Audi pusing memikirkan keadaan Kenzie. Hingga hari ini, Audi tidak kunjung mendapat kabar dari Kenzie. Sebenarnya ia sudah lelah mencari, tetapi hatinya juga tidak tenang jika bersikap acuh.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Audi sedang membuat salad untuk sarapannya. Di hari minggu yang cerah ini, semua anggota keluarganya sedang berolahraga di komplek. Sedangkan Audi, ia hanya duduk termenung diatas meja.
"Duh, lo kemana sih? Gue capek nyari kabar tentang lo tau!" ucap Audi dengan sedikit emosi.
***
Rumah mewah beraksen emas sedang dipenuhi oleh banyak orang. Mereka memakai pakaian yang sangat rapi. Kenzie mengenakan batik berwarna cokelat bercampur dengan sedikit warna cream. Tak lama kemudian, ada seorang wanita yang sangat anggun mengenakan gaun berwarna putih. Itu adalah Aura.
"Pa, kayaknya Kenzie nggak bisa ngelanjutin pertunangan ini deh. Kenzie nggak cinta sams Aura," bisik Kenzie kepada papanya.
Papa Kenzie langsung menatap Kenzie dengan tatapan tajam dan membuat bibir Kenzie langsung membisu tanpa suara.
"Mari kita mulai acaranya, ya. Untuk Kenzie dan Aura, silakan maju ke depan dan bertukar cincin," ucap salah satu MC.
Kenzie berdiri lalu melangkah. Langkah kaki Kenzie terasa sangat berat dan seakan tidak bisa menggerakkan kakinya. Aura terlihat sudah berada diatas panggung dan berjalan menuju Kenzie lalu memegang tangannya.
"Inilah pasangan kita! Duh, cantik dan ganteng sekali ya mereka berdua. Sangat cocok."
Kenzie berdehem.
"Mari kita bertukar cicin!" ucap MC dengan heboh lalu disambut riuh tepuk tangan penonton.
Kenzie memasangkan cicin berwarna silver ke jari manis Aura. Ia berandai-andai jika gadis yang ada di hadapannya adalah Audi. Aura juga memasangkan cincin ke jari manis Kenzie.
"Yaaayyy! Selamat ya kalian. Semoga langgeng sampai nanti!" ucap MC.
Akhirnya, acara pun selesai. Kenzie langsung melepas cincin dari tangannya. Ia sama sekali tidak ingin cincin itu ada di jari jemarinya.
***
Hari ini Audi memilih pergi ke sekolah dengan berjalan kaki walaupun jarak sekolah dan rumahnya lumayan jauh. Audi memilih jalan kaki karena ia ingin menyegarkan pikirannya dan menikmati udara pagi yang segar.
"Lo yakin mau jalan kaki? Ntar kalau capek gimana?" tanya Alex dengan menatap Audi.
"Iya gue yakin. Lo duluan aja ke sekolahnya. Nanti kalau udah sampai di sekolah, kabarin gue," jawab Audi meyakinkan.
Alex menatap Audi tidak yakin. Ia sangat mencemaskan keadaan gadis itu jika berjalan sendirian. Alex takut kalau misalnya ada penjahat dan lainnya.
"Gue nggak papa, Lex. Udah jangan terlalu khawatirin gue. Gue bisa jaga diri kok."
Alex mengangguk. "Gue ke sekolah duluan ya. Lo hati-hati."
Audi tersenyum manis. "Oke."
Audi memasang earphone ke telinganya dan mulai berjalan. Ia membuka kamera ponselnya dan memotret awan yang sangat indah dengan latar langit berwarna biru.
Setelah berjalan selama dua puluh menit, Audi sudah sampai di depan gerbang sekolah SMA Vla. Disana sudah ada Alex yang berdiri dengan tatapan cemas.
"Syukurlah lo udah sampai sekolah," ucap Alex lalu menghembuskan nafas lega.
Audi tertawa kecil. "Lo dari tadi disini?"
"Iya! Lama banget, sih? Gue capek berdiri disini. Mana tadi dilihatin sama anak-anak lain," protes Alex.
"Salah sendiri ngapain disini, kan udah gue bilang kalau gue bisa jaga diri."
"Tetap aja dong, gue tetep khawatir sama lo. Udah, yuk masuk ke kelas," ucap Alex mengakhiri obrolan lalu berjalan menuju kelas.
