Chereads / Hemlock : The land of werewolves / Chapter 19 - Aku Elvina! Kakak perempuannya Arthur

Chapter 19 - Aku Elvina! Kakak perempuannya Arthur

Mencintai pada pandangan pertama?

Bagaimana bisa kakak perempuannya memikirkan hal seperti itu. Arthur menggelengkan kepalanya dan bibirnya melengkung lebar nyaris hampir tertawa.

"Kakak bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Apakah kau berpikir aku jenis yang seperti itu?"

Elvina menautkan sepasang alisnya dan melangkah mendekat. Mengangkat wajahnya ia menatap lurus ke mata Arthur dan berkata serius.

"Aku hanya bertanya. Mungkin itu akan sedikit rumit dengan posisi mu saat ini jika itu benar"

Arthur berbeda dengannya. Mungkin ia bisa pergi dengan mudah setelah mengalaminya tapi tidak untuk Arthur. Itu pasti akan sangat merepotkan. "Aku hanya mengkhawatirkan mu"

Arthur mengerti apa yang dimaksudkan oleh Elvina. Ia jelas mengkhawatirkan dirinya apabila bernasib sama sepertinya. Itu tidak akan mudah jika ia terjebak dalam situasi seperti itu. "Kakak tenanglah! Aku dengan nya tidak akan bertemu lagi setelah ini, jadi hal seperti itu tidak akan pernah terjadi"

Dan Arthur pergi setelah mengatakan nya. Elvina menatap kepergiannya sembari mendesah berat. Ia berharap semoga semua seperti yang dikatakannya. Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi.

Dilain sisi,Cecile baru saja memperoleh kesadarannya kembali. Membuka matanya perlahan, ia menatap ke langit-langit yang terasa asing. Mendapati dirinya terbaring di atas kasur kecil sederhana dengan selembar selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Dan ternyata ia sudah berada di sebuah kamar yang tidak kecil dan juga tidak luas.

Kamar ini memiliki dekorasi coklat kayu yang hangat. Dengan beberapa pajangan lukisan di dinding dan lemari kecil di sudut. Jelas ini bukan kamar penginapan nya lalu dimana ini?

Menekan kepalanya ia mencoba kuat untuk mengingat. Bukankah ia tadi bersama Arthur di sebuah lembah? Lalu kenapa ia mendadak terbaring disini?

Kriet..

Suara pintu terbuka. Refleks Cecile berpaling dan menemukan seorang wanita muda yang sangat cantik melangkah masuk kedalam. Di tangannya membawa senampan minum dan makanan. "Kau sudah bangun?" Tanyanya lembut sembari duduk dipinggir kasur.

"Siapa kau? Bagaimana bisa aku berada di sini?" Cecile separuh bangkit dari tidurnya dan bersikap sedikit defensif.

"Aku Elvina! kakak perempuannya Arthur" Elvina tidak menyembunyikan identitasnya. Itu tidak masalah sama sekali mengatakan bahwa ia adalah kakak perempuannya Arthur. "Arthur yang membawa mu kemari saat kau tak sadarkan diri"

Cecile sedikit terkejut. Jadi yang wanita cantik itu adalah kakaknya Arthur? Cecile melihat paras wajahnya yang tirus dengan urat merah keunguan mencuat di keduabelah pipinya yang putih. Ketika pandanganya jatuh menatapya, itu adalah warna biru yang sama seperti Arthur.

Jadi wanita ini adalah kakak perempuannya Arthur?

Tapi bagaimana bisa ia kehilangan kesadarannya? Mengkerut kan dahinya, Cecile mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Tapi wanita cantik itu kembali berbicara membuatnya berhenti dari mengingat.

"Ayo minumlah dulu"

Elvina meraih segelas air dari nampan yang di bawanya lalu diberikan kepada Cecile.

Ketika melihat Cecile, ia mengakui bahwa gadis itu sangat cantik. Ia memiliki keduabelah pipi yang memerah seperti mawar. Mata coklat yang bulat dan jernih. Hidungnya mancung dan bibirnya segar seperti ceri. Merenungi kecantikan gadis itu, ia jadi ingat dengan definisi kecantikan mawar. Itu adalah kecantikan yang paling diincar di negerinya.

