Chereads / MARVIONA / Chapter 3 - MARVIONA #1

Chapter 3 - MARVIONA #1

impi adalah sebuah hiburan yang ada dialam bawah sadar pada saat manusia sedang dalam tidur. Mimpi biasanya melibatkan indra tubuh, pikiran, dan perasaan. Mimpi bisa berupa apa saja, mulai dari yang menyeramkan, menyenangkan, dan menyedihkan hingga yang membuat kita merasa seperti nyata. Namun, yang paling membingungkan dari sebuah bentuk mimpi adalah mimpi berulang-ulang. Terutama jika kita selalu memimpikan seseorang atau sesuatu yang sama dan berulang kali.

Mimpi yang sama dan berulang kali biasanya disebut Recurring dreams.

Mimpi yang berulang-ulang atau Recurring dreams kadang membuat kita khawatir tentang apa yang dimimpikan. Recurring dreams terkadang bisa menjadi sebuah pertanda dimasa yang akan datang atau yang akan terjadi dan terkadang itu hanya sebuah mimpi.

Siapa yang pernah mengalami mimpi yang sama dan berulang kali?

Aku pernah. Tak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Aku yakin pasti semua manusia pernah mengalaminya dan akan bertemu ceritanya masing-masing. Mimpi yang sama dan berulang-ulang bahkan selalu datang saat aku mulai memejamkan mata.

***

Pada suatu malam, aku letakkan kakiku ke atas menyentuh dinding kamar. Mataku menatap langit-langit, termenung sendirian. Sejak jam setengah tiga pagi, aku sudah terbagun tapi dengan kaget.

Karena lagi-lagi aku terbangun oleh orang itu, seseorang yang selalu datang dalam mimpiku. Seseorang itu adalah satu-satunya alasan yang membuatku betah saat berada di dalam mimpi, walau aku suka heran dengan kepergiannya yang secara tiba-tiba.

Seseorang yang sering aku mimpikan adalah seorang perempuan, seorang perempuan yang tiba-tiba datang lalu menggenggam tanganku begitu saja. Ia juga menatap ke arah aku dengan senyumannya, senyumnya yang begitu manis bisa membuatku terpana kepadanya. Entah mengapa, aku tersenyum balik ke arahnya.

" Hey, ayo cepat. " perempuan itu menarik tanganku, seperti ingin mengajakku ke sesuatu tempat.

Aku sangat terpaku, saat melihat tanganku di pegang oleh perempuan itu, tapi di satu sisi ada rasa heran. Aku bisa merasakan tangannya yang begitu lembut, menyentuh telapak tangan dan jari-jariku. Lagi-lagi aku memebalas semua perbuatannya kepadaku, mulai saat ia tersenyum kepadaku sampai ia memegang tanganku.

Ada apa dengan diri gw? Dan kenapa, rasanya gw ingin membalas semua perbuatannya ke gw? Dan yang paling membingungkan, kenapa gw rasanya penasaran sekali akan dengan wajahnya? Sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, seakan-akan kaya disensor.

Setelah aku memerhatikan sekeliling, tanpa aku sadari sekarang aku sedang berada dipantai berdua dengannya. Ternyata tujuan ia tadi menarikku ialah ingin membawa aku ke tempat peminjaman sepeda. Dia kepingin bersepeda bareng bersamaku untuk mengeliingi pantai yang tidak ada ujungnya. Aku pun menurutinya dan melepas pegangan tangannya, dengan rasa enggan.

Tak terasa langit sudah semakin petang, berarti sudah sangat lama aku bersepeda bersama dengannya. Aku pun berhenti menggoeskan sepeda, karena sudah lelah dan kami menaruh kembali ke tempat peminjaman sepeda.

Selepas menaruh sepeda, ia memegang tangaku lagi. Lalu ia menarikku ke pinggir laut dan menyuruh aku duduk diantara pasir sambil melihat ke atas. Ternyata ia ingin aku melihat sunset yang begitu indah sekali.

" Yang membuatku heran sampai sekarang, kenapa aku hanya bisa melihat bagian bibirnya saja? Kenapa aku nggak bisa melihat seluruh wajah perempuan itu?" Tiba-tiba tangannya memegang tanganku kembali, membuat aku terdiam sejenak.

