"Aku sudah selesai, ayo berangkat!" Junhyuk muncul tiba-tiba setelah siap, mengejutkan Suho dan Hanna yang sedang membicarakannya.
"Ah ... keningmu ... tak apa?" tanya Junhyuk saat menatap Hanna.
Hanna mengangguk cepat, "Iya, saya tidak apa-apa, heheh." jawab Hanna dengan cengiran di akhir.
Tapi, diluar dugaan Junhyuk justru tampak sebal dan mendadak jadi dingin lagi, kembali menjadi es kristal marebuan yang menyebalkan. Hanna sungguh pusing dibuatnya, apa lagi sih yang salah sampai wajahnya begitu lagi?! Padahal tadi malam dia sudah mirip manusia!" rutuk Hanna dalam hatinya.
Junhyuk melengos begitu saja, mengenakan kaca mata hitam dan berjalan lebih dulu, diikuti Suho yang tampak sama bingungnya dengan Hanna sebab perubahan sikap Junhyuk yang tiba-tiba, membuat Suho mendadak berpikir kalau Junhyuk mungkin saja terkena bipolar sampai jadi tidak jelas begini.
Dengan cekatan Hanna mengecek barang kebutuhan Junhyuk untuk bekerja hari ini, dari mulai wardrobe, make up dan lainnya. Ketigabya sudah berada di parkiran gedung tempat penthouse Junhyuk berada. Setelah memastikan semuanya, Hanna segera masuk dan duduk di kursi penumpang depan bersebelahan dengan Suho yang bertugas menyetir.
"Sudah beres? Ada yang tertinggal?" tanya Suho sesaat setelah Hanna duduk.
"Tidak ada Oppa, semua sudah ditempatnya." Hanna tersenyum sembari menjawab. Membuat Junhyuk yang melihatnya dari kursi belakang tertawa jengah dan sebal. Tentu Hanna dan Suho tak sadar kalau dia melakukannya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat pemotretan untuk sebuah majalah, setelah itu akan ada wawancara singkat dengan majalah tersebut mengenai album baru yang di rilis Junhyuk. Pria itu memilih memejamkan mata di sebalik kacamata hitam yang ia pakai untuk menutupi wajahnya yang jadi sedikit tembam. Wajahnya memang agak bengkak karena makan mi tengah malam, takkan begitu terlihat saat dilihat langsung, tapi di kamera akan terlihat jelas, itu sebabnya Suho murka padanya pagi tadi.
Sampai di lokasi pemotretan, Junhyuk masih juga bungkam pada Hanna, kembali pada sosoknya yang dingin dan menyebalkan itu. Padahal Hanna sudah hampir senang sebab ia merasa Junhyuk mulai berlaku lebih baik belakangan ini. Sekarang rasanya justru ia sedang ke ge-eran karena menganggap Junhyuk jadi berlaku lebih baik padanya.
Ia menyiapkan segala keperluan Junhyuk untuk pemotretan, tidak begitu banyak sebab sebagian besar pakaian dan make up di sediakan oleh pihak majalahnya, hanya beberapa aksesoris tambahan milik Junhyuk sendiri yang di pasangkan padanya sebagai pelengkap saja.
Melihat Junhyuk berpose di depan kamera dengan cahaya lampu blitz yang berkedip-kedip setiap shutter ditekan, membuat Hanna sekali lagi harus mengakui kalau memang pria galak itu tampan gak ketulungan, meskipun wajahnya sedang dalam kondisi tak baik, tidak menyurutkan pesonanya sedikitpun.
Bahkan dengan kemeja putih polos kasual saja, Junhyuk masih terlihat penuh pesona yang sudah pasti bikin klepek-klepek kaum hawa di selurih dunia.
"Hanna!" sentak Suho memanggil gadis bertubuh mungil itu, dari tadi Hanna tak menyahut panggilan Suho karena bengong menatap Junhyuk disana.
"Ah! Ya Oppa?" segera ia mendingak menatap Suho yang posisinya sedang berdiri disebelahnya, dengan tangan yang menyodorkan dua gelas kopi.
"Heheh, kenapa bengong? Aku membeli kopi untuk kalian, berikan satu pada Junhyuk setelah ia selesai nanti, oke?" titah Suho pada Hanna dan dijawab dengan anggukan.
"Oke, terimakasih Oppa."
"Yang satu lagi itu punyamu, jadi minum saja tak perlu segan."
"Baiklah, terimakasih Oppa, heheh." Hanna terkekeh, Suho mengacak rambut Hanna gemas, membuat seseorang melirik sebal dari ekor matanya, menambah rasa jengkel di benaknya pada gadis menyebalkan tapi cantik itu!
"Junhyuk-ssi, silahkan kopi anda." Hanna menyerahkan kopi yang dibelikan Suho tadi pada pria yang kini duduk bersandar di kursi lipat miliknya, mengistirahatkan diri setelah berpanas-panas diterpa lighting studio sejak tadi.
Ia melirik sekilas, lalu menyambar kopi dari tangan Hanna dengan cuek, tak mengatakan sepatah katapun. Hanna kembali canggung dibuatnya, dan tentu saja merutuki Junhyuk dalam hati karena plin plan dan susah sekalj ditebak apa maunya.
