"Kau pandai membuat ramyun," puji Junhyuk setelah ia menyuap beberapa kali ramyun hangat yang masih mengepul itu ke mulutnya, keduanya makan dari dalam panci yang sama dan sudah tentu rasanya juga sama. Hanna jadi tersenyum malu mendengar komentar Junhyuk atas masakannya.
"Ramyun adalah makanan yang paling sering saya masak, jadi sudah hapal sekali bagaimana cara memasak ramyun yang enak." Hanna menjawab sambil mengunyah makanannya, bikin Junhyuk tersenyum kecil karena jadi ingat hamster saat lihat mulut kecil Hanna mengunyah.
"Kimchinya juga enak sekali, apa anda memang rajin membeli stok kimchi seperti ini?" tanya Hanna lagi, rasanya dia sudah mulai bisa bertingkah santai saat ini. Entah bagaimana suasana mereka jadi lebih baik.
"Bukan, itu kakak perempuanku yang sering sekali membawakan stok lauk dan makanan kesini. Padahal sering tidak termakan."
"Hmmm ... pantas saja kimchinya rasa buatan rumah, tidak seperti kimchi kemasan. Kakak anda pasti perhatian sekali."
"Kau bisa bedakan rasa kimchi buatan rumah dan yang kemasan?" tanya Junhyuk heran sebab setahunya, Hanna bukan orang Korea asli dan hanya anak kost biasa dan tidak mungkin ibunya datang setiap minggu mengantar kimchi buatan rumah untuknya di asrama.
"Heheh, saya sering ikut teman saya pulang ke rumah orang tuanya, dan ibunya selalu membuat kimchi, enak sekali. Heheh." jawab Hanna polos.
"Oh ya? Sepertinya temanmu baik."
"Emh! Dia baik dan cantik, anda juga sudah pernah bertemu dia."
Junhyuk mengernyit, mengingat-ngingat momen mana yang dimaksud Hanna barusan, Hanna yang paham kalau Junhyuk sedang berusaha mengingat, segera menjawab momen mana yang ia maksud.
"Di gerai ayam goreng milik kakak perempuan Suho oppa tempo hari, teman yang bersama saya waktu itu." jelas Hanna.
"Aah ... yang perempuan atau yang laki-laki?"
"Yang perempuan, namanya Sohee, Kim Sohee. Adiknya Jihwan oppa."
"Adiknya Jihwan?" Junhyuk tampak sedikit kaget, ternyata itu alasan kenapa Jihwan sangat menjaga Hanna dan terlihat dekat.
Hanna mengangguk cepat, " Iya, Sohee adalah adiknya Jihwan Oppa, kami sudah berteman dari tingkat 1 kuliah." beber Hanna yang kemudian membuat ia baru sadar kalau sepertinya ia terlalu banyak bicara tentang dirinya sendiri. Ia melirik Junhyuk, tak tampak wajah kurang senang atau kurang nyaman disana, membuat Hanna bisa bernapas lega.
"Pantas saja Jihwan terlihat sangat dekat denganmu," komentar Junhyuk kemudian menyuap ramyun ke mulutnya lagi. Seakan dia lupa kalau besok pagi wajahnya akan bengkak karena makan mi tengah malam.
"Iya, Jihwan oppa sangat baik, sudah menganggap saya seperti adiknya sendiri, karena itu ... saya takut mengecewakan dia di kantor atau membuat masalah sampai dia jadi terseret sebab merekomendasikan saya ke moonlight." curhat Hanna tanpa sadar karena terbawa suasana, Junhyuk sendiri merasa ini sebuah kemajuan karena Hanna mau bicara panjang pebar sekarang. Tapi meskipun begitu, wajah Junhyuk itu tetap saja terlihat datar tanpa ekspresi khusus.
"Ah, maaf ... saya jadi banyak bicara soal diri sendiri, pasti anda bosan mendengarnya, hehe maaf." Hanna tersenyum kikuk.
"Tidak juga, kau mau bir?" Junhyuk beranjak dari duduknya, tadi keduanya duduk lesehan diatas karpet saat makan ramyun. Pria itu berjalan menuju kulkas dan mengambil beberapa kaleng bir. Ia membuka satu kaleng lalu menyerahkan pada Hanna. Gadis itu menerima dengan kedua tangannya, tampak canggung dan segan.
"Terimakasih ...." ucapnya sedikit kikuk.
"Hmmh ...." gumam Junhyuk menanggapi ucapan terimakasih Hanna lalu menenggak bir miliknya sendiri. Otaknya sedang memikirkan bagaimana mengakali wajahnya yang akan nampak bengkak besok agar tak kentara saat syuting, ramyun tengah malam sudah cukup buruk, ditambah bir? Dia memang sudah gila! Bisa dipastikan Suho akan ngamuk padanya besok pagi.
Tapi ... rasanya ia masih ingin berlama-lama bicara seperti ini dengan gadis itu, ramyun telah habis, dan tak ada alasan lain selain bir agar Hanna tetap duduk dan berbincang dengannya.
