Chereads / Daftar Operasi TF Amethyst / Chapter 5 - 1.5 - Penyelamatan Pertama

Chapter 5 - 1.5 - Penyelamatan Pertama

Lapangan kecil di tengah pemukiman.

Diez sama sekali tidak mengerti apa yang menimpanya. Meski perburuan budak kali ini sukses, ia dan anak buahnya sama sekali tidak terbuai dan bersantai-santai.

Ia dan lima anak buahnya dengan penuh kewaspadaan berjaga di sebuah rumah di dekat lapangan desa, untuk menunggu warga desa atau anak-anak yang mungkin kembali.

Posisi mereka sangat ideal karena di tengah lapangan terdapat mayat 8 lansia dan 14 balita yang mereka bunuh. Selain itu lapangan desa dikelilingi  rumah para tetua yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan peralatan untuk bertani.

Orang dewasa atau anak-anak yang kembali pasti akan langsung menuju lapangan desa, entah untuk mengambil bahan makanan, peralatan kerja atau menguburkan mayat-mayat yang mereka tinggalkan.

Layaknya predator berpengalaman, Diez dan kelima anak buahnya menunggu dengan senyap dan penuh kesabaran. Namun yang mendatangi mereka bukanlah hal yang bisa mereka pahami.

Diawali ledakkan keras yang membuat telinga berdenging, pandangan kabur dan tubuh kehilangan keseimbangan, lalu disusul dengan benda tumpul yang berkali-kali menghantam perutnya.

Diez dan anak buahnya sama sekali tidak berdaya ketika tangan dan kaki mereka diikat, lalu diseret keluar sambil terus menerima tendangan dan pukulan yang membuat mereka babak belur dan bahkan muntah darah.

Saat ia dan anak buahnya berhenti dipukuli, Diez mendapati dirinya dan anak buahnya sudah diikat ke palang tambatan kuda. Tangan terikat di atas kepala sementara mereka duduk di tanah dengan kaki lurus.

Diez menghitung penangkapnya ada sembilan orang dan semuanya mengenakan pakaian, topi dan sepatu dengan corak hijau, hijau muda dan krem. Diez juga tidak perlu waktu lama untuk menyadari, kalau selain keseragaman pakaian, para penangkapnya mengenakan perlengkapan yang identik, gerakan yang terlatih, terorganisir serta adanya disiplin dan hierarki.

Semua petunjuk yang ditangkap oleh Diez mengacu pada satu hal, para penangkapnya adalah bagian dari sebuah unit militer. Tapi ini adalah pertama kalinya ia melihat personel unit militer yang begitu aneh dengan insigna yang tidak ia kenali.

Cara mereka membungkus mayat balita dan lansia yang tergeletak di lapangan desa juga penuh dengan kehati-hatian. Setelah itu mereka memasukan mayat-mayat tersebut ke salah satu rumah yang dijadikan rumah duka.

Diez yakin para penangkapnya tidak memiliki hubungan dengan para penduduk desa. Jadi ia benar-benar kesulitan memahami aksi mereka.

Terlebih lagi beberapa diantaranya berbicara menggunakan Bahasa Amstell dengan lancar sementara sisanya bicara menggunakan aksen yang patah-patah. Namun mereka semua lebih sering berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti.

Beberapa diantaranya juga sering memencet tombol di leher mereka sebelum berbicara sendiri. Sementara satu-satunya senjata yang dikenali oleh Diez adalah pisau sepanjang 25 cm di pinggang kiri mereka.

'Orang-orang yang aneh, sering berbicara sendiri dan meletakan pisau di pinggang kiri, padahal jelas-jelas mereka tidak kidal.'

Gumam Diez sebelum mengamati tongkat berwarna krem dan hitam yang menggantung di dada para penangkapnya.

'Tongkat pemukul mereka bentuknya juga tidak kalah aneh. Mereka selalu mengarahkannya ke depan sebelum memukulkannya dengan cara yang ganjil, tapi entah bagaimana 2-3 rusuku patah akibat hantaman pangkal tongkat tersebut.'

