Mendengarkan seruan dan kekaguman semua orang pada Luna, Galang yang duduk di kursi penontong sangat menyesal karena sudah membelikan gadisnya gaun itu.
Dia tidak menyangka jika Luna akan begitu cantik memakainya!
Dirinya seharusnya tidak menjanjikan untuk membawakan gaun pada Luna tadi. Jika, dia tahu semua orang akan melihat kecantikan Luna, Galang tidak akan melakukannya.
Galang sangat tidak ingin orang lain melihat kecantikan gadisnya karena Luna hanya miliknya! Egois memang, namun dia tidak tahan melihat banyaknya siswa yang menatap Luna dengan penuh nafsu.
Namun, apa yang dia sesali jauh lebih dari itu saat melihat Ezra yang naik di atas panggung dibarengi dengan seruan siswa lain.
Pemuda tinggi dan tampan itu berjalan ke arah Luna yang berada di tengah panggung. Saat sudah berada di dekatnya, Ezra memainkan seruling yang dia bawa.
Bunyi serulingnya merdu dan enak didengar yang membuat penonton semakin antusias.
Sorak sorai terdengar di segala sisi, bahkan lebih ramai dari penampilan Rangga di awal acara tadi.
Meskipun Rangga juga merupakan pangeran sekolah, Ezra tidak kalah populer dari Rangga. Dia juga banyak memiliki penggemar di sekolah mereka.
Sedangkan, Luna terkejut saat mendengar suara seruling dan menoleh ke arah ezra. Dirinya tidak akan mengira jika pemuda itu juga akan naik ke atas panggung dan bermain seruling.
Ezra memainkan seruling dengan merdu dan sempurna, membuat Luna tersenyum padanya.
Namun, sekelompok siswi yang melihat interaksi di antara keduanya menganggap jika memang benar-benar ada sesuatu di antara Luna dan Ezra.
"Wah, lihat! Kak Ezra dan Luna!"
"Pasti ada sesuatu di antara mereka!"
"Mereka terlihat sangat serasi. Aku jadi iri … "
"Satunya cantik dan yang satunya tampan!"
Terdengar seruan-seruan rasa kagum sekaligus iri para penonton yang menyaksikan kemesraan keduanya di atas panggung, hal ini juga dapat didengar oleh Rangga yang berada di belakang panggung dan membuat dirinya kesal.
Kau sangat licik, Ezra! batinnya saat mengetahui pemuda itu maju selangkah darinya mendekati Luna hingga membuat semua orang di sana berpikir jika mereka memiliki hubungan spesial.
Dirinya juga merasa jika permainan suling Ezra, tidak sehebat penampilan menyanyi dan menarinya tadi, tapi reaksi penonton jauh lebih heboh dibandingkan saat dirinya tampil.
Disisi lain, dibandingkan dengan rasa iri dan ketidakpuasan Rangga, Fero merasa akan ada sesuatu yang tidak enak yang sebentar lagi tiba saat melihat direkturnya duduk diam memandang dengan kesal ke arah panggung.
Dia jarang melihat direkturnya bersikap seperti ini, wajahnya seperti penuh amarah saat melihat kedua sejoli yang tengah bermain gitar dan seruling di depan mereka.
Nampaknya terakhir kali Galang terlihat seperti ini adalah saat pria itu mendapatkan pesan dari seseorang saat rapat perusahaan kemarin. Setelahnya, dia memergoki Galang yang mencium paksa Luna hingga membuat gadis itu nekat melompat dari mobil yang sedang melaju kencang.
Pria itu yakin dengan firasatnya kali ini. Ada sesuatu yang aneh di antara direktur dan keponakannya. Dia merasa jika Galang cemburu saat Luna berdekatan dengan pria lain. Hal ini sangat aneh, sebab sebelumnya Galang tidak pernah bersikap seperti itu.
Fero kembali menoleh ke arah panggung dan menghela napas, dirinya merasa kasihan dengan dua orang di sana karena mereka tidak menyadari bahaya yang akan menimpa mereka nanti.
Dan dia terkejut saat keduanya tersenyum saling memandang satu sama lain dan mendapati direkturnya menyipitkan mata ke arah mereka!
Tidak lama kemudian, penampilan mereka telah selesai. Kemudian, dua orang itu pergi meninggalkan panggung bersama.
Fero menoleh kembali ke Galang dan melotot saat memikirkan nasib keduanya!
Semoga mereka baik-baik saja! batinnya.
Di belakang panggung, Luna melepas semua aksesoris, terutama anting mutiara yang dikenakannya dan menyerahkan ke Ezra. "Terima kasih, Kak Ezra. Permainan serulingmu tadi juga sangat bagus!"
