Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 18 - Episode 17

Chapter 18 - Episode 17

Kini empat orang laki-laki sedang berkumpul di ruang Tv menikmati acara TV yang mungkin menurut mereka asik.

Di Sana ada Luis, Liam, Jovan, dan Zach. Mereka duduk di sofa yang memang letaknya berkeliling atau membentuk setengah lingkaran. Tidak ada perbincangan di antara empat orang itu mereka hanya berdiam diri saja. Sebenarnya di situ kurang satu orang laki-laki, siapa lagi kalau bukan Lionil entah anak itu dimana tidak ikut berkumpul dengan para lelaki di ruang tv.

Zach yang duduk di antara mereka hanya diam saja, tetapi matanya tidak bisa berhenti untuk tidak mencari seorang yang sedari makan tadi tidak ia lihat pacar bohonganya. Dimana wanita kenapa membiarkanya sendiri disini pikir Zach. Sesekali Zach juga melihat ponselnya siapa tahu ada pesan atau apa yang masuk kedalam ponselnya.

"Kau Zach kan" Tanya sebuah suara yang duduknya memang berdekatan dengan Zach sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.

"..." Zach hanya diam memperhatikan uluran tangan itu serta sesekali memperhatikan dingin wajah pria didepannya.

"Okelah kalau lo gak mau jabatan sama gue. Kenalkan gue Jovan" ujar Jovan tersenyum sambil menarik kembali uluran tangan yang dia ulurkan ke Zach.

"Gue cabut dulu" Zach melihat Luna yang baru saja turun dari tangga langsung berdiri dari duduknya pergi menghampir Luna mengabaikan ucapan Jovan barusan.

Jovan memandang Zach yang langsung berdiri dan kini sudah menghampiri Luna yang berjalan menuju set kitchen, mereka berdua tampak membicarakan sesuatu terlihat serius dalam pembicaraan itu, sungguh membuat Jovan begitu penasaran.

*****

"Boleh bicara" ujar Zach saat sudah ada di depan Luna yang sedang menegak minumnya.

Luna memincingkan matanya melihat Zach yang sudah berdiri di sampingnya yang sedang meneguk air minum.

"iya silahkan" Luna menyuruh Zach untuk bicara.

"Lo besok bisa ikut gue" ujar Zach dingin.

"Kemana? " tanya Luna singkat sambil menaruh gelas yang tanpa ia sadari masih ia pegang.

"Besok lo juga tau" Zach seperti ragu untuk mengatakanya.

"Gak, gue gak mau. Lo gak mau bilang mau kemana" Luna menolak dan ia hendak pergi meninggalkan dapur. Namun tangan Zach memegang lengannya sehingga menghentikan langkah Luna untuk berjalan.

"Menemui Salsa" Akhirnya Zach mengatakannya, ekspresinya datar-datar saja.

" ngapain? " Tanya Luna penasaran.

Sementara Zach hanya diam tidak menjawab, malah ia pergi lagi kembali ketempat duduknya tadi berkumpul dengan yang lainya di sofa depan televisi.

Saat Zach berjalan pergi, Luna mengangkat tanganya melayangkan pukulan di udara untuk menyalurkan kekesalanya gara-gara pertanyaanya tidak di jawab manusia es. Sungguh anak itu semaunya sendiri, saat giliran yang lain bertanya atau berbicara malah di abaikan.

"Kamu darimana Zach" tanya Luis melihat Zach yang baru saja duduk di sofa.

"Bertemu Luna Om" ujar Zach tanpa ekspresi. Benar-benar anak itu tidak dengan temannya tidak dengan orang lebih tua ekspresi wajahnya kaya tembok flat-flat aja.

Luis tersenyum dan sedikit tertawa membuat ketiga orang laki-laki didepan Luis sekarang mengernyitkan dahi tak mengerti.

"Waah, Papi kemasukan nih" ujar seseorang yang baru datang sambil menaruh tanganya di dahi Luis dan tak lupa membacakan doa-doa pengusir setan.

"Apa-apaan sih ini, Kamu kurang ajar ya Lionil" Luis langsung menepis tangan anaknya keras.

