Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Rotasi Bulan

🇮🇩Quencat
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.1k
Views
Synopsis
Aku sudah sering membaca qoute mengenai kehidupan. Putus asa,perjuangan, kesedihan dan kebahagian. Tapi semua qoute tak sepenuhnya benar. Hanya berlaku untuk beberapa orang saja. Sebab hidup hidup ini bermacam-macam kawan. Untuk hidupku sendiei hanya ada 1 yang aku pegang sampai sekarang. "Bahwa hidup bukan soal kompetisi tapi prestasi untuk diri sendiri." Banyak dari kita seakan latah dengan mengikuti arus kehidupan orang lain. Mirisnya moment ini dijadikan standart kebahagian. Seakan-akan mereka telah menang dari segalanya. Seakan-akan kalian puas karena mengikut pencapaikan.Pada kenyataannya standart setiap orang berbeda. Dan hal ini terjadi di kehidupanku. Seperti ketika aku mulai maju untuk menyelesaikan pendidikan. Tapi orang terdekat merasa tidak senang akan keberhasilanku. Bisa dibilang mereka adalah sahabat terdekat tapi menurutku tidak semua, hanya beberapa orang saja. Aku berusaha berjuang mati matian untuk memperoleh mimpi-mimpiku. Tapi mereka seenak jidat mengolok hasil perjuanganku. Dengan alibi kita kan sahabat yang selalu bersama-sama. "Tapi kenapa kamu ujian duluan?." "Tapi kenapa kamu wisuda duluan?." "Tapi kenapa kamu nikah duluan?." "Tapi kenapa kamu kerja duluan?." "Ngga bisa apa kita bersama-sama? Banyak sekali protes yang terlontarkan. Buatku ini sangat menyedihkan. Kita memang bersahabat. Harapan berjuang bersama-sama dari awal sampai proses akhir memang benar. Tapi paham kan setiap orang punya porsi masing-masing. Ngga semua moment bisa kita lewati bersama. Karena setiap peristiwa butuh waktu. Bukan berarti aku yang duluan aku yang terbaik. Bukan berarti juga aku yang berbahagia dengan pencapaian ini. Bisa jadi aku sedang murung maupun berkecil hati. Hanya saja Tuhan menghendakiku untuk melewati semua ini. Entah karena kemampuan atau keberuntunganku. Hidup tidak ada yang sempurna. Walaupun namaku Bulan bukan berarti pencapaian hidupku harus menjadi poros hidup kalian. Kalian punya jalan masing-masing dan aku percaya itu yang terbaik. Ingatnyalah aku juga ingin hidup seperti kalian. Hidup dengan tenang tanpa resah setiap saat. Selamat menyelami hidupku yang penuh dengan keragunaan untuk menemukan jalan pulang. Banyak bebatungan yang menyandungku hingga aku paham bahwa hidup harus tetap berjuang sampai akhir hayat.
VIEW MORE

Chapter 1 - Mimpi Pertamaku

Semua letih dan lelahku terbayar sudah. Mendengaran helaan naaas dari beliau dan senyum yang membingungkan membuat hati ku berkecambuk, aku TIDAK suka perasaan ini. Seakan seluruh ruangan ini runtuh menimpa dan membiarkan aku terkubur. Setengah mati aku berusaha menahan.

Pada akhirnya aku tersentak dengan ucapan beliau.

"Kamu lulus...."

Woaaahhh akhirnya aku bisa bernafas lega. Aku berusaha menyembunyikan tangisku dengan tersenyum.

"Selamat Bulan Putri Anindyaswari kamu lulus." ucap dosen pembimbingku

"Segera merevisi ya, tetap semangat jalan masih panjang." aku hanya mengangguk dan menjabat tangan mereka. Mungkin ini akan menjadi nasihat terakhir yang diberikan beliau sebagai dosen pembimbing. Tak lupa aku mengabadikan moment bersejarah ini. Bisa jadi aku rindu dengan masa kuliah selama 4 tahun. Dan bisa terobati lewat foto ini. Di luar ruang ujian sudah terdengar suara riuh. Mereka riuh karena terlalu lama menungguku yang tak kunjung keluar. Belum selesai aku berberes-beres sudah datang gerombolan si berat. Langsung berbagai pertanyaan mereka hujani ke aku.

"Gimana-gimana luluskan?"

"Lancar tidak?"

"Yah, harus ngulang ujian ya Lan?

Aku tersenyum penuh arti lalu diasambut dengan hangat pelukan mereka. Dalam hati aku berucap syukur, terimakasih Tuhan untuk semuanya. Walaupun aku tak suka syndrom mual dan mulas pagi tadi karena terlalu cemas, untuk siang ini terkecuali karena aku sedang bahagia.

