Chereads / Adore You / Chapter 1 - Chapter 1

Adore You

🇮🇩Erikadinata
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 166.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1

Mentari pagi mulai menyapa dengan sinar hangatnya, suara kicauan burung saling bersahutan. Claudia Amalia Revanida masih tertidur lelap di kasurnya, ia adalah Audi murid SMA Vla yang duduk di kelas sebelas. Audi adalah anak bungsu dari dua bersaudara, ia mempunyai kakak yang bernama Sefan.

"Kok belum bangun, sih?" ucap Sefan seraya menggoyang-goyangkan tubuh adiknya itu. Mata Audi mulai terbuka, ia menguap lalu membuka selimutnya.

"Sabar dong, masih pagi ini," jawab Audi dengan menatap Sefan tajam.

"Nanti kalau gue nggak bangunin, lo marah-marah karena telat. Dasar manusia ribet," ujar Sefan lalu pergi dari hadapan Audi.

Audi segera merapikan tempat tidurnya, lalu bergegas mandi. Audi menguncir rambutnya dan memasangkan kaus kaki. Ia berjalan menyusuri tangga untuk sampai di lantai dasar rumahnya, disana sudah terlihat anggota keluarganya berkumpul.

Jam menunjukkan pukul enam pagi, Audi langsung berjalan menuju kelasnya. Suasana sekolah masih terasa sangat sepi, ia suka dengan suasana ini. Audi menyukai suasana yang sepi dan tenang, ia tidak terlalu suka keramaian.

"Tumben datang pagi?" tanya Riza dengan menatap Audi yang sedang duduk dibangkunya.

"Pengen aja sih, kenapa memangnya? Nggak boleh?" jawab Audi dengan menatap Riza lalu tertawa. "Eh Riz, nanti temenin gue nganter surat buat Kenzie ya?" sambungnya lalu meraih kertas putih.

"Kenzie mulu deh," jawab Riza dengan kesal.

Sudah empat tahun ini Audi mengirim surat misterius kepada Kenzie, terhitung sejak awal ia masuk SMP. Audi tidak berani mengungkapkan perasaannya langsung, ia tahu jika itu dilakukan Kenzie akan semakin ilfeel padanya. Audi memilih menunggu dan mencintai dalam diam, dan menjadi secret admirer.

Audi menulis sajak indah diatas secarik kertas putih itu, tak lupa ia menempelkan wangi parfumnya berharap agar Kenzie akan mengenalinya suatu saat nanti.

"Yuk, mumpung masih sepi nih," ajak Audi dengan menatap Riza lalu mereka berjalan keluar kelas menuju ke kelas 11 IPA 1.

Audi mengendap-endap masuk ke dalam kelas Kenzie, suasana kelas masih sepi dan tidak ada orang satupun. Audi menaruh surat itu di laci meja Kenzie, bersama dengan sebatang cokelat putih.

"Semoga suatu saat nanti, lo bakal nganggap gue ada ya, Ken," ucap Audi sembari menatap meja Kenzie.

"Audi, cepetan ntar ketahuan loh," seru Riza dari luar kelas 11 IPA 1.

"Iya," jawab Audi.

Kenzie Ardito Pradikta, namanya saja sudah indah bukan? Kenzie adalah most wanted SMA Vla, banyak siswi yang berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya. Namun, Kenzie tidak tergoda dengan semua itu, ia lebih memilih menjomblo dan bebas tanpa kekangan siapapun.

Kenzie duduk dibangkunya, pandangannya terfokus dengan surat putih yang harum parfum perempuan itu. Kenzie membaca surat itu, lalu ia mencium wangi itu.

"Lo dapat surat kayak gini lagi?" tanya Jeff dengan menatap Kenzie, lalu sedetik kemudian Kenzie mengangguk.

"Gue hitung udah empat tahun lo dapat gituan terus, lo nggak pengen selidikin siapa yang buat surat itu?" ujar Rafy lalu duduk di meja Kenzie.

Kenzie berpikir siapa sebenarnya pengirim surat ini? Apakah benar hanya orang iseng yang mengirim ini? Tetapi mengapa empat tahun belakangan ini, surat itu terus ada di dalam laci mejanya?

"Nggak ah, ribet tau urusan sama cewek. Lagian gue nggak merasa dirugikan, jadi biarin aja," jawab Kenzie dengan santai lalu memasukkan surat itu ke dalam sakunya.

