Chereads / Hemlock : The land of werewolves / Chapter 23 - Tidakkah kau menyukai kedua bola mataku?

Chapter 23 - Tidakkah kau menyukai kedua bola mataku?

Cecile perlahan bangkit. Tangannya terus menepuk- tepuk debu di gaun birunya yang separuh kotor. Ia hanya mendapatkan sedikit luka di telapak tangannya.

Melihat keatas, ia sudah kehilangan jejak dari kupu-kupu biru yang diincarnya. Cecile mengeluh dalam hati.

Menyapu pandangan kesekitar, itu adalah hutan belantara yang luas. Dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Mega merah senja mulai tampak di langit yang hampir sebagian nya tenggelam dalam dedaunan hijau yang sedikit menggelap.

Itu pertanda senja sudah tiba dan malam akan segera menjelang. Mengambil keranjang yang tadi jatuh, Cecile mengutip beberapa bunga yang tersisa.

Cecile memutuskan untuk pulang dengan mengikuti tiap kelopak bunga yang dijatuhkan nya tadi di jalan.

Baru separuh perjalanan, Cecile menemukan seseorang berdiri di kejauhan. Itu adalah gadis dengan jubah putih berbulu. Bulu yang terasa tak asing di mata Cecile. Yang paling mengejutkan adalah rambut gadis itu.

Warnanya merah nyaris seperti merahnya mawar. Mengkerut kan dahinya, Cecile berpikir keras. Apakah ada seseorang dengan rambut bewarna seperti itu?

Ini adalah hutan belantara dan Cecile menemukan seorang gadis didalamnya. Disamping tampilan nya aneh tidakkah selebihnya ini terasa ganjil? gadis normal mana yang datang seorang diri ke hutan seperti ini?

Itu bukan karena akibat dari mengejar kupu-kupu sepertinya kan?

Cecile mencoba untuk mengesampingkan kekhawatiran nya. Mempercepat langkahnya, ia hanya memfokuskan matanya kebawah. Mencari jejak tiap kelopak bunga yang di sebarkan nya.

Sampai pada akhirnya ia menemukan sepasang kaki telanjang diatas tanah datang menginjak kelopak bunganya. Warna kulitnya sangat pucat nyaris memperjelas urat ungu kehijauan di kaki nya.

Mengangkat wajahnya. Cecile menemukan gadis aneh yang tadi dilihatnya. Berada tepat di depannya. Cecile terkesiap dan melangkah mundur kebelakang.

Gadis itu menyunggingkan senyum misterius diwajahnya. Membuat Cecile yang melihatnya, merinding di tempat.

Dari dekat Cecile dapat melihat wajah gadis itu ternyata sangat cantik. Yang mengejutkan nya. Itu tidak hanya rambutnya berwarna merah. Tapi juga kedua bola matanya yang berwarna merah seperti darah.

Perlahan angin bertiup halus. Gemericik dedaunan yang bergesekan memecah keheningan hutan. Samar-samar Cecile mencium aroma mawar yang sangat mencolok di udara.

Mungkinkah itu berasal dari gadis aneh itu?

Simbol kebesaran suku Zeath adalah bunga mawar. Hampir keseluruhan tentang cita rasa dan adat selalu berkaitan erat dengan mawar. Jadi Cecile tidak mungkin salah dengan penciuman nya.

Cecile merasa sangat takut. Bagaimana jika yang di hadapannya ini adalah penunggu hutan? Membayangkan saja Cecile menggigil di tempat.

Berusaha untuk tetap tenang. Cecile memilih untuk mengalihkan pandangan nya. Bergeser selangkah kesamping. Cecile melanjutkan perjalanan nya tanpa mempedulikan keberadaan gadis aneh itu.

"Aku menginginkan bola mata mu"

Deg! Apakah gadis aneh itu baru saja berbicara? Dan menginginkan bola matanya?

Seluruh tubuh Cecile bergetar. Saat ia bersiap untuk berlari. Tumbuhan liar mendadak muencuat dari tanah. Tumbuh sangat cepat dan segera meliit kedua belah kakinya. Cecile pun gagal melarikan diri.

"Tenang saja aku tidak akan menyakiti mu"

Gadis itu melangkah ke hadapannya. Bibir merahnya yang tipis berkedut. Ia mengangkat tangannya keudara. Dan jari-jemarinya yang lentik. Menyentuh permukaan wajah Cecile yang halus.

"Sangat cantik!" Katanya kemudian. Suaranya sangat halus nyaris seperti berbisik.

