-Selamat Membaca Kisah Deva dan Karin-
Pagi ini, merupakan hari ke dua Karin di sekolah barunya. Ia sangat antusias untuk segera menyapa kedua teman barunya, Via dan Reyna.
Merasa sudah cukup dengan sarapannya---sepiring roti selai cokelat dan susu hangat buatan mamanya, Karin langsung bergegas menuju mobilnya untuk segera mengantarkan adiknya dan berangkat kesekolah barunya.
Ini baru pukul 06.30 pagi, tapi Karin sudah rapi, tidak seperti biasanya. Jelas ini bukan diri Karin yang sebenarnya, tapi mamanya terus mendesaknya supaya cepat berangkat kesekolah supaya tidak menjelekkan nama barunya.
"Kak, ntar ga usah jemput. Aku ada kerja kelompok, nanti pulangnya dianter ayahnya Vira" Keyra meminta izin dengan Kakaknya sambil memakan roti buatan mamanya.
"Iya, jangan kesorean pulangnya" ucap Karin sambil memasang seatbelt untuk dirinya dan adiknya.
Hanya itu, selebihnya tidak ada percakapan serius diantara mereka. Karin yang fokus dengan acara menyetirnya menghentang jalanan raya sedangkan Keyra sibuk melahap bekal yang telah dibawakan mamanya.
***
Karin memposisikan mobilnya di area parkiran khusus untuk kelas 12 dengan rapi.
Saat berjalan keluar dari parkiran, dia bisa melihat jelas banyak sekali mata yang melirik kearahnya, entah itu senior ataupun juniornya.
Sedikit rasa gugup menyelimuti dirinya, apa yang aneh dari dirinya? Untuk masalah pakaian yang ia pakai, jelas ini bukan masalah. Sebelum Karin menginjakkan kaki di SMA ini ia sudah lebih dulu memesan beberapa perlengkapan atribut sesuai dengan peraturan disekolah ini.
Karin berjalan santai melewati beberapa orang yang menatapnya dengan tatapan intens, sesekali ia tersenyum. Bagaimanapun ia harus terlihat ramah, walaupun ia tidak suka akan hal itu.
"Anak baru nih"
"Beruntung banget, dah cantik, blasteran pula"
"Halah, cantik makeup juga"
Masih banyak sekali yang memuji bahkan mencibir dirinya. Tetapi menurutnya semua itu masih dalam batas wajar, selagi tidak menyangkut harga dirinya itu bukanlah masalah besar.
***
Di dalam kelas XII IPA 1 sudah ada beberapa anak yang datang, walaupun kelas ini terkenal karena kumpulan anak-anak yang pintar bukan berarti semua penghuninya adalah orang-orang yang rajin.
Bahkan di depan gerbang tadi Karin sempat melihat beberapa teman laki-laki nya sedang dihukum karena melanggar peraturan sekolah, seperti baju dikeluarkan, melewati satpam dengan tidak sopan, dan masih banyak lagi hal buruk lainnya.
"Rin!" suara Reyna membuyarkan lamunannya
"Eh, gimana?" jawab Karin gelagapan
"Gimana apanya?" seru Reyna kebingungan
"Kabar lo" asal Karin
"Elah, lo basi banget sih"
"Lo lagi ngapain?" tanya Karin yang sekarang mencoba mendekati Reyna untuk melihat apa yang sedang di kerjakannya
"Nih, ngestalk cowok ganteng SMA kita!!!"
Satu fakta dari Reyna, dia jago stalker.
"Kurang kerjaan banget lo" Karin mendengus sebal dengan hobi unfaedah temannya satu ini
"Dasar kurang piknik, lo belum tahu kan most wanted boy di sekolah kita"
"Apa pentingnya" ucap Karin acuh sambil meletakkan tas di bangkunya
"Nih, gue liatin. Ini namanya Deva ketua geng di SMA ini! Ya walaupun disekolah gak boleh buat geng-geng semacam itu, tapi dia tetep aja ngelanggar" seru Reyna sambil menari-narikan jari telunjuknya menunjukkan beberapa foto cowok di akun instagram Gemilang
"Deva anak kelas ini? Yang kemaren?"
"Iyaa, ganteng kann?"
"Saran gue lo buru-buru ke optik gih Rey, cepet-cepet periksa mata lo. Keburu tebel minus nya" ucap Karin sambil mendorong sedikit tubuh Reyna
"Dasar lo! Susah nih ngomong sama orang kurang piknik kayak lo" Reyna kesal, kemudian ia duduk kembali di bangku nya, berbicara dengan Karin hanya akan membuat mood nya buruk
Karin mengacuhkan nya saja, walaupun seperti itu Reyna tetap saja mengajak nya berbicara, mengenali satu persatu anggota geng, walaupun Karin hanya menjawah oh-ya oh-ya saja.
