Chereads / MARVIONA / Chapter 7 - MARVIONA #5

Chapter 7 - MARVIONA #5

Salah satu hal yang paling diidolakan siswa ketika berada di sekolah adalah, Freeclass". Saat ini merupakan saat yang sangat dinanti-nantikan oleh siswa-siswi kelas dua belas. Lebih tepatnya, kelas yang di tempati Marvin, Reza, Viona, dan Bayu. Mereka sedang free class mata pelajaran Bahasa Inggris.

Satu persatu murid yang dikelas itu, mulai sibuk melakukan sesuatu untuk mengisi waktu selama Freeclass. Bagi teman-teman kaum Adam, mereka mengisi waktunya untuk bermain game. Dengan memanfaatkan jaringan internet yang ada di sekolah. Mereka dengan lincahnya memanfaatkan kegratisan itu untuk bermain game online.

Membaca novel. Membaca novel juga dilakukan oleh perempuan untuk mengisi waktu selama Freeclaas. Angan-angan mereka untuk menjadi sama dengan tokoh dalam cerita membuat mereka sangat serius membaca sampai-sampai satu novel bisa dituntaskannya dalam hitungan beberapa jam saja. Kecuali Viona, ia lebih suka membaca buku dongeng dari pada membaca buku novel.

Hal lainnya adalah tidur. Jika selama jam pelajaran tubuh sangat letih dalam memutar otak, freeclass adalah waktu yang sangat tepat untuk mengistirahatkan semua bagian tubuh yang telah berperan aktif ketika belajar. Sekalipun ketika freeclass suasana kelas justru semakin meningkat tingkat keributannya, namun bagi mereka yang memilh untuk tidur tetap akan tertidur pulas dan nyenyak serasa tidur dirumah sendiri. Terkadang ada yang tidur dibangku sendiri dan terkadang ada yang tidur dilantai kelas agar lebih leluasa katanya.

" Jika aja gw punya gelang seperti ini." ucap Viona sembari mentup buku dongeng yang telah ia selesai baca.

" Apa-apaan si lo itu kan hanya dongeng, gausah lebay." cibir Marvin tidak suka.

Viona memukul kepala Marvin dengan pelan menggunakan buku dongeng miliknya." Ih Marvin. Kadang-kadang tidak ada salahnya kita ingin mempercayai sesuatu walau terdengar mustahil, iya kan?"

Marvin mengernyitkan keningnya " Benarkah? Tapi yang mustahil tidak bakal terjadi."

" Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini Marvin. Bahkan yang mustahil sekalipun bakal terjadi."

" Tapi dongeng bukankah hanya sekedar khayalan?" sengit Marvin tidak suka.

" Iya gw tahu itu, tapi dongeng bisa membuat kita terasa lebih baik setelah melakukan aktivitas selama sehari penuh dan lagi pun dongeng juga bisa meberikan motivasi."

Marvin memutar bola matanya malas. " Ya... kalo menurut lo begitu, yaudah."

***

Marvin tersenyum begitu keluar dari toilet yang berada dilantai satu, baru saja ia diberitahukan oleh guru piket bahwa akan freeclass lagi. Tapi kali ini pelajarannya Pak David alias Bahasa Indonesia.

Keadaan koridor sepi, tentunya karena hampir semua siswa sedang melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan sisanya melakukan kegiatan olahraga di lapangan, seperti kelasnya Arfan.

Saat Marvin sedang berjalan menuju tangga, ia melihat Shofia yang sedang berjalan kearahnya sembari memainkan ponsel miliknya. Saat itu juga ada adek kelas yang sedang menuruni anak tangga satu-persatu sambil membawa buku-buku. Seketika adek kelas itu terpleset dan buku-buku itu akan mengarah ke Shofia, Marvin pun sontak menarik tangan Shofia kearahnya dengan cepat. Shofia terkaget dan langsung menatap kearah Marvin.

" Er— Erland" ucap Shofia denngan gagap.

" Lu gapapa kan?" Marvin melepas gengamannya

" Nggak papa ko, makasih"

" Kak maaf ya... aku ga sengaja" ucap adek kelas seraya menundukkan kepalanya.

" Iya gapapa. Kamu sendiri gimana baik-baik aja kan?"

" Baik ko kak." adek kelas itu kini mendongak. lalu langsung membereskan buku-buku tadi yang terjatuh dengan dibantu Shofia. Setelah selesai membereskan buku adek kelas itu mengucapkan terima kasih sesaat sebelum ia pergi.

" emang lu tadi mau kemana?" Tanya marvin setelah adik kelas itu pergi.

" mau ke ruang guru."

" Ngapain?"

" Mau ngambil hasil nilai ulangan kemarin disuruh bu Ayya. "

Marvin tersenyum lebar, karena dua kata yang diucapkan Shofia tadi lebih terdengar seperti 'buaya'.

" Mau gua anterin?"

" Emang Erland nggak belajar?" tanya Shofia dengan penasaran.

" Enggak, sebab lagi freeclass." jawab Marvin dengan santai.

" Ouh, nggak usah deh nanti malah ngerepotin lagi."

" Oh yaudah!" Marvin pun berjalan menaiki anak tangga satu-persatu. Tiba-tiba Marvin menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Shofia. "fia"

" Ya?"

" Lain kali hati-hati ya!! habisitu juga jangan di biasain jalan sambil main hp, nggak baik."

" I...I...iyaa" jawab Shofia

Marvin pun melanjutkan menaiki anak tangga. Setelah Marvin berlalu, Shofia mengingat kembali kejadian saat Marvin menarik tangannya dan membuat jantungnya berdetak sangat kencang.

