"pindah?" tanyaku sambil mengernyitkan alis
-N e w C h a p t e r-
"No-noel sudah pulang ternyata, kamu terlihat pucat, istirahatlah dulu." Ucap Bunda Marie untuk mengubah arah pembicaraan.
"Apakah ini karena masalahku dengan Kevin?" tanyaku.
"Bukan begitu, hanya saja tempat ini akan diubah menjadi panti jompo." jawab Bunda Marie
"Panti jompo? Tiba-tiba menjadi panti jompo? Kalau seandainya mereka menginginkan panti jompo, kenapa harus membuat panti asuhan ini dari awal." ucapku
"Noel! Jangan berbicara seperti itu di depan adik-adikmu, bunda tahu bahwa kamu marah. Tapi, tidak ada yang bisa kita lakukan. Bunda juga sudah berusaha membujuk manager Perusahaan Pratama.
"Kata beliau, karena jumlah panti asuhan diluar sana sudah sangat banyak oleh sebab itu mereka ingin mebuat panti jompo yang masih lebih sedikit jumlahnya dibanding panti asuhan."jawab Bunda Marie
"Kalau begitu pendidikan adik-adik bagaimana? Mereka tetap bersekolah kan?" tanyaku
"Mengenai itu,... Bunda sendiri belum diberikan jawaban. Tapi, bunda yakin semua akan baik-baik saja" sekali lagi bunda tak bisa menjawab dengan yakin namun Ia selalu berusaha untuk tersenyum.
Lagi - lagi, nasib mempermainkan hidupku dan orang-orang terdekatku.
Tapi, kenapa semua masalah ini harus berhubungan dengan Kevin melulu?
Bukankah ini tidak adil? Disaat Aku sudah menemukan sekolah baru, teman baru, suasana baru tiba-tiba saja masalah yang berkaitan dengan Kevin selalu muncul lagi dan lagi. Rasanya sangat menjengkelkan.
Sekali saja, aku ingin membuat Kevin merasakan yang kurasakan. Dengan begitu, dia akan tahu apa itu kata menderita kan?
Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
-FLASHBACK-
"kalau kamu memberikan pengakuan mengenai sifat Kevin, semua orang di dunia ini akan tahu kebusukan penerus tunggal keluarga Pratama, Perusahaannya hancur, kamu bisa mendapatkan balas dendammu dan perusahaanku akan lebih dipercaya. Bagaimana? Ini win-win situation bukan?" Ucap Eun Sa Yoo
-BACK TO REALITY-
-NOEL's POV-
"Bunda. Sepertinya aku punya ide!" sahut Noel sambil kegirangan.
"Ide?" tanya bunda
"Sekarang, bukan itu yang penting. Saat ini jam berapa??" tanyaku sambil panik
"Saat ini jam 20.37, kenapa kak?" jawab Kirana
"Aku ijin keluar ya bun!"
pamitku sambil terburu-buru keluar rumah menggunakan kaos kaki dan sendal.
-DRAP-DRAP-DRAP-
*suara kaki yang berlari*
"Hah--hah--hah-- apa mereka sudah pulang ya?" tanyaku kepada diri sendiri dengan sedikit nada kecewa sambil mengatur kembali napasku.
AUTHOR'S POV
"Noel, Anyyong~" Eun Sa Yoo yang berada didepan minimarket dengan menggunakan masker hitam melambai kearah Noel.
"Sa Yoo!!!" Noel yang kegirangan langsung berlari menuju sa yoo.
"Kebetulan banget, semuanya udah pulang jadi kamu nemenin aku y-" ucap Sa Yoo.
Tanpa sadar, Noel langsung menggenggam kedua tangan Sa Yoo
"Aku akan melakukannya" ucap Noel
"hm? Melakukan apa?" tanya Sa Yoo dengan wajah kebingungan.
"Balas dendam, aku akan melakukannya" jawab Noel dengan tegas
"O-oke, tapi bisa tangannya dilepas dulu?" tanya sa yoo sambil berusaha tidak menatap Noel dengan wajah merahnya.
"O-oh iya,...," jawab Noel yang menyadari situasi canggung ini mulai malu dan tak tahu harus berkata apa lagi.
"Kalau begitu, untuk rencananya akan kujelaskan lusa setelah jam kelas berakhir ya" Ujar Sa Yoo
"Baiklah... Rumahmu kearah mana? Mari kuantar" tanya Noel
"Nggak begitu kok, maksudku nemenin duduk depan minimarket aja buat bantu melihat lingkungan sekitar. Nanti manajerku bakal datang buat jemput aku pulang. Btw, kamu pucat banget..." kata Sa Yoo
--KRUCUKKK--
Aduhhh malu banget, karena belum makan seharian maagku kambuh, walaupun rasa mualnya bisa ditahan, tapi kenapa perutku berulah sekarang. Batin Noel
AUTHOR's POV
"Pftt...." Sa Yoo yang berusaha untuk tidak tertawa melihat wajah malu Noel.
"Kamu laper ya, Noel?" tanya Sa Yoo
"Yahh... Begitulah..."jawab Noel sambil menahan malu
"Kalau gitu coba tutup mata sebentar" ujar Sa Yoo
Tutup mata??? Kenapa tutup mata??? Apa ini bakal menjadi layaknya scene film romantis? Batin Noel.
Deg-- Deg-- Deg-- Deg--
Seakan melupakan masalahnya sejenak, Noel pun berusaha menenangkan debaran jantungnya.
Walaupun penasaran, dia tetap menutup matanya dengan gelisah.
"Oke, buka matamu Noel" bisik Sa Yoo di telinga Noel..