Saat Audi sedang mendengarkan penjelasan guru, ia tidak sengaja melihat Kenzie dan kedua temannya lewat di depan kelasnya. Menurut Audi, tatanan rambut Kenzie agak berbeda. Biasanya rambut Kenzie berjambul dan sekarang sudah tidak berjambul seperti dulu.
Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi. Dengan cepat, Audi langsung berlari keluar kelas dan menyusul Kenzie.
"Kenzie!" ucap Audi.
Langkah kaki Kenzie terhenti. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Audi yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Kenzie.
"Lo kemana aja? Kenapa chat sama telfon gue nggak diangkat? Lo sibuk?"
Kenzie menatap Audi cukup lama. Ia memikirkan jawaban untuk menjaga perasaan Audi.
"Kok diam, sih?" tanya Audi kesal.
Kenzie menarik nafas panjang. "Kemarin ponsel gue rusak jadi nggak bisa bales semha chat dna telfon lo. Maafin gue, ya?"
"Iya gue maafin, tapi ada satu syarat."
Dahi Kenzie menyerit. "Apa?"
Audi langsung menarik tangan Kenzie menuju kantin. Suasana kantin sudah sangat ramai dan hampir tidak ada bangku yang kosong.
"Duduk dimana?" tanya Kenzie.
Audi menunjuk sebuah meja yang ada di pojokan.
"Mau makan apa?" tanya Audi.
"Terserah aja."
"Oke, tunggu ya."
Setelah menunggu selama sepuluh menit, akhirnya makanan yang dipesan datang juga. Audi mulai menyantap makanannya, tetapi Kenzie masih diam dan tidak seperti biasanya.
"Tumben diem," ucap Audi.
Wajah Kenzie terangkat. "Oh, gue lagi sariawan."
"Jangan bohong, gue tau kalau lo lagi menyembunyikan sesuatu dari gue."
"Siapa yang bohong, sih!" ucap Kenzie meninggi.
Audi langsung terdiam dan tidak melanjutkan makannya. Ia melihat Kenzie sekilas lalu berjalan pergi meninggalkan kantin.
***
Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Audi duduk berhadapan dengan Alex di meja makan. Sedari tadi Audi tidak nafsu untuk makan. Ia selalu teringat tentang Kenzie tadi. Mengapa hari ini dia berbeda?
"Kok ngelamun?" tanya Lina.
Audi membuyarkan lamunannya. "Hah? Kenapa?"
Sefan menatap adiknya itu. "Lo ada masalah? Cerita aja sama gue dan Lina."
"Nggak kok, nggak ada," jawab Audi berbohong.
"Beneran?" tanya Lina.
Audi mengangguk lalu berjalan ke dapur untuk meletakkan piring kotor.
Audi berjalan menuju taman rumah dan melihat jajaran bintang yang bersinar di langit. Ia tersenyum walaupun hatinya hancur. Alex menatap Audi di balik pintu dan mendekati Audi.
"Ngelamun terus. Nggak baik tau," ucap Alex.
Audi menatap Alex datar. "Hm, mau gimana lagi. Sikap dia berubah sama gue."
"Lo mikir positif aja, mungkin dia lagi banyak pikiran dan membuat dia marah-marah sama lo."
"Emang iya? Tapi kenapa harus bentak-bentak kayak gitu? Cewek tuh nggak suka dibentak kayak gitu," ucap Audi.
Alex mengehla nafas. "Kadang gue kalau banyak pikiran juga gitu kok. Entah, itu semua terjadi refleks aja."
"Kalimat lo barusan nggak hanya kalimat penenang, kan?"
Alex menggeleng kemudian menarik tangan Audi menuju garasi rumah.
"Mau kemana?" tanya Audi dengan ekspresi bingung.
Alex memberikan helm kepada Audi. "Udah naik aja."
***
Sementara itu, Kenzie sedang duduk di tepi kolam renang rumahnya. Ia memutar-mutar cincin berwarna silver yang sedang melingkar di jari manisnya. Rumah Kenzie ramai di hadiri orang karena mereka membahas tentang kelanjutan hubungan Aura.
"Udahlah, kamu nggak akan bisa bersatu sama Audi karena kamu udah jadi milikku," ucap Aura dari belakang.
Kenzie menoleh dengan menatap Aura tajam. "Jangan mimpi lo bakal bisa punya hubungan sama gue!" ucapnya lalu pergi.