Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 15 - Episode 15

Chapter 15 - Episode 15

Mentari baru telah muncul, begitu juga hal baru telah datang

Kini sekolah libur waktu yang paling dinanti bagi semuanya. Waktu yang berharga untuk dihabiskan bersama orang terkasih atau quality time bersama keluarga.

Begitu juga dengan Zach kini dia sedang bersama salsa dan Roland di pusat perbelanjaan ternama, selain ingin belanja mereka bertiga ingin duduk-duduk santai disalah satu cafe di pusat perbelanjaan itu.

Sebenarnya Zach sungguh tidak berminat untuk ikut pasangan ini, bagaimana bisa berminat jika kau melihat seorang yang kau cinta bersenang-senang dengan laki-laki lain didepan matamu. Ditambah kau berada ditengah-tengah mereka berdua seperti menjadi obat nyamuk. Jika bukan karna ajakan dan rengekan manja Salsa padanya, Zach mungkin masih tetap pada pendiriannya untuk tidak ikut.

"Zach, Lo gak ikhlas ya nemenin kita" tanya Salsa yang sedari tadi memperhatikan Zach yang hanya diam saja sambil sesekali memperhatikan sekeliling cafe. Roland langsung ikut memperhatikan Zach setelah ucapan yang dilontarkan istrinya tadi.

"Wah, kayaknya memang gak ikhlas nih sayang" celetuk Roland yang kini juga memperhatikan wajah dingin Zach.

"Gue ikhlas, " balas Zach datar

"Oh, gue tau beb kenapa dia kayak nggk suka begini nemenin kita. Mungkin karna Luna nggak ikut, hayo bener nggk Zach" Salsa coba menebak perasaan Zach.

"

...." Zach hanya diam tak menanggapi omongan tak masuk akal kedua pasangan itu. Tentu saja tidak masuk akal, bagaimana bisa dia seperti ini karna gadis cerewet bin aneh yang tidak ikut bersama mereka saat ini. Memalingkan wajah penuh kemuakan adalah solusi terbaik. Daripada harus memandang wajah kedua pasangan yang saling menebar cinta sama lain. Sungguh membuat hatinya panas.

Disaat Salsa memandang kearah butik Yang memang berhadapan langsung dengan cafe tempat dia saat ini berada, seperkian detik tatapannya menyipit menajamkan penglihatan memastikan apakah yang ia lihat saat ini benar-benar orang yang dia kenal atau bukan.

"Luna" panggil Salsa setelah ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar cafe. Otomatis Zach, Roland dan tentu saja Luna yang merasa terpanggil memperhatikan Salsa yang sudah melambaikan tangan padanya.

"Ceana, ada yang memanggilmu. Kau kenal" ujar Jovan yang kebetulan berada disamping Luna. Luna dan Jovan memang pergi bersama kebutik tetapi bukan hanya berdua saja, ada Liam dan Lionil juga yang ikut bersama mereka.

Luna membalas lambaian tangan Salsa dan dia memutar arahnya yang seharusnya masuk kedalam butik kini melangkah mendekat kearah Salsa rasanya tidak sopan jika tidak menghampiri seseorang yang memanggilmu. Tentu saja Jovan juga mengikuti dibelakang. Liam dan Lionil yang melihat adik mereka pindah haluan hanya bingung dan saling melemparkan tatapan penuh Tanya. Namun, tidak ada niatan untuk menyusul.

Kini Luna dan Jovan sudah berada didekat Salsa tentu saja Salsa langsung menarik tangan Luna untuk masuk kedalam Cafe, entah kenapa ia merasa sudah sangat dekat sekali dengan Luna padahal ia baru bertemu untuk kedua kalinya.

Luna sedikit terkejut saat sudah sampai dimana Salsa duduk didalam cafe itu, ternyata Salsa tidak hanya sendiri saja, disana juga ada Manusia es. Bahkan kini si es menatapnya dengan tajam tanpa ekspresi,

"Lihat siapa yang datang sama gue" ujar Salsa penuh semangat.

"Loh, Luna disini juga" ucap Roland yang kini telah melihat Luna

"Hehehe, iya kak. Ada sesuatu yang mau dibeli" jawab Luna

"Ayo Luna duduk dulu jangan berdiri aja, ajak temennya juga. Zach Lo kok diem aja sih ada ceweknya disini" ujar Roland

"Kalian berdua mau pesan apa? Luna kamu mau pesan apa dan kamu.. " tanya salsa yang sedikit bingung saat bertanya kepada Jovan.