Dari keseluruhan setelah ia melihat, kecantikan yang dimiliki gadis itu nyaris hampir memenuhi fitur-fitur kecantikan mawar. Hanya saja tubuhnya tidak mengeluarkan aroma mawar, rambutnya tidak bewarna merah gelap dan matanya juga tidak merah menyala seperti darah. Jika tidak, ia pasti mengira gadis ini memiliki garis keturunan dengan kecantikan mawar. Dan itu jelas tidak akan mungkin.

"Terimakasih" Cecile menerima segelas air itu dan meneguk nya. Sesekali ia mengecap apakah ada perubahan rasa pada air putih itu. Ia melakukan nya untuk memastikan bahwa air yang ia minum tidak tercampur apapun. Bagaimanapun juga ia harus berjaga-jaga.

"Aku sudah menyiapkan sepiring daging panggang untuk mu. Tubuh mu pasti sangat lemah karena kurang asupan. Kau bahkan sampai jatuh pingsan"

Cecile melihat sepiring daging panggang itu nyaris menelan liur. Ia tidak mengkonsumsi apapun, itu wajar ia sangat lemah tapi ia tidak pernah mengira ia sampai jatuh pingsan. Bibirnya berkedut dan menatap tak enak kepada wanita cantik di depannya. Mereka adalah orang asing yang baru berjumpa tapi kenapa ia sangat baik padanya?

Elvina seperti dapat menebak jalan pikir gadis itu dan menyunggingkan senyum. "Arthur berpesan padaku untuk merawat mu dengan baik. Setelah ini kau dapat pergi"

Arthur melakukannya? Mereka hanya beberapa kali bertemu dan sudah begitu baik padanya. Cecile merasa sedikit tersentuh. Lalu dengan malu-malu ia menerima piring itu. Segera aroma daging panggang mengambang di udara menggelitik penciumannya.

Memotong sedikit bagian, ia mulai menyuapkan sepotong ke mulutnya. Rasa daging panggang yang juisy pun memecah lidahnya. Itu sangat lezat. Karena ia sangat lapar, Cecile dengan cepat menghabiskan sepiring daging tersebut. Tapi itu tidak menghilangkan tata krama nya yang biasa terjaga dengan baik disaat makan.

"Sekali lagi terimakasih untuk semua perawatan mu" Cecile berkata dengan tulus setelah menyelesaikan makanannya. Elvina mengangguk dan tersenyum.

"Ohya aku belum memperkenalkan diri" Kata Cecile.

Cecile tersenyum canggung. Menarik sejumput rambutnya kebelakang telinga ia meneruskan.

"Aku Cecile"

Elvina hanya mengangguk dan tersenyum. Ia tidak memperkenalkan lagi dirinya karena ia sudah mengatakan sebelumnya.

"Dan dimana Arthur?"

Cecile sama sekali tidak melihat Arthur setelah ia sadar. Elvina sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. Mencoba untuk menutupi kegugupannya, garis bibirnya melengkung tersenyum. "Ia sudah pergi"

"Kemana?"

"Aku tidak tahu"

Dan Elvina tidak berbohong. Ia memang tidak pernah tahu kemana Arthur pergi. Cecile mendengar itu entah kenapa merasa sedikit kecewa dalam hatinya. Cecile tidak pernah mengira Arthur akan pergi begitu saja. Padahal ia baru saja berpikir bahwa ia sudah memiliki teman baru.

Tapi bukankah Arthur mengatakan ia bukan dari suku Akez? Lalu kenapa kakak perempuannya tinggal disini. Apakah mereka imigran? Lalu sebenarnya siapa Arthur sampai mereka yang mengejarnya memanggil nya tuan muda.

Tapi pada akhirnya Cecile sadar. Ia dan Arthur hanyalah dua orang asing yang kebetulan dekat karena takdir. Jadi ia tidak perlu terlalu memikirkannya terlalu jauh. Ia harus kembali pada tujuan awalnya.

"Ini adalah tas mu. Arthur menitipkannya padaku"

"Terimakasih"

Elvina menganggukkan kepalanya. Lalu mengambil gelas dan piring yang sudah kosong diletakkan di nampan. Elvina pun keluar dari kamar untuk membawa semua itu kedapur.

Cecile merasa tidak enak terus berlama-lama di sini. Ia pun memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum itu ia menunggu Elvina kembali untuk berterima kasih sekali lagi padanya. Ia sungguh merasa sangat tersentuh dengan perawatan Elvina nya yang sangat baik. Padahal mereka hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal.

Ini adalah takdir yang baik untuk Cecile di pertemukan dengan orang-orang baik dan ramah seperti Arthur dan saudara perempuannya.

___