***
"Rin ayo, keburu rame nanti tuh kantin" ajak Via yang tidak sabaran untuk segera menyantap semangkuk batagor di kantin
"Duluan aja lo berdua, gue mau nyelesaian nih catetan, nanggung"
"Bener nih?"
"Hmm"
"Yaudah, nanti lo nyusul ya!"
"Sip"
Hanya butuh waktu 10 menit Karin menyelesaikan semua catatannya, dia bukan tipe orang yang suka menunda-nunda,walaupun jam istirahatnya terpotong, tidak masalah.
Karin berjalan keluar kelas, sepanjang perjalanan ia melirik beberapa bangunan yang unik di sekolah ini, seperti Masjid dengan ukuran yang cukup besar, ruang lab komputer yang unik, begitu indah batinnya.
Sekarang Karin bisa melihat Reyna dan Via berbincang-bincang sesekali tertawa, entah apa yang di tertawakan dua manusia itu, yang terpenting sekarang Karin harus memberikan pelajaran kepada mereka karena tidak memesankan Karin makanan.
Brakkk
"Woy gila lo rin, jantungan mendadak gue" jawab Reyna sambil memegang jantungnya seolah-olah sedang mendramatis suasana
"Yakali, emangnya ada jantungan terencanakan?" jawab Karin kesal
"Ada lah, liat cogan SMA Bakti, itu namanya jantungan terfaedah" sahut Via
"Pagi-pagi cogan, istirahat cogan, lo berdua ngebet banget dinafkahin cogan?"
"Iya lah!" respon Via dan Reyna bersamaan
Mendengar jawaban dua temannya ini, Karin hanya menggeleng-gelengkan kepala "Makanan gue mana?"
"Pesen sendiri lah, manja lo"
"Huh" Karin mengumpat dalam hati, ia bergegas menuju kios bang Mamat, salah satu penjual batagor terfavorit di SMA ini.
"Bang, pedes ya"
"Siap neng"
Tak membutuhkan waktu lama, bang Mamat memberikan semangkuk batagor hangat, lengkap dengan es jeruknya.
Saat karin ingin mengambil uang di sakunya, disampingnya sudah ada cowok yang memberikan satu lembar duapuluh ribuan "Nih bang"
"Biasa mas?"
"Nggak bang, tuh bayarin punya cewek ini" tunjuk cowok itu kearah Karin
"Maksud lo?" ucap Karin kebingungan
"Anggap aja salam perkenalan dari gue"
Yap. cowok itu adalah Deva. Cowok yang menatapnya saat memperkenalkan diri didepan kelas waktu itu. Dari kemarin sampai hari ini, baru kali ini mereka berbicara
"Cara perkenalan lo gak sopan!" Karin pergi meninggalkan Deva yang menatap nya heran
"Dasar cowok sok kenal" ucap Karin sambil sedikit membanting semangkuk batagor hangatnya di meja tempat Reyna dan Via tempati
"Paan sih lo rin, dateng-dateng muka kusut banget gitu"
"Lo berdua tau Deva?"
"Taulah, semua yang ada disini juga pada tau. Siapa sih yang ga kenal Deva cowok paling irit bicara yang gantengnya gak ketolongann" sahut Reyna
"Tuh, cowok yang bayarin batagor gue" tunjuk Karin kearah Deva yang kini tersenyum jahil kearahnya
"Serius lo??"
"Muka gue lagi keliatan bercanda ya?" kesal Karin
"Gila ya lo rin! Baru sehari Deva udah kepincut sama lo, padahal banyak banget tuh senior yang cantik-cantik bahkan seangkatan sama kita ngejar-ngejar tuh anak" sahut Via
"Dan maksud lo gue gak cantik gitu?" sahut Karin
"Ya cantik juga sihh"
"Dia udah tau vi, gue udah ceritain tadi pagi"
"Terus? Kenapa lo gak mau rin? Lumayan tau!"
"Cara dia itu gak sopan!"
Reyna dan Via sudah pusing memikirkan jalan pikiran temannya ini, mereka hanya diam saja, mengalihkan topik pembicaraan.
Kalau terus dilanjutkan bisa-bisa mereka diusir dari kantin, karena suara mulut Karin yang menyerupai toa membuat orang-orang disekitar mereka menatap mereka malas dan menginsyaratkan 'bisa diem gak sih lo bertiga'
***
Disinilah Karin dan Reyna sekarang, sudah hampir 1 jam mereka menunggu Via yang tak kunjung keluar dari kamarnya.
Padahal hari ini Karin sangat malas untuk keluar rumah, tapi karena Via yang terus memberikannya misscall receh agar Karin segera datang kerumahnya akhirnya ia harus menjemput Reyna dan terpaksa menuggu Via seperti sekarang.