Setelah meletakkan gitar klasik di sebelahnya, Ezra berbalik, tersenyum ke arahnya dan mengambil aksesoris itu.
Sebelum, pemuda itu dapat berbicara, Luna segera berkata, "Kak Ezra. Aku ke toilet dulu, ya" kemudian, segera pergi dari sana.
Namun, sebelum gadis itu sampai ke toilet, sebuah sosok tiba-tiba muncul dari kegelapan, menutupi mulutnya dengan satu tangan, dan menariknya ke belakang dengan mencengkram kedua tangannya!
Luna terkejut dan berpikir dia sedang diculik seseorang!
Dia menoleh ke sekeliling ruangan, berharap ada seseorang di sana yang bisa menolongnya. Namun, sepi, tidak ada orang sama sekali di sini.
Luna juga ingin berteriak meminta bantuan, namun mulutnya dibekap kuat dengan tangan besar penculiknya.
Gadis itu berontak, namun orang ini mencengkramnya dengan erat dan menghimpitnya ke dinding.
Ini adalah pertama kalinya bagi Luna, merasakan ketakutan yang amat sangat.
Dia tidak ingin kehidupan keduanya ini berakhir mengenaskan! Luna yang diberikan kesempatan untuk hidup kembali tidak ingin mati mengenaskan untuk kedua kalinya! Jadi, dia berharap dalam hati Tuhan masih memberikan kesempatannya untuk hidup.
Kemudian tubuhnya diseret secara paksa ke toilet laki-laki. Sosok itu lalu mengunci pintu toilet yang membuat Luna mengerang putus asa.
Tekanan pada tubuhnya tiba-tiba mengendur saat dirinya disandarkan ke dinding toilet yang terasa dingin.
Sebelum dirinya dapat mendongak untuk melihat "penculiknya", bibirnya sudah dicium dengan paksa oleh orang itu.
Luna terkejut saat melihat orang di depannya ini. Dia mengenali sosoknya.
"P-paman … Uhm …"
Dia melepaskan ciumannya, namun tidak lama kembali dicium pria itu dengan rakus.
Sedangkan, Galang tidak melepaskan sedikit pun kesempatan untuk menghukum gadisnya, dia mengecap seluruh bibirnya dan mulutnya dengan lidahnya dan menghisap kuat yang menunjukkan rasa marahnya.
Dia tidak tahan dan menahan amarah sepanjang penampilan keduanya tadi. Saat melihat gadisnya yang tersenyum kepada pria lain, Galang sangat ingin merengkuhnya dan membawanya turun dari atas panggung! Namun, dia tahan.
Luna merasakan bibirnya digigit hingga berdarah, hanya bisa pasrah. Tubuhnya juga lemas saat pria itu menciumnya tanpa kelembutan.
Galang tidak memejamkan matanya, terus menatap Luna yang wajahnya sudah sangat pucat, namun pria itu tidak menghentikan aksinya dan terus menciumnya dengan kasar.
Dia tidak tahan saat melihat keduanya saling berpandangan di atas panggung tadi!
Galang ingin menghukum gadisnya karena sudah berani melihat pria lain selain dirinya! Dirinya juga sudah memperingati Luna untuk tidak berinteraksi dengan pria lain atau dia akan mendapatkan hukumannya! Namun, gadisnya sepertinya tidak mendengarkan dan mematuhi Galang.
Jadi, dia menghukumnya!
Dia tahu bahwa jika melakukan ini, Luna pasti akan membencinya, namun dia tidak peduli. Rasa marah yang tak tertahankan tadi dia luapkan saat ini dan Galang memeluknya dengan erat.
Galang ingin memiliki Luna, dan tidak ingin berbagi dengan siapapun! Katakan dirinya rkus, namun dia sudah tidak peduli. Dia terlalu mencintai gadisnya, Luna.
Satu tangannya dia lepas, kemudian menyentuh bagian depan gadis itu yang lembut dan meremasnya pelan.
Luna mengeluh dalam ciumannya, dan melingkarkan kedua tangannya di leher Galang. Kemudian, membalas ciuman Galang dengan sama antusiasnya.
Galang yang tersadar, memberhentikan aksinya, juga ciumannya.
Sedangkan, gadis dalam pelukannya ternegah-engah dan membenamkan wajahnya di dada Galang dan menggosok-gosokkan kepalanya dengan pelan.
Setelah beberapa saat Luna berkata dengan lemah dan sedikit manja, "Paman, aku merindukanmu."
Saat mendengarnya, menjadi tidak tahan dan gairah pria itu kembali bangkit dan langsung kembali mencium bibir Luna dengan rakus.