"saya tahu bapak penghulu dipaksa. sekarang ayo teruskan!"
"saya tidak berani tuan. saya minta maaf"
"kenapa tidak berani?" tanya wijaya.
"maaf saya pulang saja" kata pak selamet sambil bangkit.
"eeee, tunggu dulu"cegah wijaya.
pak selamet bingung dengan situasi yang berada disana sekarang, juga dengan yang lainnya mereka takut wijaya murka melihat pernikahan itu terjadi.
ditambah dengan mimik wajah yang tidak nampak garang seperti tadi, wijaya meminta pernikahan diteruskan dan itu membuat yang lain terkejut dengan keinginan wijaya yang pliplan.
"aku yang akan jadi walinya" tandas wijaya.
lala yang menangis terpengarah melihat ayahnya, begitu juga dengan aryan. sedang penghulunya itu terbengong melihat semua yang berada didepannya. sandiwara apa ini? apa saya dipermainkan pikir pak selamet.
"duduklah kembali pak penghulu. kami semua akan merestui pernikahan kedua mempelai ini" kata dartha tulus.
pak selamet melihat dartha jadi terkekeh, seperti tergelitik. baru saja ketegangan terjadi tiba-tiba ini dan kenapa sekarang.
yang lainnya juga ikut tertawa bukan karena suasana yang baru dibuat dartha, mereka tertawa karena melihat gigi pak selamet yang sudah ompong semua dan itu membuat mereka melupakan sejenak hal yang mencemkan barusan.
suasana yang tadi membuat mereka terdiam tidak bisa mengeluarkan suara kini berubah jadi haru dan gembira. penghulu itu segera menghenyakkan pantanya kembali kekursi tadi yang sempat dia dudukki.
"tuan-tuan tidak main-main ya?" tanya pak penghulu itu setengah kurang yakin dengan wijaya yang tadi sempat murka melihat pak penghulu mulai dengan aksinya.
"O, tidak" ulang dartha.
pak selamet terbatuk-batuk sedikit untuk melepaskan sesak napasnya karena sejak tadi dirinya dilanda ketengangan.
"saya ini orang tuanya, pak. cuma untungnya saya tidak punya penyakit jantung. mungkin kalau punya saya sudah mati sejak tadi melihat kelakuan mereka" ujar wijaya.
"ayo kita mulai dari awal akad nikahnya" perintah wijaya lagi.
"hemm! baik tuan"
pak selamet kembali menjabat tangan aryan. seperti tadi pak selamet membaca ayat suci sebagai syarat akad nikah yang sah. aryan menirukan apa yang diucapkan oleh penghulu itu.
setetes air mata jatuh perlahan kepipi orang yang menyaksikan pernikahan mereka. rasa haru dan bahagia menguasahi seluruh perasaan mereka semua. berikut giliran lala yang akan membaca ayat suci yang sudah diucap aryan pertama kali.
gadis itu, lala. terisak-isak ketika menirukan ucapan pak selamet, isak tangisnya adalah sejuta rasa bahagia yang sudah didapat dari kedua orang tuanya.
selesainya akad nikah, lala langsung memeluk ayahnya. dikuras habis tangisnya bahkan yang melihat itu mereka jadi ikut merasakan apa yang lala rasakan selama ini.
"ternyata cinta memang bisa mengalahkan segala-galanya" kata wijaya.
"maafkan lala, pa" lirih lala menangis.
"tak ada lagi yang perlu dimaafkan. mulai detik ini jadilah kau seorang istri yang baik"
wijaya membimbing lala berdiri. lalu lala berhambur kepelukan ibunya dia menumpahkan tangis bahagia dipelukan perempuan itu.
"tuhan telah menjodokan kamu dengan aryan, la. semua kecemasan kami telah hilang kini. bersyukurlah atas kemuliaan-nya" kata murti dengan suara parau.
sedang antara wijaya dan dartha saling berjabatan tangan. kedua lelaki setengah baya itu tersenyum satu sama lain.
"persoalan kita telah selesai, tuan" kata wijaya.
"ya. kini resmi jadi besan" ucap drtha.
wijaya dan dartha sama-sama tertawa. lantas wijaya memeluk bahu aryan dan menepuk-nepuk pundak lelaki itu.
