Chereads / Daftar Operasi TF Amethyst / Chapter 7 - 1.7 - Korban Terbesar Peperangan

Chapter 7 - 1.7 - Korban Terbesar Peperangan

Ruang Kendali Operasi B1, Lt.3 Ged. Utama, Harley Quine MOA.

Pukul 1605, 31 Januari 2025

Setelah memberi pengarahan Vex segera bergegas menuju Ruang Kendali Operasi B1, dan selama beberapa jam terakhir ia memimpin secara langsung eksekusi Operasi Little Guest.

"Intel yang didapat Sersan Heinz sama persis dengan hasil pengintaian Reaper. Basis bandit berkuda ada di lembah yang memisahkan Region Rowane dan Region Lionel. Sayangnya, mereka sudah memindahkan hasil tangkapan sebelumnya ke Region Rowane tanpa menyisakan seorang pun."

Vex mengamati area pada peta yang ditunjuk oleh Letkol. Julius menggunakan red-dot sebelum berkata.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk penduduk yang sudah masuk ke Region Rowane."

Letkol. Julius menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Dimengerti."

Vex teringat dengan anak perempuan berambut pirang dan bermata biru yang ia lihat tadi siang, dan secara reflek ia segera bertanya.

"Bagaimana dengan anak-anak di Medic Quarter?"

"Setelah terlepas dari bahaya dan kebingungan, sebagian besar anak mulai tenang, tapi beberapa yang terkecil mulai menangis saat teringat orang tua mereka. Para petinggi Medic Quarter memutuskan untuk secepatnya memulangkan mereka. Beberapa paramedis akan ikut bersama mereka dan dalam beberapa menit mereka akan berangkat."

"Perintahkan Letnan Lambert dan unitnya berjaga di pemukiman malam ini, lalu istirahatkan semua aset udara yang tidak terlibat dalam fase akhir."

"Dimengerti."

Mayor Maxwell dari Intelligence & Diplomacy Group kemudian menghampiri Vex.

"Sekarang tinggal menunggu waktu sebelum keberadaan Harley Quine diketahui. Jadi bisakah IDG mulai mengambil inisiatif?"

"Aku tidak keberatan, tapi jika kita harus melakukan ofensif pastikan motifnya layak."

"Roger."

Mayor Maxwell tersenyum riang sebelum kembali ke kursinya.

- - - - -

Hangar H26, Harley Quine MOA

Pukul 1658, 31 Januari 2025

Mayor Duran duduk manis di dalam kokpit F/A-18E Super Hornet sambil mendengarkan pengarahan dan memasukkan koordinat target. 

Saat pertama kali menerbangkan Super Hornet di ruang udara Benua Amstell, Mayor Duran untuk pertama kalinya mengerti suka duka para pilot fighter era Perang Dunia II yang harus terbang tanpa asistensi GPS/INS dan hanya mengandalkan peta, kompas dan landmark.

Sekali saja ia tersesat, maka besar kemungkinan ia tidak akan bisa kembali ke pangkalan. Karena itu penerbangan hanya bisa dilakukan pada siang hari dan tidak boleh melebihi jangkauan radar Ground Control yang menjadi pemandu para pilot.

Sebagai eks-pilot USAF yang biasa beroperasi menggunakan doktrin dimana pilot diberi keleluasan untuk menentukan rute penyerangan, Mayor Duran tidak bisa tidak menjadi canggung saat ia harus beroperasi di bawah kendali Ground Control, apalagi instruksi dan informasi yang diberikan masih dalam bentuk analog.

Hilang sudah era digital dan network centric yang menjadi salah satu pondasi utama taktik pertempuran udara para fighter pilot USAF.

Beruntung hal tersebut tidak berlangsung lama. Begitu P-8 Poseidon beroperasi, pemetaan Benua Amstell segera dilaksanakan. Garis bujur dan lintang seluruh planet memang belum ditentukan, namun bagian pemetaan tidak kehilangan akal dan berinisiatif membuat garis lintang dan garis bujur sendiri sebagai basis Inertial Navigation System (INS).

Dengan masuknya INS ke dalam sistem, maka Mayor Duran dan para pilot dari Skuadron Flying Puppy kembali memperoleh efektivitas tempur-nya. Salah satunya adalah kemampuan untuk menggunakan JDAM yang bekerja menggunakan panduan INS/GPS.

Sementara Mayor Duran dan ketiga rekannya mempelajari dan menentukan rute menuju lokasi target, para ground-crew dengan sigap menyiapkan paket yang harus dikirim sekaligus mengisi ulang tangki bahan bakar.