"Eh siapa yang kurang ajar, aku cuman nolong papi aja dari kemasukan setan" Ujar Lionil sambil mengusap-usap telapak tanganya sedikit lebay.

"Duduk" Liam yang tadi hanya diam dan melihat saja. Kini menatap adiknya itu tajam dan seakan menginstrupsi untuk duduk.

"Hemm" Lionil langsung bungkam dan mengikuti ucapan kakaknya tadi. Ia tidak bisa bercanda lagi kalau kakaknya yang super duper kaku itu sudah mulai marah.

"Siapa yang kemasukan setan hah" ujar Luis langsung menjewer telinga anak keduanya itu yang duduk disampinya.

"Papilah, masa senyum-senyum sambil ketawa sendiri. Kan aneh" ujar Lionil polos sambil menggosok-gosokkan tanganya ditelinga. Kepanasan akibat jeweran Papinya.

"Papi nih tersenyum gara-gara Zach" Luis mengatakan itu sambil memandang kearah Zach, ia tersenyum kembali melihat pemuda di depanya.

Sementara Zach bingung, ia juga menatap tuan Luis.

"Dia mirip kakak kamu, Liam" ujar Luis lagi.

"Aku" ujar Liam yang berada disitu. Sesekali ia memperhatikan Zach juga, mirip apa yang mirip batinya.

"Sifat kalian yang mirip, sama-sama kaku dan dingin" Luis melihat mereka semua yang kebingungan.

"Zach, gue kasih tau ya. Jangan mau di mirip-miripin sama tuh orang. Gak asik tau nggak" ujar Lionil sambil menunjuk kakaknya Liam yang sedang asik mengetik sesuatu di ponselnya lalu teralihkan karena ucapan Lionil barusan. Ia langsung menatap adiknya tajam.

Zach hanya tersenyum kecil, menanggapi ucapan Lionil barusan. Sungguh keluarga Luna begitu hangat saling menggoda satu sama lain. Berbanding terbalik dengan keluarganya yang jarang sekali untuk berkumpul saling berbagi kehangatan keluarga seperti ini. Entah mengapa ia merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga ini.

"Jovan, kamu masih libur panjang kan? " Tanya Luis pada Jovan yang sedari tadi hanya diam. Tidak ikut tersenyum atau berbicara.

"Nggak om, dua hari lagi aku balik ke Amrik" jawab Jovan.

"Om kira masih lama kamu disini, ya sudah nikmati liburanmu disini ya"

"Iya om"

Tak terasa perbincangan mereka di depan televisi saat ini membuat mereka lupa waktu, jam sudah menunjukakan jam 10 malam waktu yang cocok untuk beristirahat.

"Kalian berempat kalau masih mau mengobrol lanjutkan saja. Om sudah mengantuk" Luis bangkit dari duduknya, ia sudah mengantuk dan badanya terasa lelah sehabis dirinya pulang dari Luar kota beberapa jam lalu sebelum makan malam.

"Zach, bukanya besok kamu sekolah. Om saranin sih kamu cepet istirahat, nanti kesiangan" ujar Luis lagi, ia menghentikan langkahnya dan membalikan padan memandang Zach yang tampak mendengarkan pembicaraan antara Liam dan Jovan.

Zach langsung memandang kearah sumber suara yang mengajaknya berbicara, ia langsung menganggukkan kepala tanda mengiyakan perkataan Luis barusan.

"Zach" Panggil Luna yang baru datang membawa Badcover berwarna putih.

Zach berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Luna.

"Ini, selimut buat kamu" Luna memberikan selimut itu pada Zach. Zach tidak segera menerimanya ia malah berjalan pergi menuju kamar tamu yang tadi sudah ia lihat.

"Zach, ini loh selimutnya" ujar Luna pelan sedikit berbisik agar kedua kakaknya serta Jovan tidak mendengarnya. Dengan terpaksa Luna mengikuti langkah Zach menuju kamar tamu yang di tiduri Zach saat ini.

Jovan menatap mereka berdua semakin dibuat penasaran dengan hubungan Luna dan Zach yang bukan seperti dua orang yang sedang berpacaran. Dua orang itu terlihat seperti tidak berpacaran, gerak-gerik mereka menunjukan bukan seperti dua orang yang sedang kasmaran.