"Maaf, apa ada hal yang membuat anda tak nyaman Junhyuk-ssi?" akhirnya Hanna memberanikan diri bertanya setelah 30 menit berlalu dengan kondisi keduanya diam tanpa kata meski duduk berdekatan.
Junhyuk menoleh, menatap wajah cantik Hanna yang kini tak lagi terlihat jelas kantung mata bergelambir nya dulu, yabg juga tak begitj kentara hitam lingkar mata pandanya lagi. Ia masih sebal pada orang di depannya itu, sebal sekali pokoknya!
Junhyuk membuang mata.
"Eeuuhh ... bisakah anda mengatakan pada saya apa yang membuat anda gak nyaman? Barangkali saya bisa memperbaikinya." sungguh bekerja dengan mood yang buruk itu menyebalkan bagi Hanna, dan dia tak tahan lagi dengan sikap Junhyuk sedari tadi. Siapa tahu dirinya sudah melakukan kesalahan besar hang tak ia sadari hingga Junhyuk jadi marah begitu.
"Hhhhhhh ...." pria itu menghela berat, terasa sekali kalau diribya memang sedang sebal, Hanna menelan salivanya, menunggu ucapan pedas yang keluar dari mulut artis nya itu.
"Kau ... tidak berniat menepati ucapanmu semalam ya?" Jjnhyuk mulai buka suara, sialnya Hanna tak paham apa maksud si tampan ini.
"U-ucapan ... saya?" ulang Hanna, merasa ragu apakah yang ia ingat sama dengan yang pria itu ingat.
"Haaaiih ... kau bahkan tidak ingat, kalau memang tidak serius untuk apa menyanggupi?" Hanna semakin pusing dan merasa genting, apa yang dimaksud cowok kampret ini sih sebenarnya? Kenapa gak langsung ke intinya aja? pekiknya dalam hati membuat dirinya juga jadi merasa bersalah bersamaan.
"Ma-maafkan saya, tapi ... saya benar-benar tak ingat ucapan yang mana sebab semalam kita banyak membahas topik berbeda-beda." ucap Hanna membela diri, berharap Junhyuk mau mengerti.
'Untung cakep, kalo gak cakep udah gue sleding ini sih.' rutuk Hanna dalam hati, merasa bingung sendiri.
"Kau bilang akan coba bicara santai padaku seperri kau bicara pada Hyung?!" cebik kesal di wajah Junhyuk terlihat kini, ia tak mau menatap Hanna.
"A-aaah ... karena itu ... Junhyuk-ssi jadi tidak nyaman? Jadi kesal pada sa-- eh, padaku?"
"Menurutmu?!" masih enggan ia menatap Hanna.
"Phhfftt ... eeuuh ... ekhem," Hanna merasa geli sendiri sebab sikap ngambek Junhyuk yang tidak ia sangka, dirinya benar-benar lupa kalau pria itu minta untuk bicara santai padanya sama seperti cara dia bicara dengan Suho.
"Kau ... tertawa?" kini dengan cepat Junhyuk menoleh setelah dengar Hanna hampir saja terbahak, makin mencebik lah bibir kemerahannya itu.
"Ekhem ... maaf, heheh." sahut Hanna sedikit menunduk, menyembunyikan wajah gelinya.
"Kau mau mempermainkan aku ya?" Junhyuk semakin sebal, kini ia semakin menghadap Hanna, memperhatikan wajah gadis itu untuk mencari tahu apa benar dia berani mempermainkan Junhyuk.
Hanna seketika mendongak karena dituduh sengaja mempermainkan Junhyuk, ingin menyangkal tuduhan itu tapi keduanya kembali malu sebab tak sengaja terlalu dekat. Kompak mereka membuang pandangan. Merasa kikuk bersamaan.
'Sial, kenapa setiap dengan dia aku jadi malu begini sih?!' batin Junhyuk merutuki dirinya sendiri, ia menggosok tengkuknya tanpa sadar.
"Euumm ... maaf, aku lupa soal itu dan karena terbiasa bicara formal jadi agak sulit membiasakannya, jadi ... aku tidak bermaksud mempermainkan Junhyuk-ssi sama sekali. Maafkan aku." ucap Hanna dengan pandangan ke arah lain, tak sanggup menatap orang di sebelahnya karena jantungnya sedang marathon. Muka bengep Junhyuk karena makan mi tengah malam pun tetap saja tampan nan aduhai dimata Hanna, bikin dia nyaris mimisan karena terlalu dekat tadi.
"Eemmhh ... yah, ya sudah kalau begitu. Aku tidak suka kau bicara terlalu formal, rasanya aku jadi sangat tua."
"Hahahah, tidak ... tidak begitu kok. Junhyuk-ssi masih sangat muda dan tampan!" Hanna mengacungkan jempol sambil cengengesan.
"Huh! Dasaaar ... hhhhhh," Junhyuk jadi tertawa kecil karena tingkah Hanna barusan, akhirnya gadis itu mulai membuka diri padanya.
Begitulah keduanya berbaikan, memang kekanak-kanakan daan Hanna seolah merasa dia sedang menjilat ludah sendiri sekarang. Memang benar kata pepatah 'jangan menilai buku dari sampulnya' kini Hanna mulai tahu, bahwa Kang Junhyuk yang selama ini kejam dan super nyebelin dimatanya, ternyata bisa berlaku sebagaimana manusia biasa.
Baiklah, kata Hanna dia takkan merengek lagi soal pekerjaannya!