"Jika kalian melepasku sekarang, aku akan melupakan kejadian ini dan kalian bisa mengambil semua barang berharga."

Diez memberanikan diri untuk bicara dan salah satu orang aneh yang menjaganya segera menendang dagunya.

"Saat kami bilang jangan bicara, sebaiknya kau mematuhinya."

Diez ingin memaki, tapi segera menahan diri karena sadar pukulan selanjutnya bisa saja membunuhnya. Namun saat Diez memutuskan untuk diam, salah satu orang aneh yang memegang posisi tertinggi justru berlutut di hadapannya dan bertanya.

"Kau tidak ada dalam posisi untuk mengancam, jadi kenapa dengan percaya diri kau mengancam kami?"

Diez memutuskan membuka kartu yang disimpannya untuk situasi darurat.

"Sepertinya kalian bukan berasal dari sekitar sini. Mungkin kalian adalah unit militer yang tersesat atau tentara bayaran yang kebetulan melewati desa ini. Jadi aku maklum kalau kalian tidak paham situasi di daerah ini."

"Kami memang pendatang."

Orang aneh yang menanyai Diez tersenyum sebelum menawarkan sebotol air. Ia bahkan membantu Diez meminumnya, dan untuk pertama kalinya Diez merasakan air dingin yang begitu jernih dan menyegarkan. 

Bukan air keruh yang biasanya dicampur dengan anggur murahan agar tidak menyebabkan sakit perut, seperti yang biasa ia bawa.

Dengan percaya diri Diez lalu berkata.

"Kami bukan bandit berkuda biasa, kami adalah elemen kavaleri dari Region Rowane yang bertugas melancarkan gangguan ekonomi dan gangguan pertanian di Region Lionel."

"Maksudmu dengan menyerang dan merampok para pedagang atau petani lalu menjual mereka sebagai budak."

Diez mengangguk sebelum menambahkan.

"Namaku adalah Diez Morallez, seorang Letnan di Kavaleri Sidewick, anak ke-5 dari Keluarga Morallez, satu dari tiga keluarga bangsawan di Region Rowane. Keluargaku akan membayar mahal untuk pembebasanku." 

Orang aneh yang berlutut dihadapan Diez tersenyum kecil sebelum kembali bertanya.

"Ser Morallez, terima kasih untuk informasinya sehingga kita bisa menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. Sekarang bisakah Ser yang terhormat memberitahu kami dimana kawan-kawan Anda, tujuan dan rute mereka, basis sementara dan kekuatan yang menjaganya?"

Diez tidak segera menjawab dan justru tersenyum penuh cemooh. Selama ribuan tahun para bangsawan di Benua Amstell memegang erat-erat tradisi untuk tidak saling membunuh jika tidak ada konflik terbuka. Jadi Diez yakin meski ia tidak menjawab pertanyaan dari orang aneh di hadapannya, ia tetap akan baik-baik saja karena telah membuka identitasnya.

Apalagi tebusan bagi seorang anggota Keluarga Bangsawan bukanlah nilai yang bisa disepelekan.

Namun senyum di wajah Diez segera menguap hingga tak berbekas setelah ia melihat peta yang ditunjukkan oleh orang aneh di hadapannya.

Peta tersebut bukan hanya detail tapi juga dengan radius yang sangat luas. Sebagai perwira di sebuah unit militer, bukan hal sulit bagi Diez untuk menyadari kalau peta tersebut dibuat dengan sangat serius, dan jauh lebih akurat dari peta yang pernah ia lihat di markas divisi.

Masalahnya, di Benua Amstell membuat peta tanpa izin dari pihak berwenang dapat dikenakan tuduhan pengkhianatan dan hukuman mati.

Tidak peduli apakah itu peta umum atau peta militer, hanya perwira militer setingkat komandan brigade ke atas dan bangsawan dengan posisi tiga tertinggi di pemerintahan yang diijinkan memilikinya.