Paket yang dipilih adalah GBU-32 JDAM yang menggunakan General Purpose Bomb Mk.83 sebagai basis. Mk.83 memiliki bobot total 454 kg dimana 30-40% dari bobot tersebut adalah peledak.

Dalam serangan udara kali ini GBU-32 JDAM akan dipandu menggunakan INS dengan akurasi mencapai 30 meter. INS memang kalah akurat dibanding GPS yang memiliki akurasi 13 meter. Namun karena GBU-32 memiliki radius fragmentasi mencapai 200 meter, maka meleset sejauh 30 meter masih bisa dikategorikan akurat dan telak.

Hingga saat ini, TF Amethyst sama sekali belum pernah menggunakan INS untuk kepentingan ofensif, baik itu artillery strike maupun airstrike. Karena itu Operasi Little Guest akan menjadi tolak ukur efektifitas airstrike TF Amethyst, dan menilai peningkatan atau perbaikan apa yang bisa dilakukan.

Kemampuan rapid sortie Skuadron Flying Puppy juga akan diuji dalam Operasi Little Guest. Yaitu dengan melakukan pemasangan senjata dan pengisian tangki bahan bakar saat mesin pesawat menyala.

Rapid sortie mustahil dilakukan jika mesin Super Hornet sampai dimatikan, karena sekali mesin pesawat dimatikan maka harus dilakukan pengecekkan total sebelum pesawat diizinkan terbang lagi. 

Pemeriksaan tersebut tidak hanya membutuhkan waktu, sekitar 6-8 jam untuk Super Hornet yang tergolong masih baru dan 8-24 jam untuk pesawat lain tergantung dari umurnya, tapi juga menghabiskan tenaga, biaya dan sumber daya lainnya.

Hal tersebutlah yang mendasari lahirnya metode pengisian bahan bakar di udara, yang biayanya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan mengisi ulang bahan bakar di darat, dimana jika tidak dalam situasi mendesak mesin harus dimatikan.

Saat pengarahan selesai diberikan, saat itu juga tangki bahan bakar Super Hornet sudah terisi penuh sementara paket sudah siap dibawa.

Satu per satu keempat Super Hornet mengambil persiapan lepas landas, dan tidak lama berselang keempatnya sudah mengudara.

- - - - -

Biasanya, pilot akan mendekati target dengan terbang serendah mungkin untuk menghindari pantauan radar. Namun karena di Benua Amstell belum ada radar maka Mayor Duran dan ketiga rekannya memilih untuk mendekati target dari ketinggian 30.000 kaki atau sekitar 10.000 meter.

Dengan jarak kurang dari 40 km, hanya butuh beberapa tarikan nafas sebelum formasi yang dipimpin Mayor Duran tiba di atas target, dan begitu Mayor Duran memberi instruksi.

"Kirimkan paket."

Tiga puluh dua GBU-32 JDAM seketika terjun bebas menuju koordinat masing-masing dan memastikan setiap inci perkemahan yang menjadi target terselimuti oleh badai api dan serpihan mematikan.

Mayor Duran dan rekan-rekannya tidak perlu memeriksa hasil serangan karena hal tersebut bukan tugas mereka. Sebaliknya mereka harus secepatnya meninggalkan area. Baik untuk menghindari aksi balasan, atau agar bisa secepatnya melaksanakan sortie selanjutnya jika kerusakan yang dihasilkan dianggap kurang memadai. 

Untuk memeriksa hasil serangan udara, tugas tersebut biasanya diserahkan kepada F-4E Wild Weasel atau EA-18G Growler yang merupakan spesialis dalam melakukan pengintaian dan SEAD (Suppression of Enemy Air Defense) baik melalui gangguan elektronik atau serangan super presisi dengan rudal pintar.

Namun TF Amethyst tidak mengoperasikan pesawat mahal dan canggih seperti F-4E Wild Weasel atau EA-18G Growler. Dua pesawat yang dipersiapkan untuk memeriksa hasil serangan udara adalah P8 Poseidon atau MQ-9 Reaper. Pilihan yang tidak wajar memang. Namun karena pilihan tersebut dianggap sudah memadai dan dapat menyederhanakan aset udara yang perlu dimiliki, maka pilihan tersebut diambil tanpa sedikitpun keraguan.

Untuk misi serangan udara kali ini, tugas memeriksa hasil serangan diberikan kepada Reaper, dan begitu hasil pemboman dikirimkan ke pusat kendali operasi, para perwira intelijen dan analis segera menyimpulkan kalau target sudah sepenuhnya berhasil dihancurkan.

