Chereads / Hodiernal / Chapter 6 - Memahami Situasi Yang Sedang Terjadi

Chapter 6 - Memahami Situasi Yang Sedang Terjadi

Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, usai upacara, tidak ada jam pembelajaran. Waktu senggang ini digunakan dengan baik oleh seluruh pelajar SMA Mayapada, tidak terkecuali Grace.

Namun, sepertinya langit melarang gadis itu. Setelah upacara, Grace menyimpan topi dan minum. Ketika akan pergi ke teman-temannya yang menunggu, Kenzie datang bersama wajah dingin. Alhasil kelompok yang menunggu bubar ketakutan.

Grace memilih agar ia sendiri yang pergi ke teman-temannya, tapi kata ajaib langsung menghentikan. Kini, gadis bando kupu-kupu perak hanya duduk sambil ditatap hangat. Mengapa dari sekian orang yang terlibat, harus Kenzie yang jadi kunci utama untuk segalanya?!

Bicara soal segalanya yang maknanya perjodohan, kesepakatan baru telah dibuat mereka. Grace akan memotong masa berlaku kalau Kenzie menggunakan cara curang lebih dari enam kali. Hitungan itu juga termasuk cara yang sudah digunakan.

"Grace, nanti aku kenalin sama temen-temen aku. Biar Grace punya banyak temen." Sekian lama diam setelah rapat tertutup tadi, Kenzie akhirnya bicara. Kepalanya ia tarik dari meja kemudian ditopangnya dengan sebelah tangan.

Grace melirik ke samping malas. Laki-laki itu kurang memikirkan yang terjadi di masa depan. "Sebagai apa?"

"Tunangan dong," ujar Kenzie cepat. Cukup sulit juga membuat Grace mengeluarkan lebih banyak kata-kata.

"Lo mau ngundang masalah buat gue?" tanya Grace menatap datar seseorang yang mengisi kursi sebelahnya. Awas saja kalau Kenzie kembali menggunakan kata ajaib. Kesempatan yang dimiliki remaja itu tinggal tiga. Namun, akan bagus jika yang tersisa segera digunakan. Meski kontrak di antara mereka sebatas lisan, itu sah.

Kenzie mengisi pipinya dengan sedikit udara. "Aku kan ada di sini. Nanti kalo ada yang ganggu Grace, bilang aja. Aku bakal bales."

"Sekalipun itu pacar lo?"

Pada waktu itu juga Kenzie speechless. Lalu menjadi terkekeh. Mengapa gadis ini bisa menanyakan demikian? Kalau begini, dirinya yang harus hemat kata-kata saat berhadapan dengan Gracella Wangsadinata.

"Emang keliatannya aku punya pacar?" tanya Kenzie hati-hati meski wajahnya ramah.

Tanpa ragu Grace mengangguk kecil. "Iya, " kata nya, "aish! Tadi ngomongin apa? Nggak usah ngalihin topik."

"Siapa yang ngalihin topik sih, Grace? Kan dari tadi emang ngomong soal aku bakal lindungin kalo kamu ada yang ganggu." Mata Kenzie berkilat. Gadis di sampingnya ini benar-benar menarik. "Iya kan?"

Kepastian yang ditanyakan Kenzie lebih membuat Grace malu pada dirinya sendiri. Padahal ia sudah bersumpah tidak akan memboroskan kalimat saat bicara dengan Kenzie. Dan lagi, yang ia katakan barusan berkemungkinan membuat gagasan di kepala Kenzie.

"Eng-enggak! Gue bisa jaga diri," kata Grace menutupi perasaannya sekarang. Gadis itu sedikit melirik saat tidak tersedia lagi sahutan. "Nggak butuh lo."

Kenzie merenung sejenak. Ada sesuatu aneh menjalari hatinya. "Beneran? Tapi nanti kalo Grace nggak bisa jaga diri lagi, aku nggak boleh jaga Grace?" Wajah sedihnya benar-benar nyata.

Grace menjadi beku. Suaranya sama seperti di malam itu. Sangat bersungguh-sungguh. Namun, masa lalu, masa kini ataupun masa depan adalah hal berbeda. Mereka memang berbeda, tapi saling berhubungan.

"Aku selalu sama Grace."

Sesak yang sama menyerang Grace. Serangan verbal yang dipakai Kenzie membangkitkan ingatan yang harusnya telah hilang. Karena ini, Grace menyimpulkan Kenzie masihlah orang jahat yang mempermainkan perasaan orang lain.