"Jovan, kak. " ujar Jovan yang mengerti akan kebingungan Salsa.

"Oh nama kamu Jovan, kamu mau pesan apa" tanya salsa lagi

"Samain aja sama Ceana" jawab Jovan,

Zach dan yang lainnya pun hanya saling pandang. Mereka seperti penasaran akan hubungan Luna dan Jovan, karena sepertinya panggilan Jovan untuk Luna adalah panggilan kesayangan.

"Oke," balas Salsa

"Zach, Luna kok kalian cuman diam aja. Lagi marahan atau gimana.? Ayo dong saling ngobrol" ujar Roland mencoba mencairkan suasan yang dirasa sedikit kaku dan menegangkan karena sedari tadi Zach hanya memperhatikan Jovan dengan tatapan tidak suka.

"Kita gak lagi marahan.. " jawab Zach datar dan kini tatapannya ia alihkan ke mocha latte miliknya

"Yeey, pesanannya datang" ujar Salsa antusias padahal itu bukan pesananya tapi begitu hebohnya dia, maklumlah hormon ibu hamil.

"Kak Roland sama kak Salsa kok bisa disini, " tanya Luna

"Kita bosen cuman diapartement aja. Jadinya kuajak paksa pacar kamu Yang super duper kaku ini buat nemenin kita daripada dia kesepian dirumah. Eh disini malah ketemu kamu jadi tambah suka deh" ujar Salsa penuh antusias.

"Siapa bilang, gue kesepian" ujar Zach dengan tajam.

"Eh ada yang marah. Maaf-maaf" Salsa langsung mencubit pipi Zach gemas. Sementara Roland dan yang lainnya hanya tersenyum.

"Udah ah beb, jangan begitu sama Zach dia bukan anak kecil lagi. Nanti dia malu loh apalagi didepan ceweknya" tegur Roland pada istrinya setelah ia memperhatikan Zach yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan salsa.

"Maaf, kak Roland dan kak Salsa. Kita berdua nggak bisa lama-lama, soalnya kakak-kakak Ceana sudah menunggu kita" ujar Jovan tiba-tiba, otomatis itu membuat Luna menatap kearahnya. Begitu juga dengan yang lain. Luna menatap kearah Jovan seakan menanyakan apakah benar yang barusan ia ucapkan tadi.

"Oh, kalian bersama Liam juga. Ya sudah kalau begitu, soalnya dia tipe orang yang gak sabaran dan malas sama yang namanya menunggu" ujar Salsa

"Maaf ya kak, lain kali kita ngobrol-ngobrol lagi" Luna merasa tidak enak dengan Salsa dan Roland mereka baru saja berbicara sebentar tapi Jovan sudah mengajaknya untuk pergi. Soal Zach buat apa ia merasa tidak enak pada manusia es itu, dia saja dari awal sudah diam saja padanya dan tidak menanyakan sepatah katapun.

"Mari kak," ujar Jovan permisi sambil menggandeng tangan Luna sontak yang berada dimeja itu langsung memandang tak percaya dan sesekali melihat ekspresi Zach yang seperti tidak suka. Namun, ia hanya diam saja.

Sementara Luna seakan bertanya, kenapa kau seenaknya saja langsung menggandeng tanganku, dia hanya memperlihatkan tatapan tajam pada Jovan yang langsung menggandeng nya pergi.

°°°°°°

Luna berjalan menyusuri Koridor untuk menuju kekelasnya, saat Luna berjalan tiba-tiba saja sebuah kaki membuatnya tersandung

Brukk

Tentu saja itu dilakukan dengan sengaja. Namun sayang Luna tidak memperhatikannya

Luna terjatuh dengan kedua lutut terkantuk ke lantai, tentu saja itu sangat sakit karena begitu kerasnya

Seorang cewek dengan dandanan menor langsung menatap meremehkan Luna. Bisa ditebak tentu saja itu Tiara and the geng.

"Enakan jatuh seperti itu, "senyum meremehkan terukir dibibir sadis Tiara.

Bukan hanya Tiara saja yang disitu, tetapi anak-anak yang lain seperti tidak menyukai Luna. Entah kenapa, Luna pun juga bingung.