******

Keesokan paginya Luna seperti biasa dia sudah rapi untuk berangkat kesekolah. Ia juga sudah sarapan tadi bersama kedua orang tuanya, kedua kakaknya, kakak iparnya dan juga Jovan. Tapi ada Satu orang yang disana, siapa lagi kalau bukan Zach semalam perasaan anak itu tidur dirumahnya tapi kenapa pagi ini dia tidak ikut sarapan pagi.

Kata Papinya sih Zach sudah pulang subuh tadi, alasanya mau mengambil baju sekolah. Pantas saja dia tidak ikut makan bersama.

Luna berjalan kearah gerbang besar rumahnya menunggu sang kakak Lionil yang sedang memanaskan mobil di garasi untuk mengantarkanya berangkat ke sekolah. Sambil menunggu dia duduk di pos satpam, memasang headset ketelingan dan mendengarkan musik.

Baru saja lagu terputar setengah jalan ia melihat motor masuk keumahnya. Bukankah itu Zach? Kenapa anak itu kemari lagi. Batin Luna.

"Ayok" ujar Zach setelah memutarkan motornya kearah pos satpam dimana Luna berada disitu. Tadi dia tidak menyadari jika Luna ada di situ makanya ia terus saja masuk ke pekarangan rumah Luna.

"Zach, ngapain Lo kesini lagi" Luna melepas headsetnya.

"Ayok" Bukanya menjawab pertanyaan Luna, Zach menyuruh gadis itu.

"Kemana? "

"Sekolah " jawab Zach singkat.

"Naik" ujar Zach lagi melihat Luna yang masih diam di tempat seperti sedang berpikir.

"Gue sama kak Lionil aja" jawab Luna.

"Naik" Zach turun dari motornya, menarik lengan Luna untuk mendekat kearah motornya.

"Ya, Lepasin dulu" Luna terpaksa mengiyakan, tidak ada gunanya juga ia menolak pria di depanya ini pasti terus memaksanya.

Akhirnya motor berjalan pergi keluar gerbang rumah Luna.

Sementara di dalam Lionil sudah mengeluarkan mobilnya, mobil itu menuju pos satpam, berkali-kali klakson mobil di bunyikan seakan menyuruh orang yang ada di dalam pos untuk keluar.

"Iya Den" ujar Pak Ujang satpam di rumah Lionil.

"Dimana Luna, " tanya Lionil

"Loh, Non Luna sudah berangkat kesekolah Den. Baru saja ia berangkat bersama den Zach"

"Apaaa!! "

"Aishhh, anak itu. Kalau mau di jemput cowoknya kenapa ngeributin gue terus dari tadi pagi" Lionil menggerutu saja didalam mobil. Memutar balik mobilnya kembali masuk kedalam garasi rumah.

"Kakak, Kakak, " teriak Lionil di dalam rumah.

"Apa? " jawab Liam singkat.

"Datar banget sih jawabnya, gak asik. Jadi males gue mau ngomong sama Lo" Lionil malah pergi setelah Liam berjalan mendekatinya.

Liam hanya menatap adiknya biasa saja, dia sudah maklum kelakuan yang nyelewang adik cowoknya itu.

"Papi, Papi. Tau nggak pi, aku dikerjain sama anak kesayangan papi"  Lionil kini berjalan mendekat kearah Papinya yang sedang duduk membaca koran dipinggir kolam renang.

"Apaan sih Onil" ujar Mami Lionil yang baru saja datang membawa beberapa cemilan di toples.

"Eh, ada makanan kesukaan aku nih. Kacang polong" Lionil malah langsung mengambil toples yang berisi kacang polong kesukaanya dan duduk dengan santai di kursi didekat Papinya.

"Kamu tadi bilang kesal dikerjain adikmu. Sekarang malah kesenengan gitu makan cemilan papi" ujar Luis sedikit menyindir.

"Cepet bilang" ujar Luis.

"Gak jadi, bikin kesel aja" jawab Lionil sambil memakan kacang itu.

°°°

T. B. C