Adel menggelengkan kepalanya beberapa kali, "gue nggak bisa. Dia udah punya Kayla. Gue nggak mungkin ngehancurin hubungan mereka." Lagi dan lagi Baron tak habis pikir dengan pola pikir Adel.
"Dan ngebiarin lo yang ngerasain sakit ini sendirian?" Kesabaran Baron mulai terkuras.
Adel mendengar deru napas Baron yang menggebu-gebu sebagai tanda dia sudah emosi. Tangan Adel menyentuh dagu Baron mengarahkan untuk menatap mata Adel.
"Iya, gue yakin. Gue pasti bisa ngelewati ini semua. Gue yakin karena gue masih punya lo."
Baron tersenyum tipis seraya mengelus puncak kepala Adel, "lo tenang ya. Masih ada gue disini. Gue janji gue nggak akan ninggalin lo. Gue nggak bisa lihat lo nangis dan rapuh kayak ini. Ini bukan Adel yang gue kenal. Mana Adel yang selama ini gue kenal? Keluarlah jin yang bersemayam didalam tubuh Adelia Puspita."
Baron mengatakan hal itu sambil meletakkan telapak tangannya ke dahi Adel. Adel memaksakan senyumnya untuk menegaskan bahwa ia akan baik-baik saja.
"Adel yang lo kenal udah mati. Ini tinggal raganya doang."
Baron mengurai pelukan mereka, "ayo bangkit dong Adel. Gue yakin lo bisa. Gue akan ada disini. Udah jangan nangis mulu. Jadi ngecover nggak?" Baron mulai menanyakan hal yang menjadi tujuannya datang kemari.
"Jadi lah. Maaf udah bikin seragam lo basah." Ucap Adel seraya menghapus bekas airmata yang masih membekas di pipi kanannya dan diatas pundak kemeja Baron.
Baron berjalan menuju kearah gitar yang tergeletak di pojok ruangan.
"Santai aja kali. Kayak sama siapa aja. Nanti juga bakal kering sendiri." ucap Baron sambil tertawa. "Yaudah mau ngecover lagu apaan?" Tanya Adel sembari mencari posisi yang nyaman untuknya.
Baron menepuk jidatnya dengan keras, "oh iya,, biar gue atur kameranya dulu. Kan tadi gue udah bilang. Pamit lagunya Tulus. Jangan-jangan lo amnesia mendadak nih. Lo masih inget nama gue kan?"Ucap Baron dengan diselingi tawa. Hingga diberi hadiah sebuah jitakan dari tangan mungil Adel.
Adel menatap Baron dengan tatapan tak terima, "iya lah. Nama lo itu Baron si Playboy cap kaki tiga."
"Bangsat gue nggak playboy ya. Kalo gue playboy udah pasti sekarang gue nggak jomblo kaya gini. Cap kaki tiga? Itukan minuman kesukaan gue." Cerocos Baron yang tak berujung.
"Udah deh. Buruan ngecovernya. Gue haus. Lo kesini nggak bawa minuman gitu? Nggak modal banget deh." Tanya Adel sambil melihat sekeliling ruangan siapa tau ada minuman untuk meredakan dahaganya.
"Tentu saja bawa dong Tuan Putri. Nih." Ucap Baron sambil menyerahkan sekaleng cap kaki tiga rasa melon, minuman kesukaannya. "Gitu dong. Tuh kan bener gue, gitu lo gue panggil playboy cap kaki tiga sok-sok an nggak mau."
Adel meminum hingga habis tak bersisa. "Udah? Kita mulai yuk." Tanya Baron sesaat setelah melihat Adel membuang bekas kaleng minumannya ke tempat sampah.
"Bacot amat sih," cerca Adel dengan muka masam.
Lagunya telah usai, Baron telah mematikan kameranya. "Gilak. Suara lo merdu bener. Pantes aja, lo dikasih penanggung jawab buat pengisi acara prom utama. Gilakk. Gue sampe bengong lo dengerin suara lo. Untung aja tadi kuncinya nggak ada yang salah." Ucap Baron dengan histeris
Setelah mendengar suara emas Adel.
Adel memutar bola matanya karena bosan dengan pujian semacam itu, biasa aja kali. "Udah yuk ke kantin atau ke rooftrop. Gue bosen. Gue pengen have fun! Ngerokok lagi yuk!"
