Chereads / Rotasi Bulan / Chapter 4 - Keberuntungan

Chapter 4 - Keberuntungan

Hari ini tidurku cukup nyenyak. Waktu menunjukkan pukul 05.00 pagi. Tumben sekali aku bisa bangun lebih pagi dari alarm handphone. Biasanya baru bisa bangun saat alarm berdering kencang. Walaupun aku bangun pagi lebih dulu dari jangka waktu alarm yakni pukul 05.05 pagi. Cuma beda 5 menit dari waktu alarm sih. Tapi rasanya seperti pencapaian yang besar dalam diriku. Apa perlu dirayain ya. Makan enak bisa kali. Akupun beranjak dari kasurku. Kalau tidak segera beranjak aku akan seharian bermalas-malasan diatas sini.

Untuk reward diri karena bangun pagi. Aku membeli nasi kuning dengan lauk yang banyak. Sekalian perayaan bangun pagi, ujian yang berlalu dan ketemu kembali dengan Bagas. Lauk yang k beli mungkin bisa dimakan sampai malam juga. Tapi karena hari ini spesial aku mau menghabiskannya semuanya. Yang aku beli ada ayam goreng, irisan telur dadar, telur balado, ikan patin goreng,serondeng kelapa, mie bihun, sepotong tempe dan tahu bacem. Walaupun lauknya banyak dan takut tidak menghabiskanya aku menyiasatinya dengan memesan nasi yang sangat sedikit. Mungkin seperti seporsi nasi kucing. Hanya 3 sendok makan. Lagian saat sarapan aku ngga mau makan karbohidrat banyak-banyak. Takut kekenyangan dan ngantuk di pagi hari. Selesai makan, aku mendapatkan telephone dari Yona.

"Halo Yon, kenapa?"

"Halo Lan, free ngga hari ini?."

"Free, kenapa?"

"Minta tolong temenin aku ke kampus bisa?"

"Ngga ah aku males."

"Mentang-mentang udah ujian, jadi seenaknya."

Aku tertawa mendengar jawabanya. "Jam berapa emang?"

"Jam 10 pagi mau konsul sama pak Badrul nih."

"Jemput ya."

"Iya neng. Siap. Nanti kalau otw aku kabarin deh. Udah ya perut aku mules mau berak."

Aku pun bersiap-siap untuk ikut Yona pergi ke kampus. Balada anak semester tua kalau ke kampus hanya saat konsul sama dosen aja. Selebihnya mah mager. Kalau semester tua gini udah jarang ketemu temen-temen seperjuangan lagi. Paling ketemuanya saat diruang dosen. Itupun cuma menyapa aja. Kayak orang yang ngga kenal. Siklus semester tua kelihatanya memang seperti ini. Dan ini sedang terjadi di angkatanku. Kadang merasa sepi kalau pergi ke kampus sendiri. Kadang sampai lobi teman buat barengan ke kampus kayak Yona tadi. Paham sih udah semester akhir banyak temen-temen yang udah ambil pilihan masing-masing. Jadi prioritas sudah beda. Ngga bisa sejalan lagi. Pilihan mereka macem-macem. Ada yang milih cuti kuliah dulu, milih kerja, magang diluar kota, nikah muda dan memilih menunda skripsi. Rasanya ingin mengulang waktu bersama temen-temen sekelas. Moment yang menyenangkan dan berjuang bersama-sama saat dulu. rasa perjuangan sangat kentara sekali. Berbagai moment telh aku lalui bersama mereka. Mulai dari bercanda gurau bersama, ribut tugas kelompok, diskusi sana-sini, marahan karena beda pendapat, pulang tengah malem karena persiapan presentasi, repot turun lapang, sibuk sama organisasi, dan kesiangan saat kelas pagi. Kini kenangan itu sudah hilang. Sekarang hanya diri sendiri yang bisa diandalkan. Karena semua sudah pergi.

Sesampainya di kampus pun rasanya juga sangat berbeda. Seakan-akan aku dan Yona mahasiswa baru yang sedang kebingungan.

"Lan, udah semester segini suasananya kampus jadi beda banget."

"Iya sih, kayak asing gitu."

"Oho, bener banget. Kamu ikut ke ruang dosen? Atau nunggu dilobby?."

"Nunggu disini aja Yon."

"Okedeh, tadi katanya Ola sama Lili juga ke kampus tapi siangan."

"Mau konsul juga mereka?"

"Biasa lah Ola lagi ngurusin club desainnya. Kalau Lili aku lupa kenapa. Siapa tau nanti kamu ketemu mereka Lan."

"Oh, salamin sama pak Badrul Yon." candaku

"Mau ngomong salam aja udah kicep duluan."

"Udah tenang. Kan pak Badrul ngga ngegigit."

"Iya ngga ngegigit sih. Tapi kan hobi ngomong pedes Lan, udah ah aku mau kesana dulu ntar dimarahin lagi."