"Lo kenapa sih, nggak suka bener sama gue. Dan buat kalian semua yang disini gue gak ada salah ya sama kalian. Tapi, kenapa kalian nggak suka bener sama gue" ucap Luna dengan tajam

"Kita benci aja sama Lo, gimana bisa lo jadi pacar Zach padahal lo biasa-biasa aja. Dan disaat kita udah ikhlasin Zach pacaran sama Lo, lo malah main sleweng sama cowok lain" ucap Cyntia salah satu cewek yang mengerumuni Luna.

"Minggir, "seru Luna dan langsung menyibak kerumunan cewek-cewek gak penting menurutnya

Luna menghempaskan tasnya dimeja dan ia duduk sambil melihat lututnya yang sedikit berdarah. Sungguh ini sudah keterlaluan, apa salah dirinya jika membela orang yang lemah. Semenjak ia membela cindy juniornya dibully kenapa hari-harinya disekolah serasa tidak nyaman. Apalagi sekarang ditambah ia menyandang predikat sebagai pacar dari Zach pria paling digilai disekolah. Seakan penderitaanya bertambah bukan berkurang orang-orang disekolah yang membencinya semakin membenci dirinya.

Tak berapa lama pun Dinda dan Anya masuk kelas mereka memperhatikan Luna yang sesekali menunduk mengusap-usap lututnya. Sontak mata mereka langsu tertuju kelutut Luna yang memerah dan sedikit berdarah

"Luna,, kenapa dengan lutut Lo" ujar Anya.. Sambil mendekatkan diri melihat lutut Luna lebih dekat.

"Gak pa-pa, cuman jatuh kesandung aja" jawab Luna santai

"Lo gak bohong kan Lun" kini giliran Dinda yang seakan tak percaya dengan perkataan Luna.

"Gaklah kenapa juga, gue harus bohong" walaupun Luna mengatakan seperti itu tetapi diantara mereka berdua seakan tidak percaya. "

Oke, oke deh kalau lo bilang begitu terus. Kita percaya deh" ujar Dinda dan Anya serempak.

"Oh iya, ada gosip tentang Lo" ujar Anya tiba-tiba

"Gosip apaan? " Tanya Luna sedikit penasaran. Sejujurnya ia sudah bisa menebak gosip apa tentang dirinya. Tapi, ia coba menampik mungkin ini tentang hal lain.

"Katanya lo nyelingkuhin Zach, daln lo jadi orang yang gak tau diri" Ujar Dinda yang sebelumnya saling tunjuk dengan Anya untuk siapa yang akan berbicara

"Cumn itu gosipnya, capek deh gak penting" ujar Luna dan langsung membuka buku pelajarannya karena memang jam pelajaran sudah dimulai. Namun, guru mereka belum masuk kedalam kelas.

°°°°°°

"Ayoklah dek, ini udah malem. Lama bener dandanya.. " Teriak Lionil dari lantai bawah rumah mereka

"Onil, jangan teriak-teriak kenapa. Kamu itu bukan orang utan dan rumah kita bukan hutan" ujar Sarah sambil menutup telinganya gara-gara ulah putra keduanya itu.

"Mami ngatain aku kayak orang utan, kalau aku orang utan mami apa dong? Gorila? " kesal Onil

"Kau ini" ujar Sarah sambil mengangkat tangan hendak memukul sanga anak.

"Hayo, mami mau mukul aku. Kena pasal kekerasan pada anak loh mam" ujar Onil sedikit menggeser diri menjauhi sang mami.

"Anak mami yang satu ini, memang harus banyak-banyak istigfar" ujar Sarah sambil mengelus dada

"Kenapa mam, biar aku jadi tampan ya. Eh ngapain aku harus jadi tampan kan aku memang sudah tampan" Lionil langsung merapikan ramputnya yang tertata rapi, sehingga semakin menunjukkan ketampanannya.

"Udahlah kak, jangan banyak kepedean. Nanti, kalau jauhar's sakit loh" ujar Luna yang tiba-tiba saja sudah dihadapan mereka

"Dasar adik.. " belum sempat Lionil selesai bicara

"Udah gak usah banyak omong. Sana kalian berangkat ke acara om hendra, in sudah malam loh" potong sarah dan langsung mendorong kedua anaknya ke pintu keluar rumah mereka.