***

Saat itu Shofia sedang berada di kantin sambil meminum minuman yang telah ia pesan. Hari ini ia tidak ke kelas Marvin, Karena kejadian tadi. Shofia sedang duduk dan memikirkan kejadian tadi. saat itu arfan melihat shofia yang sedang melamun.

" Fia." sapa Arfan sambil menepuk bahu Shofia. Shofia pun kaget dan langsung melihat ke arah Arfan.

" Arfann...bikin gua kaget aja sih."

" Habisnya kakak ngelamun sambil senyum-senyum sendiri lagi, emang kenapa sih kak?" Tanya Arfan yang kini memutuskan untuk duduk di samping Shofia

" Lagi seneng aja."

" Karena apa kak?"

" Ada deh." jawab Shofia sambil tersenyum.

" Hmm....tapi kak Fia cantik loh kalau senyum." ujar Arfan sambil melihat kearah Shofia dengan tersenyum.

Shofia pun melihat kearahnya juga." Gausah gombal deh." Shofia menempeleng Arfan.

Tiba-tiba Marvin dan yang lainnya menghampiri Arfan dan Shofia.

" Eh kalian udah disini aja." ucap Reza.

" Tadi kita ke kelas lu Fia, tapi ga ada orang di dalam kelas. Tau-taunya ada disni." Marvin mendengus setelah mengatakan kalimat terakhir itu.

" Ya, tadi gua pengen duluan aja Land. Oh ya Viona mana?"

" Tadi katanya dia mau ke toilet dulu." jawab Bayu.

" Ohh"

Tak lama kemudian, Viona datang dan langsung menghampiri teman-temannya. Sesampainya, Viona langsung duduk disebelah Marvin.

" Baru saja di omongin udah langsung dateng ." ujar Reza.

"kalian belum mesen makanan? Viona celingak celinguk ke arah meja.

"belum," jawab Marvin dengan singkat.

Mereka pun memanggil Bu Sri untuk memesan makanan. Mendengar namanya dipanggil, Bu Sri langsung menghampiri mereka.

" Kalian mau makan apa?"

" Saya soto Bu!!"

" Eh barengan" Marvin dan Viona saling menoleh setelah Bu Sri menyelesaikan kalimatnya itu.

" Ini siapa ngomong-ngomong? ibu ko baru liat." Bu Sri berdecak heran. Bu Sri adalah pelayan kantin yang paling ramah diantara pelayan yang lainnya dan memiliki logat sunda sangat kental.

" Aku Viona, saya murid baru Bu."

" Oalah, geulis pisan atu." Viona terseyum malu karena mendengar pujian dari Bu Sri.

" Terus yang lain mau makan apa?"

" Saya sama reza kaya biasa ya Bu" kata Bayu.

" Terus kalian pesen apa?" Tanya Bu Sri ke arah Shofia dan Arfan.

" Aku ga pesen bu, lagi ga laper."

" Kalau aku udah bawa bekel."

" Ohh yaudah, bu Sri siapin dulu ya makanannya." bu Sri pun pergi meninggalkan mereka

" Tumben bawa bekel." komentar Marvin yang tidak percaya dengan penglihatannya.

" Tadi aku lagi pengen aja. Jadi aku buat sendiri, pas kakak masih di kamar."

" Ohhh."

Arfan menawarkan sandwich yang ia bawa ke Shofia, awalnya Fia menolak lalu Arfan memaksa akhirnya Fia menerimanya.

Tak lama kemudian bu Sri datang sambil membawa nampan yang berisi pesanan mereka.

" Sotonya tingal satu jadi ini mau buat siapa?" Tanya bu Sri setelah membagikan makanan ke Reza dan Bayu.

" Buat aku aja." jawab Marvin dengan cepat sambil mendorong mangkok soto ke arahnya.

" Ga! buat aku aja, cowo harus ngalah dong sama cewe." protes Viona sembari mendorong mangkoknya kearahnya.

" Ga!! gua lagi pengen makan soto." Marvin mendorong lagi mangkoknya kearahnya.

" Gua suka soto!!! jadi gua mau makan soto." Viona mendorong lagi kearahnya tapi tidak bisa karena ditahan Marvin.

" Udah-udah jangan berantem nanti sotonya tumpah." ucap bu Sri dengan panik.

" Yaudah tuh buat lu aja." Marvin mendorong mangkoknya ke arah Viona.

" Bu Sri, boleh minta mangkok kosong satu ga?"

" Boleh, tunggu sebentar ya..." bu Sri pun pergi menggammbil mangkok kosong.

" Nih," bu Sri memberikan mangkok itu kepada Viona.

Viona pun menuang soto yang di mangkok miliknya ke mangkok kosong itu.

Setelah selesai menuang mangkok itu, ia memberikannya kepada Marvin." Buat lu nih!"

" Nggak!!"

" Udah terima aja kek, kayanya susah banget."

" Gimana mau nerima, punya gua lebih dikit dari punya lu."

" Astaga, udah dikasih bukan bilang makasih malah protes." Marvin teringat kata itu, itu adalah kata yang ia gunakan untuk Viona waktu dikafe.

" Udalah Vin terima aja apa." Bayu kesal karna terasa terganggu.

" Iya-iya." Marvin pun akhirnya menerimanya dan bilang terima kasih dengan senyuman terpaksa.

" Yang ikhlas dong senyumnya."

" Nggak mau gw."

" Sebenernya lo ikhlas ga si bilang makasih."

" Iya iya." Marvin pun tersenyum

" Nah kalo begitu kan enak diliat."

" Vin, gw pengen nanya sama lo." ucap Reza setelah keributan tadi selesai.

" Nanya apa Za?"

" Jadi begini bukankah...."