Kalian bisa berfikir betapa gila nya Via,
"Hello everibadehhh" seru Via yang tiba-tiba muncul
"Lo ngapain aja sih didalam, lama!" omel Reyna tidak tahan
"Yaampun lo berdua mukanya, gue tuh dandan dulu tadi"
"Ngapain pake acara dandan segala?" tanya Karin
"Dia mau pacaran!" sahut Reyna
"Hah??"
"Lo tau, Gilang? Salah satu anggota geng Deva yang gue tunjukin ke lo, tadi pagi?"
"Gue gak terlalu merhatiin sa"
"Lo sih!" kesal Reyna
"Kenapa dia?"
"Ya pacarnya nih anakk" tunjuk Reyna kedepan wajah Via
"Hah? Jadi maksud lo kita jadi nyamuknya?"
"Gue udah biasaa!!" seru Reyna hebohh
"Parah lo vi"
"Hehehe" berbeda dengan Reyna dan Karin yang terlihat sangat kesal, Via malah tak henti-hentinya melihat pantulan wajahnya di kaca yang sedang dipegangnya.
Sudah 2 jam Reyna dan Karin menunggui Via dan gilang pacaran, mereka membuat vlog seperti gaya pacaran jaman now--betapa alaynya mereka
"Lo udah kebal Rey ginian?" berbeda dengan Via yang memanggil Reyna dengan embel-embel 'na' tapi Karin justru 'rey' menurutnya lebih nyaman.
"Ya gitu deh"
"Mereka udah berapa lama pacaran?"
"Udah cukup lama sih rin, dari MPLS waktu itu"
"Akur dong mereka"
"Lo belum liat aja, bentar lg juga berantem"
Karin hanya menggelengkan kepalanya melihat dua sejoli itu saling menyalahkan hanya karena penataan lighting yang kurang bagus.
Drrrt
Karin membuka ponselnya dan langsung membuka aplikasi line di ponselnya
Deva Addison Pramudya
"Ngapaian nge-add gue nih orang"
Untungnya Karin berbicara sangat pelan, hingga bisa dipastikan Reyna tidak mendengarnya
"Hah? Apa rin gue ga dengerr" tanya Reyna tanpa menatap kearah Karin karena tidak mau ketinggalan sedikitpun adegan sweet di drama korea yang sedang ditontonnya itu.
"Ah engga, ini adek gue ngechat"
Karin mengklik tombol 'blokir'
"Rey gue kayaknya mau pulang duluan deh"
"Kenapa?"
"Adek gue sendirian dirumah" alibi Karin
"Gue gimana dong"
"Terserah lo aja"
"Yaudah deh lo pulang duluan aja, gak papa gue disini aja"
"Yaudah, hati-hati ya" bukannya Reyna yang seharusnya mengatakan hal itu, tetapi malah sebaliknya.
"Lo tuh!!"
"Hahaha" Karin pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu dengan Gilang dan Via, bagaimana mau pamit? Mereka lagi membuat vlog, bisa ditelan hidup-hidup jika ia menggangu acara vlog mereka.
***
Bukan tanpa alasan Karin meminta pulang duluan, bukan hanya karena insiden Deva yang meng-add akun linenya, tetapi sebenarnya Karin sudah sangat risih di lirik terus-menerus oleh Gilang--pacarnya Via
Entah ia hanya kepedean atau memang hal itu benar adanya, tapi ia merasa Gilang bukan lah cowok baik-baik apalagi ia termasuk anggota Geng-geng disekolahnya, ia terus mencuri kesempatan untuk menatap Karin bahkan memberikannya senyuman.
Karin merasa khawatir dengan nasib Via, entah bagaimana dengan Via selanjutnya jika ia masih memepertahankan hubungannya dengan Gilang. Karena pasalnya dia bukan laki-laki yang baik. Karin yakin itu
Tapi, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin Karin akan secara tiba-tiba mengatakan hal itu pada Via, sedangkan mereka baru berteman 2 hari bisa-bisa ia kehilangan Via dan Reyna, bahkan hubungan Via dan Gilang sudah berjalan 1 tahun lebih.
Ah, mungkin Karin saja yang kepedean.
Ting!
Mendengar notifikasi WhatsApp dari handphonenya, Karin langsung meletakkan sembarang novel yang sedang dibacanya dan segera membuka handphone nya
08776xxxxx : add line gue, masa mau kenal ga boleh parah lu.
Deva.
"Arggghhhhh" hanya selang beberapa detik, Karin langsung beralih ke aplikasi Line di handphonenya
Deva Addison Pramudya
Karina : Mau lo tu apa sih?!
Devano : Deket sama lo lah
Karina : Gila ya lo!!
Devano : Gue gila gini juga gara-gara lo, jadi lo harus tanggung jawab penuh.
Karina : Buruan deh lo kasih tau siapa yang ngasih nomer sm id line gue!!
Devano : Tanyain aja temen-temen lo.
Karina : Reyna/Via ?
Devano : Gatau 😋
"Reynaa Viaaa, lo berdua liat aja besokk!!"
***