Setelah mengendarai mobil kurang lebih Lima belas menit, kini Luna dan Lionil akhirnya sampai juga di acara pernikahan anak rekan bisnis papi mereka Yang kebetulan juga om Hendra merupakan paman dari Alfin dan Zach.

Mereka bertemu diacaraitu

"Loh, kok cuman kalian berdua yang datang? Dimana Mami sama papi kalian" tanya Rini ibu dari Alfin saat menghampiri Lionil dan Luna.

"Itu tan, papi pergi ke luar kota sedangkan mommy dirumah kak Liam buat jagain Julian karena kak Liam sama istrinya mau ada acara juga diluar kota" jawab Lionil.

"Oh, sayang sekali ya kita nggak bisa kumpul-kumpul" balas Rini

"Hehehe iya, bang Gerald gak dateng tan? " tanya Lionil

"Belum, mungkin sebentar lagi" jawab ibu Alfin

"Eh, ini Luna ya? Sudah besar ya, kamu satu sekolah dengan Alfin dan Zach kan? "Ujar Rini saat memperhatikan perempuan cantik namun dengan polesan natural.

"Iya tan" jawab Luna

"Mamii, "teriak Alfin yang berjalan mendekat kearah maminya bersama Zach yang mengikuti dibelakangnya.

"Eits, ada sih bendahara jutek" ujar Alfin saat sudah didekat mereka. Sementara Zach hanya diam saja. Namun, matanya sesekali memperhatikan Luna dan Lionil bergantian seperti ada yang ia fikirkan diantara mereka berdua.

"Isshhh, " tatapan sinis terlontar oleh Luna untuk Alfin.

"Zach, pacar lo marah sama gue" adu Alfin pada Zach yang kebetulan berdiri disebelahnya.

Tentu saja mereka yang berada disitu memandang Alfin. Termasuk Rini dan Linonil yang tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Alfin barusan. Lionil menatap adiknya dan Zach secara bergantian..

"Alfin.. " tegur Rini pada anaknya

"Kenapa mam, memang benar sih Luna pacar Zach marah sama gue mam"

"Jadi, pacar Zach yang ngurusin Zach waktu sakit kemarin Luna" tanya Rini dan raut wajahnya langsung berubah berseri.

"Bener Zach" tanya Rini sekali lagi dan kini ia bertanya pada Zach.

"Mm-hm, iya" jawab Zach singkat dan langsung mengalihkan tatapanya kelain arah. Karena sebelumnya ia memperhatikan Luna yang tidak memperhatikanya tetepi memperhatikan laki-laki disebelahnya yaitu Lionil.

"Waahh, tante bahagia banget kalau kamu pacaran sama Luna. Rubah sikap kamu jangan dingin terus, nanti Luna takut loh sama kamu" ujar Rini.

"Tan, kita kesana dulu.. Mau nongol didepan om Hendra dulu setelah itu kita mau pulang. Soalnya harus jemput mami sama Julian" ujar Lionil sambil berjalan pergi, dari mereka tak lupa ia menggandeng tangan adiknya

"Tan, kita permisi dulu ya. Ayo Alfin, Zach" ujar Luna lembut sebelum ia berlalu pergi.

"Zach, ayok kita makan" ujar Alfin. Tetapi tidak ada sahutan

"Zach, Zach" panggilnya sekali lagi. Zach masih tidak menanggapi ia malah masih terus menatap kepergian Luna dengan tatapan tak suka mengarah ke genggaman tangan Lionil yang menggenggam erat tangan Luna.

"Lo gak suka, cewe lo digandeng orang lain" celetuk Alfin yang tiba-tiba saja berbicara didepan wajah Zach. Sontak Zach kaget dan langsung memundurkan tubuhnya.

"Apa-apaan sih Lo, gak jelas" ujar Zach dingin

"Lo yang lebih gak jelas, ya kali lo cemburu sama kakak kandungnya Luna" Zach langsung menatap penuh penasaran kearah Alfin.

"Woii sadar itu Lionil kakak keduanya Luna you know " ujar Alfin seperti sedikit mengejek Zach yang cemburu tak berdasar.

"Lo udah beneran suka ya sama Luna, sampai lo cemburu gak liat-liat" ledek Alfin sekali lagi.

"Terserah kata Lo, " ujar Zach langsung pergi meninggalkan Alfin yang tertawa mengejek sepupunya itu.

°°°

T. B. C