Setelah Anne berhasil naik kedalam. Edwin masih menunggu Cecile untuk membantu nya naik. Tapi Cecile terus meloncat dengan sigap kedalam gerbong. Mau tak mau Edwin merasa canggung ditempat dengan tangan kosong di udara.
Memperbaiki ekspresi nya, Edwin bangkit dan naik. Dengan ruang kereta yang sangat luas, tiga orang didalam bukanlah apa-apa. Bahkan mereka bisa membaringkan badannya jika mau. Ditambah didalamnya juga dilengkapi dengan perlengkapan tidur. Edwin mempersiapkan semua itu karena sering memakai kereta kudanya untuk bepergian jauh keberbagai wilayah.
Jadi ia sering menghabiskan banyak waktu dengan bermalam di kereta. Dibawah tempat duduk, ada beberapa buku bacaan serta papan catur. Jika bosan ia sering membaca atau bermain catur seorang diri.
"Tuan Edwin, anda pasti sangat sering berpergian sampai menyulap kereta anda seperti penginapan"
Anne memulai perbincangan. Cecile hanya membuang wajahnya ke tirai, menggesernya untuk melihat suasana luar. Padahal beberapa kali Anne menyikutnya untuk mengatakan sepatah kata kepada Edwin. Tapi karena ia terus bersikap acuh tak acuh, mau tak mau Anne harus memulai untuk mengusir kecanggungan.
"Iya aku sering berpergian untuk bisnis"
Jawab Edwin. Bibirnya menarik sebuah senyum yang memikat. Anne merasa sangat bahagia dapat melihat nya. Walau tidak memiliki setidaknya seperti ini saja sudah lebih dari cukup untuknya.
"Kalau begitu Cecile kau pasti akan sering ditinggal seorang diri dirumah setelah menikah dengan Edwin" Lanjut Anne dan menyenggol Cecile untuk bergabung dalam percakapan.
"Kapan aku tidak seorang diri?" Cecile pada akhirnya berbicara. Tapi wajahnya enggan untuk berpaling. Meskipun suaranya terdengar acuh tak acuh, Edwin dapat menangkap ketidakbahagiaan dari sana.
"Mungkin Cecile dapat ikut dengan ku nantinya, kita dapat berpergian bersama"
Mendengar itu Cecile sama sekali tidak bereaksi. Tapi Anne nyaris ingin meneriakkan betapa beruntungnya Cecile. Sepasang mata hitamnya berbinar, ia adalah seorang gadis yang sangat mendambakan semua itu.
"Ah Cecile tidakkah kau mendengar nya? Kau sungguh sangat beruntung" Seru Anne nyaris seperti menjerit. Wajahnya yang tersenyum riang tampak seperti gadis biasa yang mengagumi sesuatu tapi jauh terdalam sudut hatinya. Ada luka yang harus ia tanggung.
Jika ia menjerit akan betapa beruntungnya Cecile, tapi hatinya menangis untuk ketidakberuntungan nya. Cecile yang baru saja berpaling untuk melihat ekspresi Anne. Menemukan matanya berkilau takjub. Tapi melihat lebih jauh, itu bukan kekaguman melainkan ratapan yang menyedihkan.
Anne menutupinya dengan sangat baik pantas saja Edwin tidak menemukan keganjilan itu. "Kalau begitu bagaimana jika kita tukar posisi saja Anne? dengan begitu kau dapat menjadi istri tuan Edwin dan kau akan yang akan beruntung" Pertanyaan Cecile yang mendadak membuat Anne tercengang.
"Bagaimana menurut Anda tuan Edwin?"
Edwin sedikit tertegun mendengarnya. Bukankah ini seperti penolakan secara tersirat? Ini sedikit seperti tamparan secara halus untuknya.
"Cecile apa yang kau bicarakan? gadis konyol!" Anne tanpa ragu mencubit lengan Cecile sedikit keras. "Aduh!" Cecile langsung menarik lengannya dan mengusap tempat bekas cubitan Anne tadi.
"Kenapa kau mencubit ku?"
"Jangan sembarang berbicara" Kata Anne dengan suara rendah. "Siapa yang sembarang berbicara? aku hanya bertanya bagaimana.."
"Tapi tetap saja itu sedikit keterlaluan.."
"Keterlaluan bagaimana? Anne..kau terlalu berlebihan. Apa kau begitu takutnya aku melukai perasaannya"
Walau mereka saling berbisik satu sama lain, ada beberapa yang berhasil tertangkap oleh pendengaran Edwin. Mau tak mau ia menautkan alisnya mencoba memahami percakapan mereka. Melukai perasaannya? Apakah itu untuk dirinya.
