Chapter 36 - Kau Menyentuhnya!

Setelah Wisnu selesai berbicara, Luna menampar sebelah pipinya lagi dengan keras.

Plakk

Luna menatapnya dengan marah dan berkata, "Aku memang berani, kan?!"

Wisnu dan anak buahnya tertegun untuk waktu yang lama sebelum mereka menyadari apa yang Luna maksud.

Pria itu kemudian, berkata, "Apa kau berani memukulku, jalang?!"

Wisnu tidak percaya jika gadis itu memang berani menamparnya, bahkan sudah dua kali dia kena tamparan darinya.

Dia menjadi sangat marah. "Dasar jalang! Kau cari mati, ya!" Setelah berbicara, dia mengulurkan kedua tangannya yang akan mencengkram Luna. Sebelum dapat melakukannya, Luna dengan cepat meraih kedua pergelangan tangannya, memutar keduanya ke belakang tubuh Wisnu dan mencengkramnya dengan kuat.

Saat anak buahnya melihat itu dan mendengar teriakan kesakitan Wisnu, mereka bergegas mendekat, kemudian bergegas mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke arah Luna.

Sebelumnya, bos mereka juga pernah bertemu dengan orang-orang yang merepotkan seperti ini, tetapi mereka mampu melawan. Namun, saat melihat kemampuan gadis itu, mereka dapat melihat jika gadis itu memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya.

Wisnu berlutut di samping sofa dengan kepalanya ditekan dengan kuat di permukaan meja. Saat melihat semua anak buahnya menodongkan pistolnya, pria itu menyeringai dan mengancam Luna, "Lepaskanlah aku! Lagi, pula kau sudah tidak dapat melakukan apa-apa. Jika kau melupakanku sekarang, aku akan berpikir kembali untuk memaafkanmu atau melepaskanmu. Kalau tidak …"

Saat Wisnu tidak mendengarkan jawaban, dia merasa yakin jika gadis itu sedang ketakutan sekarang.

Namun, sebenarnya malah Luna merasa jijik pada pria yang berada di bawahnya ini. Dia berdecak sebal, menyeringai, kemudian berkata, "Kau berani menggunakan senjata?"

Setelah selesai berbicara seperti itu, Luna melirik salah satu anak buah Wisnu yang tidak jauh darinya, kemudian dia melepaskan pegangan pada Wisnu, dan dengan cepat berjalan ke arahnya.

Saat sudah dekat, Luna dengan cepat meraih tangannya, kemudian memutarnya dan langsung merebut pistol dari tangannya dan menodongkan pistol itu ke kepala Wisnu.

Orang-orang yang ada di sana hanya diam melongo saat melihat gerakan cepat Luna dan melihat bos mereka yang ketakutan saat sebuah pistol ditodongkan ke kepalanya.

"Jalang sialan!" teriak Wisnu sambil berlutut ketakutan.

Anak buahnya langsung menodongkan pistol mereka ke arah Luna.

Sedangkan, Anya memandang dengan tidak percaya ke arah Luna saat melihat kemampuan dan kegesitan Luna tadi. Gadis itu dapat merebut pistol itu dengan cepat dari tangan anak buah Wisnu! Bagaimana bisa?! batinnya bertanya-tanya.

Luna menginjakkan salah satu kakinya di meja, menempelkan pistol ke dahi Wisnu, dan berkata pada anak buah Wisnu, "Letakkan pistolnya! Atau aku akan menembak kepala bos kalian!"

"L-letakan pistolnya!" teriak Wisnu ketakutan.

Namun, anak buahnya tidak mendengarkan dan menolak untuk meletakkan senjata mereka.

Melihat ini, kesabaran Luna sudah habis, dan berkata dengan kaku kepada Wisnu, "Katakan mereka untuk melepaskan pistolnya dan biarkan aku pergi, jika tidak ingin aku melubangi kepalamu dengan pistol ini!"

Wisnu gemetar ketakutan.

Dia yang awalnya tidak membiarkan Luna pergi, menjadi takut sekarang.

Dirinya juga tidak percaya bahwa gadis kecil ini akan benar-benar menembak!

Namun, dia kembali panik, saat mendengar suara pelatuk yang ditarik di atas kepalanya.

"J-jangan, jangan… Jangan tembak!" Wisnu langsung terkejut dengan berkeringat dingin, dan dia tidak menyangka jika Luna akan benar-benar berani!

Saat melihat Luna yang sepertinya tidak main-main padanya, Wisnu segera memerintah anak buahnya untuk segera menurunkan pistolnya.

"Cepat turunkan pistol kalian!" perintahnya.

Kali ini, anak buahnya menurutinya dan menurunkan tangan mereka.

Luna kemudian berkata, "Buang pistol itu!"

Semuanya memandang Wisnu dengan ragu-ragu.

Bos mereka langsung berkata, "Dengarkan dia! Buang pistol kalian!"

Kemudian, mereka mengikuti perintahnya dan membuang pistolnya.

