-Selamat membaca kisah Deva dan Karin-
"Apaan sih lo, sinis banget" sungut Gilang
Deva hanya tersenyum licik, ia tidak tahu mengapa hari ini ia sangat muak melihat Gilang setiap kali dirinya menyebut nama Karin.
"Rel, kekantin yok" sahut Arza yang berada ditengah-tengah antara Deva dan Gilang
"Ngapain lagi?"
"Beli es nya mbak siti, gue ngerasa mulai ada hawa panas diantara kita berempat" drama Arza
"LEBAY!" Karel, Deva dan Gilang menjawab bersamaan
"Dasar lo bertiga! Males gue temenan sama kalian!"
"Siapa juga yang mau temenan sama lo!" Arza tak mengindahkan celaan pedas yang keluar dari ketiga temannya, ia tak pernah masukkan hati semua hinaan yang diberikan ketiga temannya, ini sudah selalu terjadi di hidupnya.
***
"Gue pulang duluan" Karin berpamitan dengan Reyna dan Via yang masih sibuk menggosip masalah boyband korea kesayangan mereka.
Karin bukannya tidak suka dengan sesuatu yang berbau korea, ia hanya menyukai sekedarnya saja.
"Rin, ntar sore gue kerumah lo. Awas lo ga ada, gue tikung mampus juga lo" sahut Reyna
"Nikung apa? Lo ngejek gue?" sahut Karin
"Ya allah, gue lupa kalo lo jomblo! HAHAHAH" Karin mendiamkan saja Reyna dan Via bahkan beberapa orang dikelasnya yang sedang menertawai dirinya.
Karin adalah gadis yang cantik dan memiliki fisik yang ideal untuk remaja seumurnya, pintar dengan berbagai macam piala terpajang di atas etalase di pojok kamarnya---nyaris sempurna untuk anak seusianya.
Lalu mengapa status sendiri masih menetap didirinya?
Jawabannya adalah Karin tidak suka membuat drama dengan jalan menjalin hubungan berpacaran. Aneh? Memang.
Karin berjalan gontai ke gerbang depan sekolahnya, ia sudah memesan taksi online sedari tadi. Sejak perdebatannya dengan Deva tadi pagi membuat mood nya hancur lebur tak karuan.
Perlu diservice
"Karin!" mendengar namanya dipanggil, karin dengan malas menoleh kebelakang
"Hm?"
"Singkat banget jawabnya" bukan karena orang yang berada dihadapannya sekarang adalah Deva melainkan Karin sudah lelah dan ingin segera membantingkan tubuhnya diatas kasur miliknya.
"Serah lo"
"Hp lo mana?"
"Ga usah sok gak tau!"
"Lo gak ada niat buat ambil hp lo?"
"Ambil aja kalo mau, lo kan tukang ngambil" Karin benci terus-terusan meladeni Deva, ia mengumpat supir taksi online yang tak kunjung datang menjemputnya.
"Lo liat, hp lo aja bisa gue ambil dengan mudah, apalagi hati lo" Deva meletakkan handphone milik cewek yang beberapa hari ini mencuri pikirannya, kemudian ia pergi meninggalkan Karin yang sedikit pun tak memandang dirinya, matanya lurus menatap kedepan.
"Gila."
****
Karin mendengus kesal melihat Reyna yang sudah mensejajarkan gigi putihnya, ia tidak pernah main-main dengan perkataannya. Ia benar-benar datang kerumah Karin.
"Jelek banget muka lo"
"Sungguh salam yang sangat sopan!"
"Buatin gue minum!" tanpa dipersilakan, Reyna langsung saja menyelonong masuk kerumah Karin,
"Ga sopan!"
"Waktu gue mau kesini tadi, gue ketemu Deva" ucap Reyna yang membuntuti Karin yang sedang menuju dapur
"Rin"
"Karen!"
"Apaan sih?"
"Gue tadi ketemu Deva!"
"Ya terus hubungannya sama gue apa?"
"Ya lo ga penasaran gitu dia ngapain?"
"Maksud lo?"
"Tuh kan penasaran juga!!"
"Ya tapi jangan bikin penasaran juga kali reyyyy" sahut Karin yang kini berusaha menyusul Reyna menuju bagian belakang rumahnya
"Tuh ambil di tas gue" kini Reyna menselonjorkan kakinya dikursi panjang menghadap kolam renang yang ada dirumah Karin dan merebut jus mangga yang ada di tangan sahabatnya itu
"Apaan si gaje banget lo!"
"Buruan ambil, kalo penasaran tuh penasaran aja jangan ditahan, kalo kata dilan tuh ya jangan ditahan, berat!"
Karin dibuat seperti cacing kepanasan oleh Reyna, ia sudah pusing sendiri memikirkan kelakuan Reyna yang semakin hari semakin gila!
"Coklat?"
"Hm"
"Lo mau apa sampe beliin gue coklat segala?" smirk wajah jail Karin kini keluar
"Hah! Apa lo bilang? Gue? Beliin lo coklat? najis amat gue!"
"Lah terus? Kalo bukan dari lo dari siapa lagi?"
"Dari Deva!"
