Kenzie membeli sebuah buket dan cokelat, ia ingin memberikan ini kepada Audi. Kenzie menganggap, ini adalah tanda cintanya kepada Audi. Ia menyalakan mesin motornya, lalu menancapkan gas menuju rumah Audi.
Kenzie mengetuk pintu rumah Audi tetapi tidak ada jawaban, rumah itu tampak sepi. Tak lama kemudian, Audi datang dengan berboncengan bersama Alex. Kenzie melihat ke arah Audi, ia hanya bisa melihat kedekatan mereka. Dalam hati, Kenzie sangat ingin memisahkan mereka namun ia tidak tahu bagaimana caranya.
"Lo kok disini? Ngapain?" tanya Alex dengan menatap Kenzie.
"Hm, gue cuma mau ngasih ini buat Audi. Itung-itung permintaan maaf gue aja, kalau gitu gue balik dulu ya. Sampai ketemu besok di sekolah," jawab Kenzie lalu memberikan bunga dan cokelat itu. Ia berjalan menjauh dari rumah Audi, lalu mengegas motornya menuju rumah.
Audi menatap buket bunga itu, lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Audi mengisi sebuah vas dengan air, lalu menaruh bunga itu di dalamnya. Ia sangat suka dengan bunga, apalagi bunga mawar seperti ini.
Malam telah tiba, Audi sedang duduk di balkon kamarnya. Ia memakan cokela pemberian Kenzie tadi. Ponselnya menyala, tanda ada notifikasi masuk. Audi membuka pesan itu, lalu membacanya dengan serius. Dalam pesan itu berisi kalimat yang mengancam Audi, jika dirinya masih mendekati Kenzie maka Audi tidak akan selamat.
"Siapa sih yang ngirim ginian ke gue? Lagian ya, Kenzie sendiri yang deketin gue," ucap Audi dengan kesal.
***
Akhir pekan sudah datang, Audi menghabiskan waktu hanya di rumah saja. Ia sedang tidak ingin bepergian kemana-mana, Audi sudah berjanji pada Alex jika akan membuatkan pancake untuknya. Audi berjalan menuruni tangga lalu mencari Alex, ia menemukan Alex yang sedang bermain play station bersama kakaknya.
"Jadi gue bikinin pancake gak?" tanya Audi.
"Ya jadi dong, sekalian Kak Sefan juga," jawab Alex dengan fokus kepada layar televisi yang besar. Audi berdecak kesal, lalu berjalan menuju arah dapur.
Saat memasak, Audi kembali teringat pesan yang menerornya tadi malam. Apakah ancaman itu akan benar terjadi? Siapa orang dibalik semua ini? Apakah ini ulah Aura dan Riza? Audi sibuk memikirkan lamunannya sampai ia tidak tahu jika pancakenya gosong.
"Kok bau gosong?" tanya Alex dengan berjalan ke arah dapur.
"Iya nih, nggak sengaja gue. Maafin ya," ucap Audi dengan terkekeh menatap Alex. Bibir Alex tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Audi hingga membuatnya kesal.
Senja mulai menyapa, Audi sedang memainkan ponsel dengan rebahan. Ada pesan masuk di ponselnya, ia langsung membukanya. Ternyata, itu adalah pesan dari Kenzie, ia ingin mengajak Audi untuk berjalan-jalan. Audi memikir cukup lama, hingga akhirnya Audi meng-iyakan permintaan Kenzie.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Audi sudah siap dengan pakaian santai. Ia hanya membawa dompet dan ponsel saja yang dimasukkan ke dalam tas kecil, Audi tidak ingin membawa barang yang terlalu banyak.
"Gue pergi dulu ya, Lex," pamit Audi lalu keluar.
"Pasti mau pergi sama Kenzie," gumam Alex sembari menatap punggung Audi yang mulai menjauh dari pandangannya.
Audi naik ke atas motor Kenzie, sudah lama ia tidak dibonceng Kenzie seperti ini. Entah mengapa, rasanya canggung. Audi melihat pemandangan sekitar, sedangkan Kenzie sibuk mencuri pandang ke arah Audi lewat kaca spionnya.
Kenzie membelokkan motornya menuju sebuah kafe yang indah, disana sudah banyak muda-mudi yang sedang nongkrong. Audi melepas helm yang ada di kepalanya, lalu berjalan masuk bersama Kenzie. Ia terkejut ketika tangannya digenggam oleh Kenzie.