Ketika mendengar pernyataan terakhir itu, Anne memilih untuk menyerah. Ia menolak untuk melanjutkan perdebatan nya lebih jauh dengan Cecile.
Tiba-tiba kereta kuda berhenti. Cecile yang melirik keluar tirai, terus mengambang kan senyum diwajahnya. "Kita sudah sampai"
Dengan begitu ia langsung menyambar keranjang dan meloncat keluar dari kereta. Seperti itu Cecile terlihat sedikit liar dan bersemangat. Semenjak hari ia pulang dari melarikan diri, gadis itu sudah banyak berubah. Sekarang yang tersisa didalam kereta, hanya Anne dan Edwin.
Merasa canggung, Anne memutuskan untuk bergegas turun. Tapi siapa yang tau kalau Edwin juga akan melakukan nya. Jadi tanpa sengaja mereka saling bertabrakan. Dengan begitu tatapan mereka saling bertemu satu sama lain.
Cecile yang melihat keduanya belum turun merasa aneh dalam hatinya. Bibirnya berkedut dengan sepasang mata menyipit tajam. Mungkin memang seharusnya ia membiarkan mereka berdua lebih lama. Siapa tau mereka adalah pasangan yang ditakdirkan? Cecile dengan tulus menjadi mak comblang mereka saat ini.
Dengan begitu ia diam-diam menjauh dari kereta kuda. Berlari ke hamparan padang rumput yang luas. Rumput-rumput yang panjang, bergoyang tertiup angin itu menyambut setiap langkahnya yang lincah. Warna hijaunya yang kekuningan itu menyatu dengan gaun biru langit yang ia kenakan.
Semakin berlari kedalam, seperti yang Anne katakan. Banyak bunga-bunga cantik yang menyembul diantara ilalang. Mereka terlihat indah dengan beraneka warna unik yang memikat. Cecile dengan senang hati memetik setiap warna dari mereka.
Lalu ia berpaling kebelakang. Dari jauh ia melihat Anne yang baru saja turun dalam bantuan Edwin. Melihat itu, Cecile merasa hangat dalam hatinya. Mungkin jika ia membiarkan Edwin terus bersama Anne, pasti ada kemungkinan pria itu jatuh hati pada sepupu perempuannya.
Tiba-tiba sepasang kupu-kupu cantik melintasi pandangan nya. Yang satu bewarna violet dengan bintik-bintik hitam di sayap bawahnya sedang yang satunya lagi bewarna biru berkilau seperti kristal. Entah kenapa mendadak Cecile jadi teringat Arthur. Sayap kupu-kupu itu memiliki warna yang sama dengan bola mata biru Arthur yang menyihir.
Cecile pun tergoda untuk menangkap nya. Tapi kupu-kupu itu terbang sedikit tinggi, membuat nya harus melompat. Ketika kupu-kupu itu pergi jauh, Cecile dengan semangat mengejarnya.
"CECILE JANGAN BERLARI TERLALU JAUH..."
Dari kejauhan Anne berteriak memberi peringatan, kepada Cecile yang sepertinya semakin bergerak jauh dari mereka. Ia tau Cecile sangat bersemangat dan lincah setiap kali keluar. Tapi kali ini ia membawa gadis itu ke padang rumput yang jauh dari penduduk dan nyaris dekat dengan hutan. Itu akan menjadi masalah besar jika Cecile tersesat didalam hutan.
Tapi Cecile tidak menghiraukan teriakan Anne. Ia justru berpikir, akan lebih baik jika ia pergi jauh meninggalkan mereka berdua. Dengan begitu mereka memiliki waktu untuk saling jatuh hati satu sama lain.
Untuk menghindari tersesat, Cecile menjatuhkan tiap kelopak bunga di jalan. Dengan begitu saat ia ingin kembali, ia hanya perlu mengutip tiap kelopak itu.
Tapi tetap yang menjadi fokus utamanya adalah kupu-kupu biru cantik itu. Ia ingin sekali menangkap nya. Dengan begitu Cecile semakin giat berlari, membelah padang rumput yang luas dengan riang.
Sampai pada akhirnya ia keluar dari ranah rumput yang luas, berganti menjadi hutan liar yang hijau. Cecile masih mengejar kupu-kupu biru itu, dengan salah satu tangannya yang terus menebarkan kelopak bunga dijalan.
Hingga ia tanpa sengaja tersandung dengan akar pohon yang muncul dipermukaan tanah. Dengan begitu ia kehilangan keseimbangan dan terjerembab jatuh mencium bumi.
"Arkh..ini sangat sakit!"
___