Vex sepakat dengan penilaian yang diberikan para perwira intelijen dan analyst dari IDG, dan rencana untuk sortie kedua pun segera dibatalkan.

- - - - -

Lembah Ludwig, perbatasan Region Rowane dan Region Lionel.

Pukul 1726, 31 Januari 2025

"Witchcraft, hujan meteor, gunung meletus atau Flame Dragon?"

Jeffe benar-benar tidak mengerti apa yang baru saja menimpa perkemahan dimana rekan-rekannya bersiaga. Karena saat ini tempat tersebut tampak seperti baru saja di sapu oleh badai api.

Ia mendapat tugas untuk memeriksa kenapa kontingen yang sebelumnya memberitahukan kesuksesan mereka melalui kurir dan sedang dalam perjalanan masih belum tiba meski matahari sudah tenggelam.

Jeffe sangat membenci tugas yang diterimanya karena keluar dari perkemahan setelah matahari tenggelam dapat membuatnya berakhir di perut Grey Wolf.

Namun ia baru keluar sejauh 4 km ketika dentuman yang sangat nyaring terdengar sahut menyahut, dan saat ia menoleh kebelakang tatapannya disambut kilatan demi kilatan yang membuat langit malam berkedip tanpa henti. 

Jeffe kemudian memberanikan diri memeriksa perkemahan yang baru saja ditinggalkannya, dan satu hal yang muncul di benaknya adalah.

"Tidak ada yang tersisa."

Keringat dingin membasahi punggung Jeffe saat ia membayangkan entitas yang mengubah 850 anggota Kavaleri Sidewick menjadi arang dan abu bersama kuda dan perkemahan mereka.

"Aku harus secepatnya pergi dari sini dan melaporkan apa yang terjadi."

Gumam Jeffe sebelum memacu kudanya menuju ke arah Region Rowane.

Untuk rekan-rekannya yang belum tiba diperkemahan, Jeffe mengasumsikan kalau mereka tidak akan pernah tiba, jadi tidak ada gunanya ia menunggu.

- - - - -

Ruang XO, Lt.4 Ged. Utama, Harley Quine MOA.

Pukul 0905, 2 Februari 2025

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Jenderal O'Neill berjalan masuk dan langsung duduk di hadapan Vex.

"Aku sudah membaca laporan Operasi Little Guest. Hasilnya cukup bagus dan kita sama sekali tidak kehilangan aset."

"Yeah, tapi aku gagal menyelamatkan ratusan penduduk yang terlanjur dibawa masuk ke Region Rowane."

"Jangan terlalu keras pada dirimu."

Vex menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata.

"Jika aku memberitahumu salah satu anak yang diterima Medic Quarter mengingatkanku kalau aku pernah membuat seorang anak kehilangan ayahnya."

". . ."

"Dan untuk meringankan penyesalan di hatiku aku mencoba mencegah anak tersebut kehilangan orang tuanya melalui Operasi Little Guest, apakah kau akan menyesal telah memberiku otorisasi?" 

Jenderal O'Neill mengetuk-ketukan jarinya untuk sesaat sebelum menjawab.

"Seorang filsuf pernah berkata kalau korban terbesar dari peperangan adalah kebenaran, tapi pengalamanku selama bertugas menunjukkan kalau korban terbesar dari peperangan adalah anak-anak. Beberapa kali aku menolong anak-anak malang tersebut, tapi lebih sering aku bersikap layaknya pengecut dengan bersembunyi di balik peraturan."

". . ."

"Jadi, jika kau bertanya apakah aku menyesal karena telah memberimu otorisasi, jawabannya adalah tidak.

Apapun alasannya, Operasi Little Guest juga meringankan rasa bersalah yang selama ini terpendam di hatiku."

"Terima kasih."

Vex seketika bernafas penuh kelegaan. Ia sempat terbebani karena Operasi Little Guest akan mempercepat datangnya konflik dengan otoritas lokal, tapi kini beban di hatinya sedikit berkurang.

Sambil mengeluarkan sebotol Armagnac berumur delapan tahun dari laci meja kerjanya, Vex berkata.

"Aku juga berniat mengubah pemukiman yang kita tolong menjadi area pertanian dan peternakan. Detailnya akan kuserahkan besok pagi."

Jend. O'Neil menerima Armagnac yang disodorkan Vex sambil menjawab.

"Ide bagus, proyek tersebut akan memberi personel MCG dan ADG kesibukkan. Kau juga tidak perlu menyerahkan detailnya kepadaku terlebih dahulu."

"Dimengerti."

Jawab Vex singkat sambil tersenyum.

*****