Senyum kecil tercipta di wajah laki-laki tampan yang kini sedang berdiri menatap rumah besar nan megah bertulis Rayes Family house didepan pintu besar itu. Pandangan penuh rindu seakan mengkilas balik masa lalu yang penuh canda tawa dulu..
"Woi, Jovan.. Kenapa lo masih berdiri disitu aja. Ayo masuk, nyokap gue udah nanyain lo dari tadi" pintu rumah terbuka menampakkan wajah Lionil.. Ya laki-laki didepan rumah keluarga Rayes adalah Jovan sahabat Lionil dari masa kanak-kanak dulu. Namun, Jovan dan keluarganya harus pergi ke Luar Negeri walaupun begitu membuat persahabatan mereka tidak terputus karena Jovan sering kali kembali ke Indonesia seperti sekarang ini. Ia memang seringkali kembali ke Indonesia entah untuk apa bahkan beberapa minggu lalu dia kembali dan kini ia kembali lagi, tetapi waktu itu dia hanya sehari saja berada di Indonesia tidak memberitahu pada sahabatnya Lionil. Kini karena Lionil mengetahui bahwa ia di Indonesia Lionil menyuruh dan memaksa dirinya untuk menginap saja dirumah keluarga Rayes.
"Oke, siap. Gue masuk sekarang, tante pasti kangenkan sama gue" ujar Jovan melangkah masuk menyusul Lionil yang terlebih dahulu melangkah masuk kedalam.
"Jovan, akhirnya kamu datang juga nak. Tante kira kamu kesasar kemana" ujar Sarah yang baru saja keluar dari dapur berjalan mendekat kearah Jovan dan langsung memeluknya dengan hangat penuh kasih sayang.
Begitulah Sarah ia selalu menyayangi semua orang. Entah itu saudara atau bukan.. Baginya Jika menyayangi semua orang dengan ketulusan maka kita juga akan disayangi orang lain.
"Ya nggak mungkin dong tan, kalau Jovan nyasar. Jovan kan udah sering bolak-balik Indo. Jovan kangen loh sama tante sama om" ujar Jovan
"Masa, kalau kangen kok jarang main ke rumah. Padahal tante denger-denger dari mama kamu, kamu sering ke Indo kan"
"Diakan ya ada urusan lain juga mom, ke Indo. Jadi ya nggak sempet lah buat main ke rumah kita" bukannya Jovan yang membalas perkataan Sarah malah Lionil yang menjawab dan memotongnya.
"Udah ya mom, Jovan pasti capek dia mau istirahat. Ayok bro ikut kekamar gue" timpal Lionil lagi dan berjalan pergi menuju tangga rumah yang menghubungkan dengan kamarnya yang ada dilantai dua.
"Dasarr, tuh. Ngeselin banget" Ujar Sarah menatap Anaknya yang telah pergi. Dengan kesal-kesal gemas.
"Hahaha, udah ya tan. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi sama om juga. Oh iya tan.. Kok sepi bener ini rumah.? " ujar Jovan
"Jelas sepi, Om lagi keluar kota, Liam sudah punya rumah sendiri, Luna masih sekolah dan sahabatmu itu kerjaanya main kekampus ngurung dikamar main game" jelas Sarah sambil mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil
"Yaelah tan, gak usah begitu" ujar Jovan menepuk pundak sarah pelan dan langsung berjalan menyusul Lionil ke kamar.
°°°°°
Perlahan tapi pasti Zach membuka matanya terasa berat dan juga kepalanya terasa pusing tak lupa seperti ada sesuatu di atas dahinya. Tangannya mencoba meraih sesuatu yang seperti bertengger di dahinya. Sebuah handuk putih basah ia ambil saat ingin menurunkan tangannya tiba-tiba tangannya seperti jatuh disebuah benda yang tergeletak dikasurnya. Matanya yang berat mencoba ia alihkan untuk melihat apakah beda itu.. Saat fokus netranya melihat apa yang ada didepannya begitu kagetnya ia.. Mendapati perempuan yang selama ini menjadi pacar bohongannya tertidur dengan lelap di samping ranjangnya dan juga jangan lupakan tangannya satunya menggenggam erat tangan perempuan itu.
