Pandangan seluruh kantin kini tertuju kepada dua orang yang baru saja masuk. Banyak dari mereka yang mempertanyakan kebenaran hubungan dua orang itu sekaligus mempersiapkan diri agar tidak menyinggung di kemudian hari.
Garvin memberi senyum kecil sebelum Grace pergi setelah mengatakan ia akan ke teman-temannya. Gadis berbando itu berlari kecil dan di setiap langkahnya, mata publik tidak lepas darinya. Mereka telah mengetahui Grace merupakan satu-satunya murid baru di sekolah juga anggota baru di Blue Moon. Mereka dibuat takjub oleh pesona gadis itu yang mampu mengambil hati Garvin si dewa iblis, yang membenci seseorang mendekatinya dan mencoba mengetahui kehidupannya.
"Grace," panggil Lea dengan wajah horor di saat perempuan berambut pixie bergabung duduk tepat di sampingnya. Dirinya tidak pernah menyangka di hari pertama Grace bersekolah sudah mengambil hati orang, apalagi si dewa iblis.
Dawn memandang bahagia teman barunya. "Ciee. Grace, kapan jadian sama Garvin? Kok gue nggak tau?"
Banyak orang menahan diri supaya tidak memberi pukulan pada siswi yang mengajukan pertanyaan. Tidakkah dia sadar kata-katanya terdengar ingin tahu tentang hal pribadi seseorang?
Grace memandang bingung teman-temannya dan para penghuni kantin. Ia tahu Garvin merupakan The Best Badboy yang jarang ditemui dan sukar didekati, tapi apa yang membuat mereka memandang dirinya sangat horor? Terlebih lagi para anggota Blue Moon.
"Grace, ini petuah dari Dawn. Jangan sampe Garvin lepas dari genggaman lo dan suatu hari nanti, hasut dia buat gabung sama kita," beritahu Dawn sambil menunjukkan satu tangan yang terkepal.
Sudah sejak lama Blue Moon berusaha mendekati Garvin untuk memperkuat kedudukan, tapi laki-laki itu terlalu hemat bicara. Dawn tahu Garvin menganggap Blue Moon keren dan berkeinginan bergabung, pasti ada alasan di balik penolakan tidak langsungnya itu.
"Maksudnya?" tanya Grace semakin kebingungan dan tertarik oleh ucapan Dawn. Tiba-tiba ia tersadar bahwa tatapan horor yang ada sebenarnya untuk Garvin. Jadi sebutan The Best Badboy itu masih memiliki makna lain.
"Haish, lo lucu Grace. Yang penting, inget! Jangan sampe Garvin lepas dari genggaman lo." Suaranya melirih seiring kalimat yang segera berakhir.
###
Kenzie telah mendengar rumor yang beredar di sekolah juga sosial media para pelajar SMA Mayapada. Wajah tampannya mendung membayangkan momen ketika Grace berjalan bersama orang lain dan tersenyum bahagia karenanya.
Suasana hati Kenzie semakin rusak saat mendapati remaja putri yang duduk di sebelahnya terlihat gembira sembari menyalin tulisan dari papan tulis ke buku. Dirinya tidak mengerti proses Grace jatuh pada Garvin. Bisa saja ia memberi pelajaran pada Dewa Iblis itu, tapi Kenzie masih terpikir masa depan gengnya.
Akhirnya, karena tidak bisa berbuat apa-apa, Kenzie ikut menulis saja. Kalau begini lebih bagus dia dan Grace homeschooling. Para sohibnya di kelas ini sibuk memperhatikan Grace walau tahu di mana gadis itu berpihak. Dibuat kesal juga dirinya mendapati mereka memandang Grace dengan terpesona.
"Grace, pulang yuk, bosen," ajak Kenzie dan meletakkan kepalanya. Dalam posisinya ini, orang-orang menganggapnya sedang tidur, merupakan sebuah keberuntungan dia memberi bangku untuk Grace berdekatan dengan jendela.
"Pulangnya jam dua belas, kan? Nggak bisa tunggu? Di sekolah gue dulu pulangnya malem." Grace menjawab sambil terus menulis. Sebenarnya apa Kenzie berusaha menunjukkan kedekatan mereka? Grace jadi tertawa hambar. Kalau sampai terungkap hubungan mereka, maka Kenzie tidak akan lepas dari pukulannya.