"Nggak Del, lo harus berhenti ngerokok. Dulu lo yang mati-matian buat gue berhenti ngerokok. Sekarang malah lo yang kecanduan sama rokok. Udah kita ke kantin aja yuk." Ajak Baron setelah meletakkan gitar ke tempatnya semula.
"Traktir ya?" tanya Adel dengan muka yang dibuat-buat hingga membuat Baron bergidik ngeri.
"Iya deh. Tekor nih dompet kalo udah berurusan sama lo. Tapi nggak papa daripada lo kecanduan sama rokok mending kecanduan sama cap kaki tiga."
Raut muka Adel seketika bersinar setelah mendengar penuturan Baron.
Mereka berdua berjalan berdampingan menuju kantin. Disepanjang langkah mereka, Baron selalu melontarkan candaan-candaan ringan yang cukup menggelikan. Dengan adanya Baron disekitar Adel membuat ia bisa melupakan permasalahannya walaupun untuk sementara.
Lumayan bisa membuat perhatian Adel teralihkan. Adel sangat bersyukur bisa bertemu dengan Baron. Adel tertawa saat melihat tingkah konyol maupun perkataan Baron yang cuup menggelikan baginya.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang mengawasi mereka dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Pemiliknya adalah Bagas. Sendari tadi dia mengamati pergerakan mantan kekasih. Memang belum resmi menjadi mantan, karena diantara mereka masih belum ada kata putus.
Entah itu dari Adel ataupun dari Bagas.
Mungkin kata break lebih cocok untuk menjelaskan kondisi hubungan mereka berdua. Hubungan mereka dibatasi dengan garis tipis yang membatasi hubungan mereka berdua dan itu cukup memberi dampak yang sangat besar bagi kelangsungan hubungan mereka.
Entah sampai kapan akan seperti ini. Bagas selalu berharap bahwa hubungan mereka bisa baik-baik saja untuk kedepannya.
Bagas hanya bisa menghembuskan napas secara kasar. Sebenarnya ia ingin mengatakan pada dunia. Bahwa Adel adalah miliknya. Tapi, ada kejadian yang membuatnya sedikit kesulitan melakukannya. Adel mulai menjauhinya. Bagas sangat ingin menjelaskan segala hal tentang kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka. Namun, Adel masih ingin sendiri.
Kini, Bagas hanya bisa menunggu. Menunggu waktu dimana Adel membukakan pintu maafnya. Bagas melihat Adel bisa tertawa. Walau tidak selebar saat bersamanya. Setidaknya Adel sudah bisa tertawa. Melihat hal itu, hati Bagas seakan teriris.
Ada rasa tak terima dalam hatinya. Ia hanya ingin bila tawa Adel disebabkan olehnya dan hanya tertuju padanya. Bukan karena oranglain. Hati Bagas terasa seperti ditikam belati. Namun, dia harus fokus. Sebentar lagi akan terselenggara acara prom night dan dia tidak boleh salah fokus. Ia harus bisa mengesampingkan masalah pribadinya untuk tugas dan kewajibannya sebagai ketua pelaksana acara.
Acara prom night tinggal menghitung hari saja. Semua panitia prom night mulai disibukkan dengan persiapan acara. Semua persiapan sudah mulai selesai dan terlengkapi. Begitu pula dengan Adel dan Baron. Mereka berdua lebih sering berlatih bersama-sama, baik itu latihan di sekolah maupun di rumah Adel.
Hubungan Adel dengan Bagas semakin jauh. Berbeda dengan hubungan Adel dengan Baron yang semakin hari semakin dekat. Bagas sedang disibukkan dengan persiapan acara prom. Dia mencoba mengacuhkan suasana hatinya yang sedang kacau demi berlangsungnya acara ini.
Seluruh panitia dan pengisi acara mendapatkan dispensasi satu hari untuk gladi bersih. Acara ini diluar acara sekolah. Acara ini akan berlangsung besok malam tepat pada pukul 7 malam. Bertemakan black and white. Acara ini versi tidak resminya.
Acara resminya akan diadakan dipagi harinya dan yang bertanggungjawab bukan lagi para panitia OSIS melainkan dewan guru. Acara prom merupakan acara wajib tahunan di SMA ini. Acara ini adalah salah satu program kerja OSIS di sekolah setiap tahunnya.