Di dalam kamarnya, pemuda itu terus menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Bryan memang begitu senang karena bisa menginjak tanah Amerika, menjalani hidup barunya di kota besar ini dengan segala fasilitas dan apa yang di inginkan hamper semunya bisa ia dapat dengan mudahnya.
"Jadi selama ini aku bekerja untuknya? Bukannya, setiap hari aku hanya kuliah saja dan bergaul dengan teman-temanku!" ujarnya dengan lirih.
Roger menepuk bahu Bryan dan menatapnya. "Sudah larut! Sebaiknya kau tidur, besok bukannya ujian pertamamu?" tanya Roger.
"Hm … besok ujian pertamaku di universitas. Jadi, tolong doa kan aku!" pinta Bryan seraya tersenyum pada Roger.
Roger keluar dari kamar Bryan dan beranjak ke kamarnya sendiri. Di dalam kamar itu, terlihat pemuda itu merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
"Tidur sajalah! Aku akan bangun besok pagi dan kembali focus untuk melihat geraak-gerik Lusiana," ucapnya lirih seraya menutup matanya.