"Eh?" ucap Audi pelan.
"Gini aja, udaranya dingin," jawab Kenzie tersenyum.
Audi duduk di hadapan Kenzie, ia memesan milshake cokelat dengan roti bakar. Sedangkan Kenzie memesan kopi gula aren dan nasi goreng. Jantung Audi berdebar kencang, ia merasa sangat canggung ketika ditatap Kenzie seperti ini. Sudah lama Audi tidak merasakan ini.
"Kenapa ngelamun?" tanya Kenzie dengan membuyarkan lamunan Audi.
"Eh, gue nggak ngelamun kok."
"Bohong, pasti lo lagi ngelamunin gue yang ganteng ini kan?" ucap Kenzie dengan percaya diri. Audi hanya diam, bibirnya menciptakan senyum kecil.
Mereka menikmati suasana malam bersama, Kenzie diam-diam mengambil foto Audi yang sedang tersenyum. Ia ingin mencetak foto itu dan menaruhnya di meja belajarnya, hitung-hitung sebagai penyemangat belajarnya. Audi sibuk memotret pemandangan yang indah, lalu memgambil beberapa selfie dirinya.
"Nggak mau foto sama gue?" tanya Kenzie.
"Hah?" ucap Audi dengan bingung. Kenzie tersenyum, lalu mengambil ponsel Audi yang ada di tangannya. Kenzie menekan tombol potret ketika dirinya dan Audi tersenyum lebar.
"Buat apa?" tanya Audi sembari menatap Kenzie.
"Buat kenang-kenangan aja, siapa tau lo lihatin ini sebelum tidur," jawab Kenzie.
"Makasih ya." Kenzie mengangguk dan tersenyum. Ia bahagia ketika melihat Audi tersenyum seperti ini, Kenzie berharap ia bisa membuat senyum Audi sepanjang hari.
***
Hari ini Audi berangkat bersama Kenzie, ia sudah berjanji semalam. Alex menatap Audi yang berjalan keluar rumah, hatinya sangat panas. Tapi demi kebahagiaan Audi, ia rela untuk melepas Audi pergi bersama Kenzie.
Sepanjang perjalanan, Audi hanya diam. Bibirnya tidak mampu mengucapkan kata-kata. Kenzie menatap Audi yang sedang melamun, ia sedang tidak mengajak Audi berbicara. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di sekolah yang ramai.
"Yuk gue anterin ke kelas," ucap Kenzie dengan menggandeng tangan Audi.
"Iya."
Mereka melewati kooridor yang ramai dipenuhi siswa maupun siswi, mereka menatap Audi dengan tatapan tajam. Audi mencoba tidak menghiraukan tatapan itu, karena hanya membuat dirinya lelah sendiri. Di dalam kelas Audi, sudah ada Riza dan Aura yang sedang asyik mengobrol.
"Lo ngapain masih deketin calon tunangan gue sih?" tanya Aura dengan menatap Audi tajam. Ia ingin Audi pergi dari sisi Kenzie selamanya.
"Nggak usah kasar Aura! Lagipula, gue nggak mau tunangan sama cewek modelan kayak lo," ucap Kenzie. Ucapan itu berhasil membuat hati Aura terluka, ia menatap Audi tajam lalu pergi menuju kelasnya.
"Dasar nggak tau diri," ucap Riza lalu menyusul langkah kaki Aura.
Audi hanya diam, ia ingin menangis tapi ada Kenzie. Riza yang dulu sebagai sahabat terbaik Audi, mengapa berubah secepat ini? Apa salah Audi yang sebenarnya? Audi tidak kuat dimusuhi oleh sahabatnya sendiri.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Kenzie dengan menatap Audi khawatir. Audi menganggukkan kepalanya.
"Gue nggak apa-apa kok."
"Tenang aja, gue akan selalu ada disini buat lo," ucap Kenzie sembari mengusap rambut Audi yang hitam. Audi tersenyum, jantungnya berdebar ketika menatap Kenzie. Ia berharap, semoga Kenzie akan selalu ada di sisinya, selamanya. Kenzie juga begitu, ia berharap semoga Audi selalu ada disisinya dalam keadaan apapun.