Udah hampir setengah jam aku menunggu Yona. Kukira bakal sebentar konsulnya.Ternyata lama juga. Cukup bosan rasanya. Sekarang udah pukul 11.00 siang. Bentar lagi waktunya makan siang. Tiba-tiba terlinta salah satu makanan favoritku. Gado-gado di kampus ini. Namun pikiranku buyar ketika namaku dipangil dengan keras.

"Bulannn."

Aku menoleh dan kudapati seorang laki-laki yang ku kenal. "Loh ngapain Ren."

"Habis konsul Lan, kamu ngapain disini?"

"Lagi nunggu Yona."

"Yona dimana sekarang?"

"Masih diatas, Lagi konsul sama pak Badrul."

"Kok aku pas konsul ngga ketemu. Oh ya selamat ya udah ujian Lan."

"Makasih, buruan nyusul Ren."

"Haduh , masih lama kelihatannya. Kamu ujian kok ngga ngasih kabar sih."

"Orang ujianku dadakan banget Ren."

"Aku ngga nyangka kamu bakal ujian dekat-dekat ini. Padahal sebelumnya kamu ngeluh kalau skripsinya susah kan."

"Iya, aku sampai harus ganti berulang tema dan ngajuin lagi. Akhirnya cocok terus lanjut dan ternyata bisa ikut gelombang seminar hasil bulan kemarin."

"Usahamu terbayarkan Lan. Sebanding sama semua yang udah kamu lakuin."

"Bener, faktor beruntung juga."

"Oh ya, kamu udah makan? Makan yuk." ajaknya

"Makan pagi udah, makan siang belum."

"Yaudah makan dulu aja, daripada bengong disini nungguin Yona."

"Ayo deh. Mau makan dimana?"

"Di kantin aja. Kalau makan diluar ntar bolak-balik kesini. Yona bisa gabung juga."

Aku bersyukur sudah bertemu dengan Rendy. Setidaknya ada orang yang bisa aku ajak untuk ngobrol.

"Kamu mau makan apa Ren?"

"Aku mau pesen nasi rames."

"Pesen duluan aja, biar mejanya aku yang jagain." usulku

"Ngga usah. Aku tinggal teriak ntar penjualnya bakal kesini, nih liat ya. Bang rames 1 kayak biasa ya..." suara nyaringnya terdengar sangat jelas ditelingaku. Dan dari sana terdengar suara jawaban dari penjualnya.

"Tuh gampang kan. Tinggal teriak nanti makan dateng."

"Kebiasaan jadi korlap jadi jago teriak."

"Point plusnya ikut korlap. Sebenarnya karena udah jadi semster tua aja dan sering makan disini jadi abang penjualnya udah akrab. Kalau tadi ditinggal sebentar aja bisa-bisa meja kita dipakai orang. Apalagi ini jam makan siang Lan."

"Kalau gitu aku pesen dulu, kamu mau minum apa? Aku sekalian mau beli."

"Air mineral aja Lan."

Aku segera pun memesan gado-gado kesukaanku gado-gado bu Tatik. Seperti biasanya aku hanya memesan setengah porsi. Walaupun setengah porsi aku meminta tambahan kerupuk yang banyak. setelah selesai aku segera kembali ke meja. Membawa banyak barang ditanggan piring dan dua botol air mineral cukup menyusahkan.

"Loh , kenapa ngga diantar aja makanannya?. Kamu jadi ribet." Cercanya

"Kasian kalau ngantarin kesini. Pembelinya lagi rame jadi aku bawa sendiri. Makanmu cepet amat." Melihat makannya udah tandas bersih

"Yee, kamu aja yang datang lama. Habis ini aku mau langsung ke jurusan lagi."

"Emang ada apa Ren?"

"Dimintai tanda tangan sama anak-anak himpunan."

"Orang sibuk beda ya."

"Udah buruan dihabisin dulu, aku mau duluan. Kalau balik hati-hati."

"Siap." Aku langsung melanjutkan makan

"Hawanya orang bucin beda ya Lan." Tiba-tiba Yona datang.

"Dari kapan berdiri disana?"

"Waktu kalian ngobrol mesra."

"Apaan sih Yon. Orang temen juga."

"Kamu ngangep temen. Rendy ngga."

"Udah dibilangin temen juga."

"Kenapa ngga sama Rendy aja Lan? Daripada sama anak kampus sebelah."

"Bodoh."

"Lah, kamu yang bodoh Lan. Orang didepan jelas-jelas ada yang pasti malah nyari yang ngga jelas."

"Ngga tau , no coment."

"Kalau sama Rendy lumayan Lan bisa dijadiin gandengan saat wisuda. "

"MULUTMU YON." Aku pun pergi meninggalkan Yona

"Loh Lan kok pergi sih, kan bercanda.

***