Tok tok tok, suara ketukan pintu menghentikan Dinda merapihkan meja makan yang sudah rapih.
"Hai, sudah siap?" Kaos biru cerah terkesan santai dan celana jeans berwarna senada menambah level ketampanan seorang Arya, dokter dingin dimata semua orang.
"Mau masuk dulu atau langsung saja?" perempuan yang mengenakan kemeja jeans warna navy dan memakai rok dibawah lutut serta rambut dijepit ditengah menambah aura cantik Dinda namun tetap sederhana. Inilah salah satu alasan Arya menyukai pribadi Dinda. Tak perlu tampil seksi glamor untuk terlihat cantik. Begini saja sudah membuatnya ingin mengurung Dinda rapat-rapat agar tidak bisa dilihat pria manapun.
"Langsung saja. Bapak ibu kemana?"
"Bapak ibu lagi kerumah sakit. Jenguk tetangga. Aku ambil tas dulu yaa." Dinda mempercepat langkahnya ke kamar merapihkan penampilan dan mengambil tas selempang merah andalannya. Setelah memastikan isi rumah aman, Dinda mengunci pintu dan meletakkan kunci didalam pot bunga teras.
"Yuks." Ajak Dinda. "Kita mau kemana sih Ar? Rahasia betul." Dinda memasang seat belt dan Arya pun melakukan hal yang sama dan mulai melajukan mobilnya.
"Aku mau ajak kamu ketemu mama papa." Ekspresi Dinda yang kaget melebarkan mata tak terlihat Arya yang masih sibuk menjalankan mobilnya.
"Kenapa tiba-tiba sekali?" Tanya Dinda
"Dari awal kita jadian aku mau ajak kamu tapi waktunya belum pas. Sekarang mama papa kebetulan ada dirumah baru kembali dari rumah eyang." Arya tersenyum melihat ekspresi Dinda yang sedikit gugup dan panik. "
"Santai saja. Mama papa bukan tipe orangtua kolot kok." Dinda menghembuskan nafas lewat mulutnya berasa dadanya sesak seketika.
"Kalau gitu, kita mampir dulu ya ke toko buah. Masa aku datang gak bawa apa-apa." Tidak ada ketentuan bertamu membawa buah tangan. Tapi, Dinda adalah anak yang diajarkan bapak ibunya tentang beberapa sopan santun kalau datang kerumah orang, tangan tidak boleh kosong.
"Okay, kalau mau kamu begitu, nanti kita berhenti di fresh market." Senandung alunan lagu dari Ed Sheeran tidak mampu mengusir rasa deg-degan Dinda yang akan berjumpa pertama kali dengan orangtua Arya. Dulu semasa sekolah, Dinda jarang bergaul. Pertemanannya pun hanya dengan 1-2 orang. Dan, Arya bukanlah 1-2 orang itu jadi Dinda sama sekali belum pernah kerumahnya apalagi bertemu dengan orangtuanya.
Mobil meluncur ke arah ruko toko buah yang menjajakan aneka buah dengan display bersih, unik, dan tentu saja mewah. Tidak berapa lama, aneka buah anggur dan apel tertata indah didalam sebuah paket keranjang bambu cantik. Setelah Arya membayar belanjaan, mereka pun melanjutkan perjalanan.
Langit mulai memancarkan warna jingga. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dan kerap kali membuat Dinda semakin menyadari betapa luar biasa Sang Pencipta. Dialah yang menciptakan langit dan bumi, siang dan malam dengan segala keindahan dan keistimewaan yang menyertainya.
"Aku suka memandang langit di sore hari. Begitu tenang, damai, dan meneduhkan." Monolog Dinda membuat lelaki disebelahnya tersenyum. Entah kenapa sejak dirinya pacaran dengan Dinda, ia jadi pribadi yang lebih mudah tersenyum dan memandang segala sesuatunya bukan dari satu sisi lagi.
"Apa karena sore adalah waktunya pulang kerja jadi kamu suka?" Pertanyaan Arya membuat perempuan berambut dijepit itu menggembungkan pipinya dan membuat Arya tertawa terbahak-bahak.
"Cih, kamu tuh ya Ar, aku lagi serius malah ngeledekin aja." Dinda melipat kedua tangannya didepan dada dan mengalihkan wajahnya ke jendela sebelahnya.
"Iya iya, maaf yaa non. Kan aku bercanda, hahaha. Sebentar lagi kita sampai." Arya mengelus-elus kepala rambut Dinda.
**********
1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (◍•ᴗ•◍)
2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab \(^o^)/
3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (◍•ᴗ•◍)❤
4. Berikan aku GIFT jangan lupa yaa (๑˙❥˙๑)
IG: @anee_tavel