Iya Luna tertidur dengan menopang tangannya di ranjang samping Zach. Tentu saja tangan satunya masih tergenggam erat oleh Zach.
Zach mencoba untuk mendudukan dirinya secara perlahan dan mencoba melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Luna dengan hati-hati agar perempuan itu tidak terganggu tidurnya. Sesekali ia memperhatikan wajah damai perempuan itu yang terlelap tidur sesekali juga ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Namun kali ini padanganya tertuju pada sebuah mangkuk besar bisa dilihat bahwa mangkuk itu tentu saja bekas Luna mengompres dirinya tadi. Kembali ia menatap Luna entah kenapa kali ini tatapannya berbeda
Perlahan tapi pasti ia berjalan turun dari kasur secara hati-hati agar tidak mengganggu tidur Luna. Tenggorokannya terasa kering ingin menegak sesuatu yang membuatnya segar.
Zach melangkah menjauh kearah pintu dan membukanya secara perlahan,
Rumah Zach begitu sepi tidak ada aktifitas sama sekali hanya terdengar sesekali kegaduhan dari luar rumah. Rumah terasa sepi karena orang tuanya pergi keluar negeri, Bibi asistan rumah tangganya sedang pulang kampung jadi tentu saja rumahnya begitu sepi. Bodo amat rumahnya mau sepi atau tidak ia tidak perduli toh memang dirinya sudah terbiasa dengan semua ini.
Kini ia sudah berada tepat didepan kulkas untuk melakukan tujuan utamanya tentu saja mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokan yang kering.
Segera ia ambil sebotol minuman dan langsung menegaknya sampai tandas ketika selesai minum tanpa sengaja netranya tertuju pada makanan yang sudah tertata rapi di meja makan. Bahkan disana ada soup daging kesukaanya siapa yang membuat itu semua, dirinya benar-benar bertanya-tanya dalam hati.
Apa mungkin Luna yang membuatnya pikirnya dalam hati. Perempuan itu benar-benar tidak bisa ditebak
Entah kenapa secara tiba-tiba hatinya terasa menghangat saat melihat makanan yang tersaji...perasaan apa yang kini ada dihatinya pun ia tidak tahu.
Setelah seperkian detik ia terpana melihat apa yang ada dimeja makan, Zach memutuskan untuk kembali kekamarnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat kedepan Luna perempuan itu sudah menuruni tangga dan kini berjalan kearahnya
"Lo udah bangun, lo gak pa"? " tanya Luna saat sudah berada didepan Zach.
"...." Zach hanya diam menatap lurus pada mata Luna yang tampak khawatir.
"Lo beneran gk pa-pa, Zach, Zach" ujar Luna kembali sambil menyentuh dahi Zach untuk memastikan apakah Zach sudah benar-benar baik karena sebelumnya ia demam tinggi. Karena tidak mendapat respon dari Zach secara perlahan Luna menepuk-nepuk pipi Zach yang diam terpaku memandang dirinya.
"Kayaknya memang lo udah baikan, badan lo juga udah gak panas. Kalau gitu gue pulang dulu ya ini udah sore mau magrib lagi. Oh iya itu udah gue masakin buat lo makan malem.. Kalau lo gak suka atau kalau rasanya gak enak kasih ke orang atau ke kucing liar aja daripada dibuang" ujar Luna memberitahukan.
"Gue makan" ujar Zach singkat namun pandanganya masih tertuju pada Luna yang merapikan tas miliknya.
"Baguslah jadinya gak mubazir dan gak buang-buang makanan. Gue pulang ya,. Nanti Alfin kesini dia bawain obat buat lo diminum ya. " ujar Luna sambil melangkah pergi meninggalkan Zach yang cuman diam sambil menatapnya dengan aneh.
