"Apa-apaan ini?!" Sentak Rita. Kedua tangannya berkacak pinggang. Dia tidak terima atas keputusan Arini. Apalagi keputusan Arini diambil secara sepihak tanpa meminta izin dirinya, seakan dirinya seperti tidak diperlukan.
"Kurang jelas? Perlu saya ulangi lagi? Oke, akan saya ulangi. Dengarkan baik-baik! Setelah Zea pulang dari rumah sakit, saya akan bawa dia dan rawat dia di rumah saya. Apakah sudah jelas? Oh, saya rasa cukup sih, malah sangat jelas," ujar Arini. Kedua tangannya bersedekap di depan dada dan senyumannya itu tercetak jelas meremehkan orang lain.