"Emang beda ya, pangeran satu ini. Andai gue ada diposisi lo Ken, pasti gue cari tahu siapa pengirim sebenarnya," kata Jeff lalu membayangkan jika dirinya ada diposisi Kenzie.

Selama pelajaran berlangsung, pikiran Audi tidak bisa fokus ke materi yang disampaikan oleh guru. Pikirannya tersita oleh wajah tampan milik Kenzie, ia berharap agar suatu saat nanti bisa menjadi pemilik hati Kenzie.

Bel istirahat berbunyi, Audi dan Riza berjalan menuju kantin. Ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Kenzie dan teman-temannya. Audi tidak berani menatap ke arah Kenzie, walaupun Kenzie tidak memperhatikannya. Audi berjalan cepat agar menjauh dari Kenzie dan teman-temannya.

"Kayaknya yang ngirim lo surat selama ini, itu Audi deh," celetuk Rafy dengan menatap Kenzie yang menatap ke arah depan.

"Mana mungkin, orang dia pendiem gitu," jawab Kenzie lalu menatap Rafy.

"Maka dari itu, dia nggak berani ngungkapin perasaannya. Akhirnya dia tulis surat buat lo," kata Jeff dengan memperhatikan punggung Audi yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Tau ah, pusing gue," ucap Kenzie lalu pergi.

Hari mulai sore, matahari turun dengan sinar jingga yang indah. Audi menatap matahari terbenam dari balkon kamarnya, ia membayangkan suatu saat nanti dirinya dan Kenzie akan menikmati suasana matahari terbenam bersama.

"Andai lo tahu perasaan gue, Ken," ucap Audi dengan menatap ke arah langit.

Sefan melihat adiknya yang sedang melamun sendirian, ia mendekat ke arah Audi dan mendengar apa yang diucapkan Audi. Sefan tidak habis pikir, Audi rela menjadi pengagum rahasia selama empat tahun lebih.

"Ngelamun aja, kesambet baru tahu rasa lo," ucap Sefan yang datang dari belakang Audi, ia mengusap dadanya yang terkejut karena kehadiran Sefan.

"Lain kali, ketuk pintu dulu dong. Lama-lama jantung gue copot nih," omel Audi dengan menatap Sefan tajam.

"Santai aja kali," jawab Sefan lalu keluar dari kamar adiknya itu.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam, Audi sibuk menulis surat untuk Kenzie. Ribuan surat sudah Audi tulis untuk Kenzie, tetapi tidak ada satupun yang terbalaskan. Audi menulis diatas selembar kertas putih, ia menulis kalimat bahwa dirinya amat mengagumi Kenzie.

"Dipanggil mana tuh dibawah, lo lagi ngapain?" tanya Sefan sembari membuka pintu kamar Audi, refleks Audi menutup kertas itu.

"Nggak ngapa-ngapain kok," jawab Audi gelagapan.

"Pasti lo lagi nulis surat buat Kenzie, kan?" tebak Sefan dengan menatap wajah Audi, lalu sedetik kemudian Audi mengangguk dan tersenyum kecil. "Lo nggak capek apa? Kalau suka ya tinggal bilang aja, jangan kayak gini," saran Sefan lalu menatap Audi.

"Terserah gue dong," jawab Audi tak mau kalah.

"Dasar remaja labil," ejek Sefan lalu pergi.

Sefan dan Audi memang memiliki selisih umur yang jauh, kini Sefan berumur 25 tahun dan Audi masih 17 tahun. Audi segera menuruni tangga untuk sampai di meja makan, ia melihat ayah dan mamanya sudah menunggu.

"Maaf ya, Audi lama. Tadi habis mandi soalnya," ucap Audi dengan menggaruk leher belakangnya.

"Bohong ma, jangan percaya," sahut Sefan dari ruang keluarga.

"Apaan sih kak," omel Audi lalu mencubit lengan kakaknya itu.

Hari sudah larut malam, Audi berjalan menuju kasur besar miliknya. Ia menyalakan lampu tidur yang memancarkan warna kuning itu, tak lupa juga memasang alarm agar tidak bangun kesiangan.

Audi menatap ke langit-langit kamarnya, "Selamat tidur Kenzie, semoga mimpi indah," ucap Audi lalu memejamkan matanya.