"Eeuumm ... kalau ... Junhyuk-ssi?" tanya Hanna ragu.
"Aku? Apa yang ingin kau tau?" tanyanya santai.
"Eeuuhh ... apa anda kenal dengan Han Yura?" tanya Hanna takut-takut. Junhyuk seketika menoleh dan menatap maniknya lekat, seperti yang Hanna duga, sesaat tadi wajah Junhyuk tampak tak nyaman.
"Maaf kalau saya lancang, kalau anda tak ingin menjawabnya, tak apa sa--"
"Iya, aku kenal." Junhyuk menjawab tiba-tiba, memotong ucapan Hanna dan membuat gadis itu terdiam sambil menatap pria dihadapannya. Tampan sekali sialan!
"Dia ... mantan pacarku dulu," timpal Junhyuk tanpa menatap Hanna, lalu meneguk bir ditangannya, lebih seperti menenggak dengan cepat sih, sebab ia terlihat meminumnya sekali banyak setelah berkata seperti itu, yah ... bisa dimaklumi sebab dia baru saja mengatakan hal yang sangat pribadi bagi seorang selebriti pada orang biasa, terlebih Hanna hanya asissten yang belum sebulan bekerja untuknya.
Hanna ternganga, bingung harus bereaksi seperti apa. Ini gilaaa ... batinnya.
"Ap-apaaa? Junhyuk-ssi ... dan ... Han Yura ... eeuuhh ...."
"Ya! Kami dulu pernah berkencan saat masih trainee sampai awal-awal aku debut." tak disangka Junhyuk melanjutkan ceritanya.
"Aah ... begitu, benar-benar tak disangka." Hanna ikut meneguk bir di tangannya. Mereka berdua duduk dengan jarak yang jauh, Hanna di ujung sofa, dan Junhyuk di ujung sofa lainnya. Panci ramyun masih berserakan di atas meja, di tambah kaleng bir.
"Karena kesalahpahaman dan sesuatu yang terjadi, kami akhirnya berpisah. Yah ... aku tak lagi memikirkannya." katanya enteng sembari meneguk birnya lagi, ia bahkan sudah habis 2 kaleng bir sekarang.
Hanna tak berani bertanya lebih jauh, tahu fakta bahwa mereka dulu pernah berkencan saja sudah mengejutkan. Pantas saja Junhyuk sampai terpaku seperti tadi saat bertemu Han Yura. Hanna bisa maklum meskipun Junhyuk bilang dia tak memikirkannya lagi, tetap saja akan ada rasa yang sedikit aneh saat bertemu dengan mantan yang sedikit banyak sudah pernah mengisi hari-hari kita dalam waktu yang cukup lama. Rasanya dia sendiri akan bereaksi seperti Junhyuk jika tiba-tiba harus berpapasan dengan Taejoon entah dalam kondisi apapun.
Keduanya larut dalam diam sejenak, sama-sama tidak tahu harus bicara apa lagi. Junhyuk merutuk sendiri dalam hati karena tak ada topik yang muncul dikepalanya untuk memulai obrolan lagi.
"Oh iya, kenapa kau bicara formal sekali padaku sedangkan pada hyung tidak begitu?" Untung saja hal ini teringat oleh Junhyuk saat ini, sebab selama ini dia ingin menanyakannya hanya saja dia selalu tak mendapat momen yang pas untuk bertanya.
"Aah ... itu ... saya pikir Junhyuk-ssi suka jika saya bicara dengan cara seperti itu." jawab Hanna.
"Ppfftt ... kenapa bisa kau berpikir begitu? Tau gak, aku merasa seperti orang yang tua dibanding Suho hyung setiap kali mendengar perbedaan cara bicaramu pada kami." Junhyuk sedikit terkekeh, dan Hanna menatap takjub, ternyata orang kampret dihadapannya ini bisa tertawa juga.
"Aahh ... begitu kah? Maaf, saya cuma mencoba sopan saja," Hanna menenggak bir ditangannya, sedikit galau kalau semisal ia disuruh merubah cara bicaranya, pasti akan terasa aneh.
"Aku tidak masalah jika kau bicara biasa saja padaku seperti pada hyung, jadi biasakan dirimu untuk merubah cara bicaramu yang terlalu formal padaku."
Tuh kan! Dia benar-benar meminta Hanna mengubah cara bicaranya, mau tidak mau gadis itu harus menurut meskipun sedikit sulit karena sudah terbiasa bicara formal.
"Ba-baiklah Junhyuk-ssi."
"Oke."
Sebenarnya, Junhyuk mau dipanggil Oppa juga seperti Hanna memanggil Suho, tapi mulutnya berat sekali untuk mengucap itu. Ia tidak seperti Suho yang bisa ringan dan luwes berbicara, terpaksa Junhyuk bungkam dan tak menuntut lagi.