Ketika aku ingin menengok ke arahnya, mendadak ada angin yang begitu kencang menghampiri kami. Karena angin yang begitu sangat kencang, membuatku tak bisa melihat apapun, termasuk perempuan itu.

Lama-kelamaan tangan perempuan itu, mulai tak terasa aku pegang. Seketika angin tadi hilang begitu saja dan tangan perempuan itu sudah tidak terasa lagi.

" Aku mencintaimu," ucap perempuan itu sebelum meninggalkanku.

Setelah angin telah usai, aku tak menlihat lagi perempuan itu. Yang ada kini hanya ada hening dan sunyi.

***

Aku bangkit dari tidurku dan memilih untuk duduk sembari menghela napas dalam-dalam.

Begitu banyak pertanyaan difikirannya tentang perempuan itu, namun ada yang paling membingungkan dari pertanyaan yang lain yaitu, kenapa dia semakin sering datang dimimpiku? Perempuan yang tak pernah bisa kulihat dengan jelas wajahnya, tapi saat bersamanya, membuatku bahagia dan terasa nyaman seakan-akan itu nyata. Apa ini sebuah pertanda atau hanya sebagai bunga tidur? Kata aku dalam hati.

Aku berfikir sangat keras sampai-sampai ia mengacak-ngacak rambutnya yang sudah berantakkan sejak bangun tidur.

" Vin!! Kamu udah bangun?" Tanya Annasya sembari mengetuk pintu kamarku.

Karena ketukan pintu yang cukup kencang, membuat aku terkejut dan lamunan yang tadi hilang begitu saja. Aku pun menjawab pertanyaan ibuku, sebelum ia mengetuk-ngetuk lagi. berisik.

" Udah Ma." jawab aku dengan cepat.

" Yauda cepat siap-siap, habis itu kebawah buat sarapan!"

" Iya."

" Jangan tidur lagi." Annasya mengingatkan.

" Iya Maa…"

Aku Marvin Erland Arthadifarez. Teman-temanku memanggilku Marvin. Aku sekarang kelas 12 SMA. Lahir di Jakarta, tanggal 8 oktober. Aku anak sulung dari dua bersaudara. Aku mempunyai adik laki-laki yang bernama Arfan Reygan Arthadifarez. Aku dan Arfan lahir pada tanggal dan bulan yang sama. Yang beda hanya tahunnya, Arfan dan aku hanya beda Satu tahun.

***

"Arfan, Marvin. Ntar Papa Mama pulangnya agak lebih malem ya, sebab Mama Papa ada acara."

" Ya Ma" jawab Marvin tanpa menoleh ke arah Annasya.

" Oh iya Pa, nanti malem aku pinjem mobil ya!!"

" Iya boleh, tapi harus kakak kamu yang bawa." celetuk Reynand.

" Kenapa? Kan aku udah bisa bawa sendiri." Arfan berdecak heran.

" Tapi umur kamu masih 16 tahun Arfann, dan lagi pula kamu juga belum punya SIM."

" Yahh. Tapi Pa, malem-malem kan nggak ada polisi!"

" Udah Arfan. Nanti kalau kamu udah 17 tahun, kamu baru boleh bawa mobil," ucap Annasya

" Tuh dengerin." Marvin menyenggol siku kiri Arfan.

" Iya-iya." serah Arfan menyerah.

Sesudah selesai sarapan, Marvin dan Arfan langsung berpamitan kepada Annasya. Lalu Reynand langsung mengantarkan kami ke sekolah. Sebenarnya Marvin sudah boleh membawa kendaraan sendiri tetapi ia memilih tetap untuk di antar jemput dengan ayahnya. Terkadang Marvin harus terpaksa membawa kendaraan sendiri, kalau Reynand sedang sibuk dengan pekerjaannya.

***

Sesampainya di sekolah, Marvin langsung berjalan menuju ke kelas melewati koridor sekolah yang sangat ramai, sebenarnya ia malas sekali saat berjalan melewati koridor yang sangat ramai, karena ia benci keramaian. Ia lebih suka sunyi dan tenang. Tapi mau bagaimana lagi itu adalah jalan satu-satunya agar bisa sampai ke kelasnya.