"kau memang satria dan jantan. mudah-mudahan keturuna kalian akan mewarisan sikap ayahnya" ujar wijaya. aryan cuma tersenyum dengan penuturan ayah mertuanya itu sekarang.
armin tidak mau ketinggalan. dia memeluk sari dan melepaskan kerinduan serta bahagia. kedua remaja itu terlihat tersenyum bebas dengan merasakan kebahagiaan teman mereka.
lain dengan pak selamet dia hanya terkekeh kecil melihat orang disekililingnya. awal dari pertemuan pertama pak selamet dengan kedua orang tua mempelai membuat suasana mencengkam dan sekarang berbeda. hanya ada rasa haru dan bahagia yang sedang menyelimuti kedua pasang keluarga itu.
sebelum mereka meninggalkan rumah itu, armin dan sari menyalami kedua orang mempelai. memberi ucapan selamet bahagia dan banyak lagi. aryan dan lala memeluk kedua sahabatnya itu silih berganti.
"tanpa pengorbananmu tak mungkin kami bisa menang, ar." kata aryan begitu bahagia sekali.
"yang penting buat kau, jadilah seorang suami yang baik buat lala"
"terima kasih. jasa kalian tidak akan kecil artinya dalam sejarah hidup yang akan kami arungi" ujar aryan.
"ya. tanda jasa apa yang patut kita berikan untuknya" ujar wijaya.
"buat kami cukup tiket pesawat terbang keliling erola nantinya" sahut armin.
bukan meminta lebih kepada wijaya, armin hanya bergurau terhadap permintaanya. tetapi bedah dengan tanggapan wijaya dan dartha. mereka akan mewujudkannya karena mereka merasa armin yang lebih banyak membantu menyatukan dua keluarga yang sempat tidak setuju dengan penikahan ini dan sekarang sudah terlihat jawabannya sekarang. lancar dan bahagia semuanya.
"tentu dengan sidia" ujar armin lagi sambil menunjuk sari. sari jadi malu tapi dalam hatinya girang juga.
"oke. urus saja paspor kalian. soal tiketnya gampang"armin dan sari saling berpandangan lalubmereka berpelukan meninggalkan rumah itu. disusul yang lainnya.
ruamah yang tak terurus itu akan kembali sunyi. tidak terdengar lagi canda tawa aryan bersama lala. selama mereka lari dari kedua orang tua mereka. aryan dan lala sempat tinggal disana bersembunyi dari kedua orang tua mereka yang tidak merestui hubungan mereka.
sesaat aryan dan lala sudah duduk dimobil yang meluncur pergi jauh dari perkarangan rumah, mereka sempat memandang rumah kenangan itu. sampai akhir hayat, mereka tidak akan melupakan suka dukanya.
dirumah itu begitu banyak kenangan yang membuat mereka jadinsatu pada akhirnya.
didalam mobil itu aryan memegang erat tangan lala sambil tersenyum bahagia, sama dengan lala dia juga ikut memandang aryan. mereka saling pandang dan tersenyum bahagia dwngan semua yang sudah merekah jalani.
"kamu bahagia, la" tanya aryan pada lala sambil memeluk bahu lala.
"hmmm, aku bahagia aryan"
"selanjutnya kita akan tinggal dimana?, kamu mau tidak tinggal dirumahku.bali"
lala yang mendengar bali sedikit rasanya dia ingin kesana tetapi dia anak semata wayang ayahnya. jika dia ikut bagaimana dengan ayah dan ibunya yang berada disini.
"aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan sekarang la, tapi lebih baik kita pertanyakan itu nanti dirumah saja ya" ucap aryan dengan lembut pada lala.
lala hanya diam tersenyum melihat aryan yang sekarang didepannya dengan keputusan yang akan direncanakan nantinya.
"aku ikut aryan saja, apa yang diambil aryan, lala ikutin saja. sekarang kan aryan udah jadi suami lala" ucap lala tersenyum.
aryan yang melihat tingkah lala yang sedang malu-malu itu jadi tersenyum geli. dia pikir lala orangnya pendiam dan terkadang bar-bar, sikap yang seperti sekarang ini baru dilihatnya.
"lucu!"
"apanya yang lucu?" tanya lala.
"kamu"
lala yang dibilng lucupun hanya tersenyum memeluk aryan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.