Setelah itu, Luna mengangkat tubuh Wisnu dan menekan tubuhnya ke pintu, sambil tetap menodongkan pistolnya dengan satu tangan, dan membuka pintu dengan tangan lainnya.

Ketika pintu terbuka, dia menendang Wisnu kembali ke dalam ruangan dengan kakinya, melangkah keluar dari sana, dan menutup pintu dengan keras.

Saat Luna akan berlari, dia berbalik dan melihat Galang yang sedang berjalan dengan cepat ke arahnya.

Luna tampak tercengang. "Paman … ?"

Galang yang tadinya begitu panik, saat melihat Luna, dia menjadi lebih menjadi lebih tenang sekarang.

Saat sudah berada di depan gadis itu, Galang langsung memeluknya dengan erat.

Dia memelukku Luna dengan erat, seolah-olah takut akan kehilangan gadis itu.

Sedangkan, Luna dapat merasakan tubuh Galang yang sedikit gemetar, dan dia menjadi panik saat pria itu memeluknya sangat erat.

"P-paman, aku tidak bisa bernapas" ujarnya.

Tiba-tiba pintu di belakang mereka kembali terbuka.

Wisnu keluar dari dalam ruangan dengan ekspresi marah.

Tapi setelah melihat Galang yang memandangnya dengan mata menyipit, nyalinya jadi ciut kembali, "T-tuan Galang ..."

Saat akan bertanya padanya apa yang sedang Galang lakukan di sini, Wisnu melirik kearah sosok tubuh kecil yang ada di pelukan pria itu.

WIsnu seperti mengenal sosok itu saat melihatnya.

Dia lalu bergidik saat kembali memikirkan gadis tadi.

"Kau menyentuh gadisku? Hah?!" ujar Galang dengan marah dan melepaskan pelukannya.

Wisnu menelan ludahnya saat melihat Galang yang marah.

Dia sangat takut sekarang, dan jika bukan karena ada anak buahnya di belakang yang melihat mereka, Wisnu sudah pasti akan berlutut ketakutan di depan Galang.

"T-tuan Galang, apa yang Anda bicarakan? S-saya tidak akan berani menyentuh gadis Anda. Tuan Galang tahu itu, kan? Ini semua kesalahpahaman. Anda hanya salah paham!" ujar Wisnu ketakutan, kemudian menyuruh salah satu anak buahnya untuk membawa Anya ke hadapan Galang.

Saat Anya sudah berada di hadapan mereka, Wisnu kembali berkata, "Orang bodoh inilah yang menipu gadis Anda untuk memuaskanku. Jika saya tahu dia adalah milik Anda, saya tidak akan berani menyentuhnya!" Lalu Anya dipukuli dengan keras oleh Wisnu.

Anya mengerang kesakitan, berusaha menghindari tatapan Galang, tetapi masih merasakan tatapan pria itu padanya.

Sedangkan, Luna langsung menutupi matanya dengan salah satu tangannya dan berkata, "Jangan lihat!"

Anya masih telanjang! batin Luna.

Galang yang tadinya sangat marah, menjadi senang dengan tingkah Luna.

Dia kemudian memegang tangan kecilnya, menariknya dari wajahnya dan menggenggamnya dengan erat, kemudian tersenyum dan berkata, "Apa kau cemburu?" Luna mengangkat bahu dan mendengus, yang membuat Galang tertawa.

Sedangkan, Wisnu berhenti memukuli Anya, memandang ke arah keduanya dengan bingung.

Dia dan anak buahnya bingung saat melihat interaksi antara Galang dan Luna di depan mereka.

Mereka yang selama ini berpikir jika Galang yang kejam itu, bisa dekat dengan seorang gadis seperti ini.

Tidak beberapa kemudian, terlihat Ado, Edgar, dan Kevin berjalan ke arah mereka.

Wisnu menghela nafasnya dan wajahnya menjadi pucat saat mengetahui empat orang paling berpengaruh di Jakarta ada di sini bersama.

Aldo yang sudah berdiri di sisi Galang, bersiul dan tertawa saat melihat Galang dan Luna.

"Wah, ada keponakan kecil rupanya di sini! Apa yang kau lakukan di sini, Luna?" tanyanya pada Luna.

Luna mendongak ketika dia mendengar kata-kata itu, namun Galang kembali memeluknya dan membenamkan wajahnya ke dadanya.

Kemudian, Galang kembali menatap Wisnu dan berkata, "Tangan mana yang menyentuhnya?"

Wisnu terkejut dan langsung berlutut di depan Galang.

"T-tuan Galang, Maafkan saya. Saya tidak menyentuhnya sama sekali! Malah sayang yang ditampar dua kali!" Lalu Wisnu menunjukkan kedua pipinya yang terlihat lebam, dan melanjutkan, "Lihat, masih ada bekas tamparan!"

"Kau berani berbohong padaku?" ujar Galang padanya.

Semua orang yang di sana hanya terdiam.