
****************************
Ara pun berjalan menuju rumahnya dan mengangguk ketika Pak Zidan menyapanya. Kembali ia fokuskan dua kakinya untuk memasuki rumah.
"Sore!" sapa Ara di ambang pintu yang disahut oleh mamanya yang ada di hadapan televisi.
"Sore Ara!! Sama siapa pulangnya?" tanya mama Seren.
"Sama temen,"
"Ya udah Sini dong mau peluk mama,"
"Ihh mama ma,bentar mau naruh sepatu dulu,"
"Oke,"
Ara langsung melepas sepatu dan kaos kakinya kemudian ia letakkan di rak khusus untuk sepatu.
"Mama," rengek Ara sembari berjalan kecil ke arah wanita yang telah melahirkan dirinya.
"Ututu anak mama udah besar,sini du-- Eh itu jidat kenapa Ra?!"
"Hehe jatuh ma,"
"Kok bisa si,sakit nggak? Itu bekas jahit kan,ya ampun,itu lukanya dalem banget nak?"
"Katanya iya ma,tadi Ara dapet 3 jahitan,tapi gapapa ini udah mendingan," jelasnya menenangkan sang mama.
"Astaga,lain kali hati-hati,ya udah sana mandi terus istirahat,udah makan belum nak?"
"Belum ma hehe,Eca mana ma?"
"Lagi di kamar kayaknya,ya udah kamu mandi dulu,mama siapin makanan nanti adik kamu panggil ya nak," Seren pun bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur menyiapkan makanan untuk kedua putrinya.
Hari ini Seren memang tidak masuk ke kantor, berbeda dengan El yang sedang sibuk akhir-akhir ini. Seren dan El memang bekerja di satu kantor yang sama hanya berbeda bidangnya saja. Seren ada di layanan konsumen dan El berada di layanan transportasi.
Ara pun bergegas menaiki anak tangganya,ingin rasanya segera membersihkan diri. Setelah 30 menit akhirnya selesai sudah ritual mandinya yang agak rumit sore itu. Dia harus menghindari luka jahitannya yang tergolong masih basah.
Ara pun mengucir rambutnya tinggi dan memoleskan sedikit bedak tabur ke seluruh permukaan wajahnya serta polesan lip tint yang menghiasi bibir pucatnya.
Ara pun keluar dari kamarnya hendak menghampiri sang adik.
Tok tok tok~
"Eca!!"
"Ya kak!!"
"Ngapain? Turun! makan dulu,"
"Bentar lagi! Tinggal kuncir rambut ini!"
"Ya udah cepet!"
"Iya iya"
Setelah mendengar balasan sang adik, Ara pun berbalik dan menuruni tangga rumahnya menuju dapur.
"Ara! Ada teman mu ini," teriak mama dari pintu rumahnya.
"Temen Ara ma?"
Ara pun menghampiri pintu kediamannya dan melongok ke luar di sanalah keempat sahabatnya berdiri sembari membawa bingkisan dan tersenyum lebar.
"Araaaa!" seru Anna yang langsung memeluk Ara.
"Iya na," ucapnya sembari mengelus pelan punggung Anna.
"Udah baikan Ra?" tanya Iva khawatir.
"Udah va,gue gapapa,"
"Ya udah masuk aja nak,mama mau ke dalam dulu ya,ayo sekalian makan,mama barusan masak,"
"Jadi ngrepotin ni Tante," ucap Iva dengan senyumnya.
"Enggak lah,temen Ara juga anak Tante," balas Mama Seren dengan senyum keibuannya.
"Makasih Tante," seru mereka bersama-sama.
Seren yang mendengar itu langsung menampilkan senyum lembutnya.
"Ara,tas Lo," ucap Nesya sembari memberikan tas punggung berwarna hitam.
"Makasih," ucapnya sembari menerima tasnya yang ada di genggaman Nesya.
"Hmm sama-sama,emm,Ra!"
"Apaan Nes?"
"Maafin gue ya,gara-gara gue Lo jadi sakit gini,"
"Gapapa elah,itung-itung buat pengalaman hidup,hahaha,"
Ucapan Ara menjadi candaan di antara kelima gadis itu. Tak ada yang spesial dari persahabatan mereka,hanya satu yang paling berharga yaitu ketulusan.