Kenzie menampilkan wajah khawatir. "Kamu kalo pulang sekolah malem? Wah, kasian. Kamu kok nggak bilang sama aku sih? Kalo bilang, aku bisa minta sama kakek biar kamu sekolah di sini."
Dengusan keluar dari Grace. Dipikirnya Kenzie memang tidak tahu apapun tentangnya dan bagaimana perasaannya. Lagi pula, dia tidak peduli apa Kenzie paham atau tidak.
"Grace, kupu-kupunya mana?"
Sekarang Kenzie baru sadar hadiah darinya tidak dikenakan oleh Grace. Apa itu juga akibat pengaruh Garvin?
"Kenapa? Mau pake?" Balasan ketus dari Grace. Baru dua kali hadiahnya dipakai, Kenzie sudah melayang ke angkasa.
Kenzie mempoutkan bibir tipisnya. Ia buat wajahnya sesedih mungkin seperti anak kucing yang kesepian. "Kamu kok gitu sih? Kamu masih marah ya? Aku minta maaf deh. Aku yang salah."
Grace memutar bola mata dengan malas lalu menghela nafas. Tangan kirinya yang bersemayam di bawah meja ini tidak tahan lagi dikurung lebih lama. Setiap kata yang keluar dari Kenzie selalu sukses menaikkan tensi darahnya. Belum lagi gaya bicaranya yang imut nan polos.
"Kok diem? Aku yang salah, aku nyesel. Mau maafin aku?"
Suara beratnya lirih dan malah seperti gumaman tidak jelas, tapi entah apa alasannya Grace dapat menangkap suaranya sangat jelas. Lagi pula permintaan maaf tidaklah cukup untuk segalanya. Kenzie berusaha serta mencoba tanpa mengetahui kriteria lawannya.
"Kamu mau apa biar aku dimaafin?" tanya Kenzie hampir menyerah. Untuk sekarang ia menggunakan wajah terluka walau tidak yakin Grace akan terpengaruh.
Grace tersenyum miring. Berkali-kali Kenzie menawarinya sesuatu yang selalu mengarah ke pembatalan perjodohan. Haruskah ia memancing amarah laki-laki itu kemudian bertindak sebagai korban? "Batalin perjodohannya." Dua kata yang sudah dihafal Grace di luar kepala. Dia tidak akan berhenti sebelum keinginan terbesarnya di waktu kini terwujud.
"Yang lain dong. Kalo dibatalin, gimana sama usaha biar kamu nerima aku?"
Laki-laki yang meletakkan kepalanya di atas buku tulis tersenyum kecil. Sepertinya bermain kata dengan Grace akan jadi hobi barunya. Lihat bagaimana gadis itu terdiam. Tiba-tiba Kenzie merasa Grace berusaha menolaknya sejak awal, mungkin karena rasa bencinya atau rasa cintanya. Mereka berdua sama-sama terluka, tapi tidak berencana saling bicara. Lagi pula Kenzie sendiri terlalu takut mengatakan alasannya pada waktu itu. Ia takut Grace justru semakin marah. Waktu itu merupakan momen penting dalam hidup Grace.
"Kenzie!"
Teriakan itu diikuti lemparan penghapus papan tulis kepada murid yang duduk sebangku bersama gadis berambut pixie. Semua perhatian kini teralih pada bangku yang terletak di pojok kanan. Bukan hal baru lagi bagi mereka bahwa Kenzie si most wanted pandai, menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah untuk tidur.
"Kenzie! Ini masih hari Senin dan ini pelajaran ibu! Kalo kamu ketahuan tidur sekali lagi, silakan angkat kaki dari kelas ini!" peringat guru wanita berkacamata. Di seragamnya terdapat nametag bertuliskan Saraswati S.Pd.
Kenzie meluruskan punggung, sedangkan Grace menahan tawa. Wajah laki-laki itu sedikit tegang. Grace rasa langit kali ini membantunya. Ucapkan selamat tinggal pada wajah tampan yang berpura-pura sedih dan kalimat yang mengingatkannya pada masa lalu.
Tunggu.
Apa baru saja ia mengakui Kenzie seorang yang tampan? Grace terkekeh sejenak. Di sekolah lamanya ada banyak siswa tampan serta berbakat, dan Kenzie hanyalah debu jika disandingkan dengan mereka.
###
Author : Kenapa Grace ngomong ada banyak cogan di dekatnya?! Bikin author jealous aja.
Grace : 😜