Amarah menyala dalam diri gadis itu.

"Grace, semua orang berhak punya kesempatan, termasuk kamu. Jangan bilang lupa kalo kamu masih belum lupa. Jangan siksa diri sendiri."

Kenzie tidak menyadari pengaruh dari kalimat yang dikatakannya tanpa disaring. Langsung saja ia mendapat mata silet dari kupu-kupu peraknya.

"Nggak usah sok kenal gue," desis Grace mengeluarkan aura permusuhan ketika mulutnya bergerak.

"Kenapa Grace? Aku emang kenal kamu. Sangat baik." Kenzie balik menatap berani. Dia sadar sejak awal mengingatkan Grace tentang tiga tahun lalu.

Namun, mereka berdua sama-sama menderita.

Kenzie ingin Grace mengerti apa yang masih bertahan dalam hatinya, dan Kenzie ingin meluruskan kesalahpahaman yang ada agar Grace berhenti menekan diri sendiri.

"Aku ngerti yang kamu rasain, Grace. Aku-"

"Gue bilang jangan sok kenal gue!" Suara kursi jatuh diikuti teriakan, mengalihkan pandangan seluruh ruangan ke bangku di sudut.

Kenzie abai terhadap tatapan yang mengarah. Fokusnya hanya kepada Grace yang melayangkan tatapan membunuh beserta kedua tangan terkepal.

Tidak ada yang tidak bertanya-tanya atas atmosfer tegang yang ada. Namun, kebanyakan mereka tidak begitu terkejut. Grace adalah gadis tangguh, sedang Kenzie most wanted yang lebih dingin dari es kutub. Maka, tentu akan ada singgungan di antara mereka ketika interaksi berlangsung.

Teng!

Dering bel mengejutkan semua orang. Mereka menghela nafas hati-hati, seolah jika mereka membuang nafas kuat-kuat, akan mengganggu perseteruan antar dua orang di sana.

"Terserah lo mau lakuin apa. Tapi gue nggak ijinin lo ungkit-ungkit tentang itu," ancam Grace sebelum pergi sambil menahan emosi. Mengerti dirinya? Kenzie hanya mengerti dirinya sendiri.

Ketika melewati pintu, ada banyak orang yang berdiri. Namun, mereka membuang pandangan saat Grace menatap balik. Gadis itu memilih tak peduli dan berlalu.

"Grace! Eh, Grace! Mau kemana lo! Grace!"

Dawn dan Lea kebingungan karena Grace hanya melewati mereka. Bukannya kami memiliki janji? Ke mana Grace akan pergi?

###

Brak!

Grace sampai di rooftop dan menendang kursi yang ada. Dia marah juga tak senang. Sebuah kesalahan saat ia memberi celah untuk Kenzie. Begitu mudahnya dirinya terperangkap dalam jebakan manusia jahat itu.

Gadis itu menjambak rambut dan merasakan sesuatu di sana. Grace mengambilnya. Sebuah bando kupu-kupu yang cantik. Sangat cantik sampai ia percaya begitu saja setelah mendapatkannya.

Melangkah ke bagian lain, Grace duduk di kursi kayu tanpa sandaran. Semua hal jadi serba salah dan janggal. Entah ini karena perbuatan Kenzie atau dirinya sendiri yang menolak lupa.

Lagi lagi ini. Ia selalu mengaku sudah berhasil, tapi hati kecilnya mengatakan ia tidak akan pernah berhasil. Kata-kata Kenzie terngiang di kepalanya. Sebenarnya, dari yang dilakukan laki-laki itu sejak awal, apa motifnya? Apa yang dia inginkan darinya?

Ada banyak pertanyaan untuk semuanya.

Di saat seperti ini, Grace teringat sosok Kenzie Ivan Baskara yang sekarang. Di setiap dia tersenyum dan bicara, tidak ada yang palsu. Seperti dia benar-benar melakukannya karena keinginan sendiri.

Benar-benar tulus, tapi kalau begini apa kabar dengan sumpahnya supaya membalas orang yang menyakiti hati?

Tiba-tiba ada banyak ide berputar di kepalanya. Harusnya ia terpikir ini sejak awal. Betapa pelupanya dirinya. Grace terkikik kecil. Dirinya begitu pintar, tapi mudah terpengaruh. Seterusnya sebuah senyum miring menghias wajah putihnya.

"Ken, kamu bilang kamu ngerti yang aku rasain."

###

Author : "Atmosfer menjadi tegang guys! 😨"

Grace : 😊