Mereka berlima pun masuk ke rumah Ara dengan gurauan khas dari kelima gadis itu hingga suara Mama Seren bergema meminta mereka untuk makan bersama. Mereka makan bersama dengan kehangatan dan topik yang tak ada habisnya. Keempat teman Ara juga berkenalan dengan Eca.
Kira-kira pukul lima mereka pulang ke rumah masing-masing karena esok mereka juga harus menunaikan kewajiban mereka sebagai siswa.
"Ara,Eca," panggil Seren di ruang keluarga membuat kedua anaknya menoleh bersama.
"Kenapa ma?" tanya Ara yang agak penasaran karena raut muka mama yang terlihat sedih.
"Emm besok mama sama papa harus kunjungan bisnis ke luar kota dua hari,kalian di rumah gapapa nak?"
"Gapapa ma,kita baik-baik aja," sahut Eca menenangkan sang mama.
"Baiklah,maafkan mama papa ya ga bisa jagain kalian,papa juga hari ini harus lembur di kantor," jelas Mama Seren menceritakan kesibukan mereka berdua.
"Iya gapapa ma,santai aja,kita juga udah terbiasa," Ara langsung mengelus punggung mamanya menguatkan.
"Jaga diri ya nak,"
"Siap mama!" seru mereka bersamaan.
"Ya udah kalian tidur,mama mau siap-siap dulu,"
Perkataan itu menjadi perbincangan terakhir pada malam itu. Mereka harus berkutat dengan alam mimpi untuk menyambut hari esok.
***************************
Hari ini hari ketiga Ara bersekolah di SMA Canopus. Pagi itu juga mama dan papanya harus menghadiri kunjungan bisnis bersama direktur perusahaan. Pada pagi ini Ara diantar oleh Pak Zidan, dirinya juga berangkat bersama dengan sang adik.
Mereka berdua harus berpisah karena lorong kedua kelas mereka berbeda. Hari itu berjalan dengan baik seperti biasanya walau kadang Ara harus merasakan pening pada kepalanya.
Hari itu Deon tidak menampakkan diri sama seperti biasa,dirinya dan teman-temannya bolos bersamaan.
Hari itu berlalu cepat hingga mereka tak sadar hari sudah di ambang sore. Para siswa pun mempersiapkan dirinya untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Ara,Lo naik apa pulangnya?" tanya Nesya yang masih ada di samping Ara.
"Palingan ojol,Lo?"
"Gue dijemput sopir kayaknya,"
"Ya udah gue pesen dulu ni,"
"Siap,ngomong-ngomong ni anak-anak pada kemana?"
"Udah pulang duluan kali,"
"Ck! ck! gak setia kawan,"
"Biarin aja lah,yang penting mereka bahagia hahaha,"
"Iya in dah,eh sopir gue udah sampe tu,gue duluan ya,Lo gapapa Ra?"
"Gapapa sante aja,Sono sopir Lo dah nunggu,"
"Eh iya,gue duluan! Ati-ati Ra!!"
"Makasih Nes,"
Nesya menganggukkan kepalanya disusul hilangnya gadis itu di hadapan Ara. Ara dengan sabar menunggu tukang ojolnya itu dengan kaki yang mengetuk-ngetuk trotoar depan sekolah.
"Kok lama banget ya?" tanya Ara pada diri sendiri.
Ara yang mulai merasa lelah langsung menduduki asal trotoar itu tak peduli rok sekolahnya akan kotor karena itu. Matanya beralih kepada layar ponsel yang ada dalam genggaman tangannya. Tangannya bermain lincah pada layar ponsel itu memeriksa pesanan ojolnya.
Menit demi menit berlalu dirinya masih belum bertemu dengan tukang ojol pesanannya. Ara yang sudah merasa putus asa lalu memutuskan untuk berjalan saja lalu menaiki angkutan umum. Dirinya beranjak berdiri dan mulai berjalan menuju halte sekolah.
Saat akan menyebrang dan di saat dirinya menoleh ke kanan-kiri, berlalu sebuah mobil hitam tepat di depan dirinya berdiri sekarang. Mobil itu kemudian melaju setelah berhenti sejenak beserta lenyapnya sosok gadis yang ada di sana.
*****************************