Setiap apa yang terjadi akan menjadi satu lembar kelengkapan dalam cerita, menjadi titik awal sebelum titik berikutnya, lembar-lembar itu akan terus bertamba dengan banyaknya apa yang terjadi dan menjadi satu tumpukan tebal.
Di dalam satu katanya terdapat emosi tersendiri, dalam kalimat itu terdapat banyak perasaan yang mendalam, rasa sedih, haru, marah dan kecewa.
Terkadang apa yang terjadi membuat kita mati dalam sekejap. Bukan mati raganya akan tetapi jiwanya. Hatinya mati karena terluka, jantungnya berdetak tak seirima karena sakit dan otaknya tak lagi mampu mencerna apa yang benar dan buruk.
Bahkan, mata dan telinga pun seakan berteriak mengakatan CUKUP dan HENTIKAN karena semua yang terjadi membuat mereka tak tahan lagi.
Mata yang terus menerus mengeluarkan buliran bening itu tanpa henti, telinga yang terus menerus mendengarkan ucapan yang menyakitkan, cacian, hinaan, bahkan seperti doa yang begitu kejam yang di dengar.