Cecile merasakan bulu kuduk nya naik. Gadis berjubah putih bulu itu memiliki kulit putih yang pucat. Ia dapat melihat urat-urat ungu yang halus muncul di keduabelah wajahnya.

Matanya yang merah seperti darah, itu menyala. Rambut merahnya yang panjang, berombak tersapu angin. Semakin lama Cecile memandang, deru nafasnya kian terengah. Cecile semakin yakin gadis itu adalah penunggu hutan.

"Le-lepaskan aku! Biarkan aku pergi" Cecile tergagap. Detak jantung nya melaju cepat. Dan ia kini bernafas tersendat-sendat. Melihat kebawah, kedua kakinya masih terlilit tanaman liar.

"Aku akan-" Kata gadis berambut merah itu. Kurva bibirnya melekuk tajam. Tidak jelas itu tersenyum atau tidak. "Tapi setelah aku menukar kedua bola mata kita"

"Ti-tidak!" Seru Cecile histeris.

Cecile sangat ingin menangis saat ini. Menukar kedua bola mata mereka. Apa maksudnya itu?

Cecile baru saja melangkah ke hutan ini. Ia sama sekali tidak melakukan hal apapun yang merusak. Lalu kenapa penunggu hutan ini mengusiknya?

"Kenapa tidak? Lihatlah!" Gadis berambut merah itu meraih dagu Cecile yang runcing dan mengangkat nya dengan tegas kearahnya.

"Tatap mataku" Titahnya lantang. "Tidakkah kau menyukai bola mata ku?"

Cecile tercekat. Ia adalah manusia. Siapa yang akan suka dengan mata semerah darah seperti itu? Mencoba untuk tetap tenang, Cecile berkata.

"Kau memiliki mata yang indah. Jadi tidak perlu menukarnya"

Cecile sudah mengerahkan seluruh keberanian nya untuk mengatakan kalimat itu.

Gadis berambut merah mengembangkan senyum di wajahnya. Sepasang bulu matanya berkibar rumit. Tidak seperti sebelumnya, itu sedikit terlihat melankolis. Mata merahnya yang tadi berkilau tajam. Itu meredup.

"Tapi sayangnya ini menghalangi kebahagiaan ku" Katanya lirih.

Menautkan sepasang alisnya. Cecile berpikir. Apakah gadis ini sungguhan si penunggu hutan? Atau mungkin dia manusia sama sepertinya. Hanya saja memiliki sedikit kelainan yang membuat nya tidak bahagia.

Cecile segera menyapu pikirannya. Itu tidak mungkin manusia. Tanaman yang melilit kedua kakinya saat ini sudah cukup menjelaskan. Bahwa gadis itu si penunggu hutan. Dan ia memiliki ilmu magis untuk mengendalikan tumbuhan di sekitar sini.

"Jadi aku perlu bola mata mu untuk kebahagiaan ku"

"Tidak!" Seru Cecile lantang.

Sekarang Cecile sangat menyesal. Seharusnya ia mendengar peringatan Anne sebelumnya untuk tidak melangkah terlalu jauh.

Sekarang matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Mega merah di langit perlahan membiru ungu. Suasana hutan yang tadinya keorenan, perlahan menggelap.

Angin berhembus lebih kuat dari sebelumnya. Itu menembus kedalam gaun birunya yang tipis. Menelusup kedalam pori-pori kulitnya. Cecile menggigil menahan dingin.

Melirik kebawah, ia melihat lilitan tanaman yang merambat di bawahnya itu tidak terlalu tebal. Mungkin jika ia memaksa menggerakkan kedua belah kakinya. Itu akan terputus.

Sedikit harapan pun muncul. Cecile dengan kuat menggerakkan kedua kakinya mencoba melepaskan lilitan itu dari kakinya. Semakin keras ia mencoba, semakin ia merasa sakit. Karena tanaman merambat itu sama sekali tidak putus. Itu hanya melilit kakinya lebih keras. Kulitnya yang halus nyaris seperti terkoyak karena lilitan itu.

"Percuma saja!" Gadis berambut merah itu melihat apa yang dilakukan Cecile. "Semakin kau bergerak, semakin tanaman itu melilit kakimu lebih keras"

"Aku mohon biarkan aku pergi.." Kata Cecile lirih. Matanya yang coklat berkaca-kaca memberi tatapan memelas.

"Baiklah.."

Mendengar itu Cecile memperoleh harapannya kembali. Bulu matanya yang lurus berkibar. Tampak seperti sayap kupu-kupu yang patah baru saja bangkit.

"Tapi setelah kau memberikan bola mata mu kepada ku"

___