"Gue anter" ujar Zach tiba-tiba tentu saja itu membuat Luna langsung membalikan badannya menatap kearah Zach tak percaya
"Apa, " ujar Luna memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
" gue anter, ini udah mau magrib gak ada angkutan umum deket sini" ujar Zach
"Eh gak usah, gue bisa pulang sendiri. Gue pesen Ojek Online aja. Lo juga kan masih sakit" balas Luna
"..." tidak ada jawaban dari Zach ia malah pergi berjalan menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Tentu saja itu membuat Luna bingung kenapa dengan manusia es, apa dia marah karna ucapanya barusan. Ah masa cuman begitu marah masa bodo mau marah atau apa lebih baik dia sekarang pulang sebelum kakaknya Onil yang super duper cerewet itu menghubunginya berkali-kali
Luna melangkah pergi meninggalkan dapur menuju pintu depan rumah itu. Belum sempat ia membuka knop pintu sudah didahului oleh si pemilik rumah. Siapa lagi kalau bukan Zach, ia kembali dengan tampilan yang berbeda kini ia memakai Jaket hitam sambil memegang kunci mobil. Iya kunci mobil entah kenapa tiba-tiba saja ia lebih memilih untuk mengendarai mobil ketimbang motor yang sangat amat ia sukai
"Gak sabaran" dengus Zach mendahului Luna keluar dari Rumah.
Sungguh Luna benar-benar dibuat keheranan dengan Zach apa karena sakit ia jadi baik seperti itu. Luna menekukan wajahnya kesal dan jengkel gara-gara Zach ia kena semprot tukang ojek online karena membatalkan orderan padahal si tukang ojek sudah sampai didepan rumah
Zach dan Luna kini sudah berada di garasi rumah Zach begitu terpukau nya ia melihat garasi di rumah itu yang begitu besar melebihi garasi dirumahnya ditambah lagi beberapa mobil dan motor mewah mengisi garasi luas itu. Berarti Zach bukan hanya kaya tapi milyader gilak walaupun begitu dia tidak menunjukannya banyak orang yang tidak tau karena saat pergi kemana-mana Zach hanya menggunakan motor sport biasa. Benar-benar menakjubkan si manusia es
Luna juga baru sadar bahwa Zach mau mengantarkannya menggunakan mobil. Padahal ia sudah stay didepan motor.
"Kemana? " ujar Zach saat melihat Luna melangkahkan kaki menuju motor yang biasa digunakannya. Memang letak motor dan mobil berlawanan arah
"Mau ke motor lo lah" ujar Luna yang memang masih sedikit terbawa emosi karena omelan tukang ojek online
"Gak pakek motor, pake mobil. Sini" panggilnya pada Luna. Dengan mengerucutkan bibirnya Luna berjalan mendekat menghampiri Zach yang sudah berniat untuk masuk kedalam mobil
Didalam mobil menuju rumah Luna terasa sunyi sepi tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali. Jangan ditanya kenapa tidak ada pembicaraan ya pasti tau jawabannya Luna malas berbicara dengan Zach tau sendiri ia manusia es.
"Ehkmm" Zach berdehem kecil mencoba mencairkan suasana
"Rumah lo dimana? " karena pancingannya tadi untuk mengalihkan tatapan Luna keluar jendela tidak mendapat respon akhirnya Zach mencoba bertanya tentang rumah Luna. Ia benar-benar tidak tau dimana Luna tinggal.
"Jalan aja, nanti gue kasih tau" jawab Luna
Lima belas menit kemudian akhirnya sampai dirumah Luna setelah diperjalanan yang membosankan dan sepi tidak ada yang berbicara sama sekali..
Mobil sport hitam Zach berhenti tepat didepan rumah Luna, yang sudah dipenuhi oleh cahaya lampu yang bersinar terang. Jam memang sudah menunjukan sore hari bahkan menjelang malam hari
Luna turun dari mobil Zach memutari mobil
"Ayok mampir dulu," ujar Luna
"Gak gue terus aja" jawab Zach
"Oke, hati-hati dijalan.. Makan terus minum obat dari Alfin dia pasti udah dirumah lo"
"Ehmm" Zach hanya berdehem saja menanggapinnya
Zach langsung pergi meninggalkan perkarangan rumah keluarga Rayes begitu juga Luna yang langsung membuka pintu rumahnya ketika Zach sudah meninggalkan perkarangan rumahnya
°°°
T. B. C