NOEL'S POV
Aku pun pelan-pelan membuka mataku. Disaat setengah dari kelopak mataku telah terbuka, aku sadar bahwa dahiku terdorong oleh bantalan plastik yang lumayan keras.
--BUAAGHHH--
"Duhh, apa nih?" Sontak aku mundur dan sesuatu menempel di dahiku.
Aku pun mencabutnya dari dahiku dan melihat dengan keheranan.
"Choco Pie?"
Hahh... ternyata ini bukan adegan seperti film romantis rupanya, batinku.
Merasa ter-php dengan situasi ini aku hanya bisa memasang poker face.
"Jjaaangggg, ini choco pie yang terkenal di Korea itu loh... Kalo makan pasti dijamin ngga laper lagi!" seru Sa Yoo dengan wajah riang.
*Jjang= Bahasa Korea yang artinya mirip seperti "tadaaaa" dalam Bahasa Indonesia*
"Duh... Ada-ada aja, mana ada makanan yang habis dimakan jadi laper" dengan spontan aku mengatakannya.
Yep, tanpa sengaja pikiran dari batinku kukeluarkan begitu saja.
"OH! Akhirnya Noel mulai bicara Non formal yaaa, Hehe..." ucap Sa Yoo sambil tertawa kecil.
Hah... Keceplosan, tidak seperti biasanya. Apa karena efek lapar ya?
"O-oh..." jawabku.
"Selama ini kamu terdengar formal sekali, karena sudah bicara non formal berarti sekarang kita teman dekat ya! Chingu!"
*chingu= teman*
Aku hanya bisa menatapnya sambil terdiam karena tak tahu harus merespon seperti apa.
Senyum Sa Yoo begitu bersinar, dan tanpa kusadari sinarnya membuatku tersenyum kecil di hari yang panjang dan melelahkan ini.
"Kenapa kamu baik padaku?" tanyaku pada Sa Yoo
"Sudah sewajarnya kan, manusia baik kepada sesamanya"
"Tidak, maksudku kenapa kamu baik sekali? Menawarkan peringanan uang sekolah dan menemaniku disaat seperti ini..."
"Aku juga sedang menunggu jemputanku kok, bukan sengaja buat menemanimu. Jadi, tidak perlu merasa terbebani" jawab Sa Yoo sambil tersenyum ramah
"B-bukan, maksudku bukan karena terbebani kok" jawabku dengan gelagapan.
Berselang beberapa detik kemudian, sopir Sa Yoo datang.
"Nona, lokasi sekitar telah diamankan, sudah saatnya untuk pulang." ucap sopir Sa Yoo.
"Aku pulang duluan ya chingu! Anyyeong~" sambil melambai kecil dari jendela mobilnya.
Aku membalasnya dengan lambaian tangan dan senyum. Setelah mobil Sa Yoo pergi, aku menatap ke choco pie yang berada di genggaman tanganku sambil teringat bagaimana Ia mendorong kepalaku menggunakan choco pie ini.
"Pft... ada-ada aja"
Sambil memakan choco pie itu, aku berpikir tentang perkataan sopir Sa Yoo tadi.
Lokasi diamankan? Apa yang harus diamankan? Aku tahu kalau Sa Yoo adalah anak orang kaya.
Tapi kenapa pengamanannya ketat sekali? Apalagi perusahaan orang tuanya adalah perusahaan di bidang ilmu dan pendidikan.
Apakah Sa Yoo menjadi target dari perusahaan lain? Atau orang tuanya memiliki bisnis lain yang berbahaya?
Tiba-tiba wajah senyumnya terbersit di pikiranku.
"Huh...Sebenarnya aku kenapa sih?"
tanyaku pada diri sendiri sambil menutupi setengah wajahku yang memerah.
-B O N U S-
Didalam mobil Sa Yoo menuju jalan pulang.
Sa Yoo yang duduk dibelakang, tersenyum sambil menatap ke arah kaca jendela.
"Nona, apakah ada hal bagus yang terjadi hari ini?" tanya sopir Sa Yoo
"Hm? Tidak kok, cuman ketemu teman saja. Kenapa?"
"Soalnya, Nona tersenyum terus setelah bertemu teman Nona yang tadi. Yakin, bukan pacar?"
"Ih! Bukan gitu pak, cuma teman kok!" sontak Sa Yoo menjawab dengan lantang.
"Kalau begitu, kenapa Nona berbohong dan mengatakan sedang menunggu jemputan?"
"Hm... Entahlah? Aku juga tidak tahu kenapa." jawab Sa Yoo sambil tersenyum kecil lagi.
"Hah...Tim Pengawasan Lokasi sampai harus lembur juga untuk menunggu Nona pulang."
"Oh iya, hehe maaf ya pak, tapi mereka tadi mengawas dimana saja?"
"satu orang mengawas didalam minimarket, satu lagi mengawas di atas gedung sambil memantau keadaan, satu orang lagi mengawas di jalanan depan minimarket" jawab pak sopir
"orang yang mengawas di dalam minimarket itu terlalu kentara. Gerak-geriknya sangat terlihat sedang mengawasi sekitar. Carikan aku orang yang lebih profesional"
"Baiklah, Nona. Akan kugantikan dengan anggota pengawasan yang baru,"
"Kira-kira Noel sadar nggak ya? Kalau dia tahu pasti bakal merasa nggak nyaman. Apa tim pengawasannya dikurangi saja?"
"..."
"Saya harap Nona tidak lupa alasan dibentuknya tim pengawasan ini"
"Iya-iya, Aku ingat kok" jawab Sa Yoo dengan wajah ngambek.
"karena seharusnya Aku tidak berada di Indonesia saat ini." jawabnya dengan suara mengecil sambil menatap kosong kearah kaca jendela.
.
.
.
(Sedikit spoiler buat Eun Sa Yoo arc)