"Ih gamau lah gue, ambil aja. Ogah banget dapet coklat dari cowok sombong kayak dia"
"Yakin lo gamau? yaudah kalo lo ga mau, itung-itung nambahin koleksi coklat gue dilemari!" ucap Reyna sambi menyeruput secangkir jus mangga ditangannya
"Coklat di koleksi! Berlian tu koleksi!" Karin kesal, ia merasa salah besar jika memberikan coklat itu pada Reyna, karena Reyna tidak akan menolaknya.
"Lagian ya rin, kata nenek dan ibunya nenek gue yang namanya dikasih tu harus diterima, apapun bentuknya!"
"Ntar lo tau gimana rasanya ga dihargain!" lanjut Reyna
Beberapa menit suasana hening terjadi diantara mereka, Reyna sibuk menghabiskan jus mangganya, sedangkan Karin sibuk memandangi coklat yang ada ditangannya
"Yaelah coklat dipandangin mulu, orangnya tuh pandangin. Udah ah gue mau pulang, awas tar kemasukan juga lo!"
"Tutup pintunya!"
"Iya, cerewet banget idup lo!"
"Lagian ngapain sih si Deva ngasih gue coklat beginian? Alay banget."
****
"Karin!"
"Karin sayang ayo makan dulu!"
"Iya bentar ma, tinggal satu soal lagi"
"finish." Kebiasaan Karin. Selalu mengerjakan pr sebelum makan malam, tadi siang pak Bagas memberikan 25 soal kimia. Berat sih, tapi lebih berat memikirkan mengapa Deva memberinya coklat. Eh!
"Hay pa"
"Udah ngerjain pr-nya?" tanya papanya
"Udah pa, oh iya papa dapet salam dari tante soraya"
"Uhukk.
Karin? Kamu sudah tau tentang soraya?"
"Sudah pa, sebenarnya udah lama, tapi karena papa baru pulang sekarang ya Karin baru ngomong sekarang"
"Mama udah tau?"
"Kebiasaan Karin mas, selalu tertutup sama aku, dan lebih terbuka sama papanya. Gak fair" ucap mamanya
Satu fakta dari keluarga ini, walaupun Karin sangat dekat dengan mamanya, ada satu perselisihan diantara mereka. Karin tidak pernah suka menceritakan sesuatu hal dengan mamanya, menurutnya itu sia-sia karena nanti pada akhirnya mamanya akan memberi tahu papanya, dan itu sangat membuang-buang waktu.
"Dan papa sendiri udah tau semuanya kan?" ucap Karin
"Karin, sekarang kamu tahu kan mengapa papa menyekolahkan kamu disitu?"
"Tantemu butuh seseorang yang bisa menjadi alasan untuk dirinya agar tetap bertahan hidup, tante mu itu terlihat tegar walaupun dirinya jauh lebih rapuh dari kelihatannya" lanjut papanya
"Kenapa harus Karin?"
"Kamu tahu kenapa tante mu menghilang tanpa kabar 5 tahun lamanya?"
"Karena ia depresi, dan kamu tahukan apa yang menjadi penyebabnya. Sekarang ia kembali, untuk Karin untuk papa untuk kita semua." lanjut papanya
"Tunggu-tunggu, daritadi aku ga ngerti apa yang papa sama kak Karin bicarain! Tante soraya? Soraya itu siapa sih pa?"
"Sayang, kamu masih kecil. Kalau diceritain kamu juga gak bakal nyambung. Jadi nanti aja tunggu kamu udah gede,"
"Ih papa, kak apaan sih?"
"Maseh kecil diem aja!"
"Huh" kesal Keyra
Bukan tanpa alasan papanya tidak ingin memberi tahu Keyra terlebih dulu, umurnya sekarang baru 12 tahun, 5 tahun yang lalu saat umurnya 7 tahun belum kenal dekat dengan Soraya, bahkan mungkin sekarang ia lupa segala tentang Soraya.
Dan permasalahan yang dihadapi Soraya tentu masih belum bisa dinalar olehh Keyra, papanya pikir ini belum saatnya.
****
Sudah jam 12 lewat 15 menit malam, tapi mata Karin masih enggan tertutup. Bagaimana lagi, yang sekarang ia pikirkan hanyalah coklat yang sedang berada dihadapannya.
"Apa gue tanya aja ya sama Deva?"
"Eh tapi kalo gue tanya ntar dia besar kepala lagi! Argghhh"
"Tanya-enggak-tanya-enggak-tanya!" ucap Karin sambil menggerak-gerakkan kelima jarinya
"bodo ah, tanya aja"
Devano Addison Pramudya
karin : Maksud lo ngasih gue coklat apaan sih?
5 menit.10 menit.15 menit
Ting!
devano : Gimana? Enakkan, anggep aja itu salam perkenalan dari gue yang lebih-sopan :)
karin : Eh rese lo ya!
devano : jangan marah-marah terus rin, udah malem. Mending tidur gih
karin : ga usah ngatur-ngatur gue, mau gue ga tidur juga urusan gue!
devano : Yaudah, yang penting jangan mikirin gue ya :p sampai jumpa besok di kelas cantik!
"Ihhhhh apaan sih dasar alayy!"
****