Namun saat ini, sebuah unit militer dengan anggota hanya sembilan orang memiliki peta dengan tampilan, radius dan informasi yang jauh lebih baik dibandingkan peta seorang komandan divisi.

'Mereka adalah elemen pengintai dari unit militer yang sedang mempersiapkan invasi. Besar kemungkinan salah seorang diantaranya adalah perwira tinggi yang dikawal oleh pengawal elit.'

Diez dengan cepat menyimpulkan, dan saat ia teringat kalau unit-nya bisa beroperasi hingga sangat dekat ke pintu Desolate Land karena selama beberapa bulan terakhir jumlah Black Eagle dan Grey Wolf yang keluar dari Desolate Land menurun drastis, setengah nyawa Diez segera melayang.

'Mereka bukan lawan yang bisa kami hadapi.'

Kini Diez merasa kalau senyum orang aneh dihadapannya tidak lagi tampak seperti sebuah senyuman, tapi lebih tampak seperti seringai seekor harimau yang sedang mengajak ngobrol mangsanya.

Satu hal yang ada dibenak Diez adalah, ia harus memperingatkan rekan-rekannya akan invasi yang sedang mendekati Region mereka.

Tidak lama berselang, Diez dan rekan-rekannya memang berhasil pergi dari pemukiman kecil yang mereka serang tadi pagi, hanya saja tujuan mereka adalah alam baka.

- - - - -

Ujung timur pemukiman.

Dengan menggunakan panduan dari OH-58KW, Kopral Twig memimpin dua orang personel mengecek sebuah kandang kuda di salah satu pinggiran desa.

Heat signature yang ditangkap oleh Kiowa memang sangat kecil, tapi demi memastikan tidak ada kejutan tersembunyi, pemeriksaan harus dilakukan.

"Sir, tidak ada apa-apa di sini. Tidak ada manusia, tidak ada kuda, ataupun hantu. Hanya ada setumpuk kotoran kuda di salah satu sudut kandang."

Kata personel pertama dilanjutkan oleh personel kedua.

"Mungkin kotoran ini yang ditangkap oleh thermal sensor Kiowa."

Kopral Twig tidak menjawab. Ia mengubah mode teropong bidik di atas HK416A5 di tangannya ke thermal sensor sebelum memeriksa tumpukkan kotoran kuda di sudut kandang.

"Ada dua lapis heat signature, kita harus memeriksa apa yang ada di bawah kotoran ini."

"Sir, ini hanyalah tumpukkan kotoran kuda, haruskah kita melakukannya?"

Kopral Twig mengangguk sebelum berkata.

"Tidakkah kalian ingat sangat pendidikan dasar kalian diingatkan untuk selalu memeriksa apa yang harus diperiksa agar suatu saat nanti kalian tidak menyesal sambil berkata 'Seandainya saja aku memeriksa tempat itu.'"

Kedua personel yang dibawa Kopral Twig memutar bola mata mereka, namun pada akhirnya mereka meraih sekop di salah satu sudut, dan bersama Kopral Twig keduanya mulai memindahkan kotoran kuda yang masih segar.

Tidak lama berselang Kopral Twig menyeringai sebelum berkata.

"Well well well, apa yang kita temukan di sini?"

Di bawah kotoran kuda ternyata bukan lantai tanah seperti bagian lain pada kandang kuda, tapi papan kayu selebar 50x50 cm.

Sambil menodongkan HK416A5 yang senternya sudah dinyalakan, Kopral Twig membuka papan kayu, namun seketika itu juga ia mengalihkan bidikanya setelah mendapati dua anak berumur 3-4 tahun duduk berhimpitan sambil menatapnya dengan penuh ketakutan.

"Good Lord, syukurlah kita memeriksa tempat ini."

Kata salah seorang personel sementara rekannya mengangguk-angguk mantap. 

Keduanya lalu dengan ekstra hati-hati membantu Kopral Twig mengeluarkan dua anak yang mereka temukan.

*****