Agenda rutin bagi mahasiswa yang sudah sidang akhir pasti wajib foto di ikon fakultas. Entah didepan pintu masuk, gazebo, depan mobil dengan bagasi terbuka yang menampangkan hadiah sebagai ucapan sidang. Tenang saja aku tidak seheboh itu. Hanya foto bersama dengan sahabat dekatku. Memang bagian ikonik jurusan adalah gapura yang bertuliskan nama fakultas kami ,yakni fakultas imu sosial dan politik. Seakan-akan bisa foto disini merupakan ritual wajib. Terlebih aku dari jurusan ilmu komunikasi di perguruan tinggi negeri. Yang notabennya sangat sulit untuk bisa kuliah disini.

Kami pun tak lupa mengabadikan moment ini. Walaupun foto berkali kali rasanya masih belum puas. Apalagi kalau salah satu dari kami ada pose fotonya yang jelek pasti minta untuk diulang. Dan itu terasa lelahnya. Kadang aku bingung untuk mengekspresikan foto yang seperti apa. Bagaimana ngga bingung dari awal foto sampai akhir sudah banyak gaya yang aku keluarkan. Entah pose senyum tipis, senyum tiga jari, pose seakan tertawa terbahak-bahak, gaya dua jari, pose jari mental, pose dengan kaki ke depan, ke belakang, pose melompat bersama. Walaaupun capek tapi rasanya sangat puas. Seakan semua lelah untuk hari ini hilang. Sekarang bisa paham euforia kakak-kakak tingkat yang sudah lulus terlebih dulu. Pasti bangga bisa segera memakai almameter serta baju hitam putih khas sidang.

Selepas ritual foto berlalu aku dan gerombolan si berat melanjutkan untuk makan siang di salah warung yang terkenal dengan masakan pedasnya. Cukup rame juga tempat ini.Walaupun harus menunggu lama tapi terbayar dengan rasanya yang enak yang membuatku kesal. Hanya saja teman-temanku cukup menggerutu karena terlalu lama menunggu.

"Sumpah ya, anaconda ku bentar lagi lepas kendali nih." Celetuk Ola

Ide iseng Yona muncul. Dan segera memanggil waiters.

"Mas,tolongin saya mas ada anaconda lepas" teriaknya dengan sangat kencang.

Mas waiter pun kebingunagan. "DIMANA MBAK ? DIMANA? MBAK HARUS SEGERA PERGI."

"DI TAS HITAM MAS BAWAH MEJA." Wajab Ola. Mas pegawai itu pun berusaha mendorong Yona dan Ola agar segera menjauh.

Aku yang baru keluar dari toilet sempat ikut kebingungan. Sempat berpikir kenapa pelanggan banyak berhamburan keluar. Ini kenapa juga banyak pegawai yang mengelilingi meja kami. Belum sampai aku mendekat. Tanganku sudah dicekal oleh pegawai warung. " Mbak jangan kesana,anaconda temennya mbak lepas." Katanya

Aku mengernyitkan dahi. Dan mencoba memahami situasi yang terjadi. Ketika melihat sekeliling. Mataku bertemu dengan Yona yang sedang mengedipkan matanya dan tersenyum jahil. Sekarang aku paham apa yang sedang terjadi. Dengan santainya aku menjawab. "lah anaconda apaan mbak? Temen saya ngga ada yang bawa anaconda."

"Bawa mbak, temen mbak tadi teriak kalau anacondanya lepas."jelasnya dengan panik

Aku yang sudah paham dengan situasi yang terjadi. Mencoba berjalan mendekat ke meja kami.

"YA ALLAH MBAK JANGAN KESANA, HADUH NANTI KALAU DIMAEM ULO WARUNGKU JADI MLEBU TV MBAK."

"Tenang mbak saya cucunya panji petualang." Jawabku dengan santai. Aku langsung mengambil tas hitam yang tergelatak dibawah meja dan membukanya. Dan isinya kosong hanya beberapa lembar kertas.

"Loh kok kosong? Anacondanya mana? Tanyanya dengan heran

"Ngga ada mas, temen saya ngaco ini." aku mendelik ke arah Yona dan Ola

Yona meringis. "Maaf ya mbak mas, saya bercanda."

"Sekali lagi maaf, tadi beneran ada anaconda lepas maksudnya itu perut saya. Karena kelamaan nunggu makanan. Jadi saya mau protes tapi malah kelepasan sampai begini." Sambung Ola.

"Hoalah mbak, saya kira beneran ada anaconda lepas. Untung ngga ada." Jawabnya dengan lega

"Kasian tau, pelanggan disini jadi ngga nyaman, suruh cuci piring ada mas mereka berdua." Cercah Evin

"Udah ya mbak mas maafin temen-teman saya jadi buat keributan. Nanti makanan pelangganya ini saya yang bayar mas." Jawab Lili

"Emang beda kelasnya keluarga Bellen kalau nyelesain masalah. Celetuk Ola