Saat ia sedang berjalan dengan agak cepat, Marvin melihat Reza yang sedang berjalan keluar dari kantin sambil membawa minuman dalam gelas yang setengah isinya. Marvin pun langsung menghampirinya dan menyapanya. Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju kelas yang ada di lantai dua.

" Ko tumben ya…. Si Bayu belum dateng?" tanya Reza ketika keduanya sudah berada di dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing. " Nggak biasanya Bayu dateng kesiangan."

" Ya….paling kalo nggak sakit atau ga kesiangan dia" Marvin berujar sembari melipat tangan di dada.

" Pagi." baru saja dibicarakan, Bayu masuk setelah bel sekolah selesai berbunyi.

" Tumben lo dateng kesiangan, biasanya lo paling disiplin banget soal waktu diantara kita bertiga." komentar Reza yang tidak percaya dengan penglihatannya.

" Emang masalah?" tanya Bayu sambil menaruh tasnya dengan setengah membanting.

" Kenapa? kayaknya lagi sensi banget." Marvin berdecak heran.

" Jelasin woy, bukan malah diem." timpal Reza yang menarik-narik seragam Bayu karena penasaran.

Bagaimana tidak, mereka tentu saja heran ketika seorang Bayu dateng kesiangan ke sekolah. Padahal mereka sangat tahu kalo Bayu sangat disiplin soal waktu. Jadi pasti ada alasan tertentu yang terjadi.

" Gw kemarin malam lupa masang jam alarm, terus nyokap gw yang udah bangun dari tadi bukan bangunin gw malah nonton TV dulu." Bayu mendengus setelah mengatakan kalimatnya itu.

" Mungkin nyokap lo lebih takut ketinggalan acara TV kali daripada bangunin lo yang susah. Lagian lo juga udah besar," ujar Marvin sambil ketawa.

" Bisa jadi tuh...." Reza ketawa sampai mengeluarkan air mata.

***

Saat Marvin sedang merapihkan buku-buku yang ada di atas meja. Shofia datang ke kelas dan langsung menghampiri Marvin. Shofia adalah teman masa kecil Marvin. Marvin dan Shofia bisa berteman sejak kecil karena mama Shofia dan mama Marvin telah bersahabat sejak SMP. Marvin dan Shofia selalu satu sekolah bahkan kami selalu satu kelas tapi kali ini Marvin dan Shofia berbeda kelas. Jadi, setiap istirahat kami selalu menghampiri satu sama lain. Walau terkadang Shofia lebih sering menghampiri Marvin terlebih dahulu.

" Land, ayo kantin." Shofia menarik-narik tangan Marvin. Sejak kecil Shofia selalu memanggil Marvin dengan sebutan Land karena itu berasal nama tengahnya yaitu Erland.

" Iya fia."

" Gw ama Bayu nggak di ajak ni?" ledek Reza.

" Iya, ayo sekalian kaya nggak biasa aja."

Sesampainya di kantin, mereka sudah membawa makanan, minuman yang mereka pesan sendiri dan duduk di kursi yang sama.

" Land, gimana tadi ada yang susah nggak?" Shofia memulai pembicaraan dan memecahkan suara keheningan di antara mereka.

" Biasa aja."

" Ouh ya, Fia gw denger dari anak-anak. Katanya kelasan lo mau nambah murid baru juga ya?" tanya Bayu

" Iya, tapi belum tau kepastiannya."

" Murid barunya cewe/cowo?" Reza mendadak angkat suara.

Setelah mengunyah makanannya, Shofia baru menjawabnya. " Nggak tau, sebab belum dikasih tau lebih lanjut dan masih dipertimbangakan oleh guru mau masuk kelasan gw atau kelasan lo."

" Emang kenapa za? kalau murid barunya cewe/cowo." gumam Bayu.

" Nggak, cuman sekedar nanya aja." balas Reza.

" Yakin, cuman nanya doang." Marvin menyenggol Reza dengan tatapan tidak percaya.

" Yakin lah, emang buat apaan lagi."