Chereads / Revenge Of The Black Hare / Chapter 22 - Unforgettable

Chapter 22 - Unforgettable

"Baiklah kalau begitu, ayo ikut aku membuka jam praktik!" ajak Kimberly. Lalu ia pun membawa Choco ke ruang prakteknya setelah ia menggantungkan kata 'Open Vet' di pintu depan.

Ruangan satu-satunya bercat putih di rumahnya itu masih tertata dengan rapi. Belum ada tanda-tanda kalau ruangan itu pernah digunakan sebelumnya. Semua kandang di sana masih kosong dan terlihat sedikit berdebu. Tapi bisa mengkilap lagi setelah dibersihkan. Bahkan kandang itu juga terlihat masih baru.

"Aku baru 3 bulan di komplek yang baru dibangun ini. Sedangkan ruang praktik ini baru aku dapatkan seminggu yang lalu sebelum berekspedisi, setelah aku mendapat izin buka praktik dari DepKes," jelasnya tiba-tiba. Seakan ia tahu apa yang sedang dipikirkan Thomas. "Baru sedikit warga yang menempati rumah-rumah di sini. Jadi wajar saja kalau sepinya minta ampun," tambahnya.

Seharian ini Kimberly berbicara sendiri, jika orang lain melihatnya. Tapi tidak baginya, yang menganggap kalau Choco itu bisa mendengar obrolan-obrolannya. Menganggapnya sebagai manusia bisu. Kelakuannya memang bisa terlihat seperti manusia. Makan makanan manusia, tenang saat dibersihkan sebersih-bersihnya dan tiba-tiba saja keluar dari toilet tanpa sepengetahuannya. Bahkan kalau dilarang untuk tidak menyentuh peralatan prakteknya pun, hewan lucu itu menurutinya seperti anjing yang sudah dilatih.

Tapi semua yang dibicarakan Kimberly, tidak menjawab semua pertanyaan yang berkelebat di pikirannya selama ini. Ia selalu membicarakan hal-hal yang tidak penting. Seperti masa saat ia bertemu dengan Sam sampai mereka bisa bertunangan. Ia tidak terlalu memikirkannya. Tapi setidaknya, Thomas sudah senang bisa merasakan kembali suasana hangat bersama adiknya. Walau masih ada perasaan khawatir perihal pertemuannya dengan Chip nanti.

•••

Kemarin, hari pertama ia buka, memang tidak ada sama sekali pasien yang datang. Tapi akhirnya, hari ini ada juga yang berkunjung, walaupun baru seorang di saat jam-jam tutup.

"Peliharaanmu?" kata gadis yang kira-kira seumuran dengannya setelah menerima beberapa obat dan saran dari dokter. Ia penasaran dengan sosok kelinci yang sedari tadi memperhatikannya di ruang tunggu.

"Iya, saya mengadopsinya," jawab Kimberly.

"Hmm..." Ia mengangguk pelan. "Baru buka praktik? Belum ada karyawan?"

"Ya, baru hari ini saya buka dan kucing persia anda pasien pertama saya," jawabnya senang. "Kalau karyawan, nanti saya coba cari."

"Baiklah, terima kasih."

"Sama-sama. Kalau matanya mulai meradang, tinggal teteskan obat mata itu saja ya," sarannya kembali.

"Iya dok. Saya permisi dulu." Lalu mereka pun pergi dengan mobilnya. Kimberly bernapas lega sambil melihat uang yang dihasilkannya. Ia cukup bangga dengan penghasilannya hari ini.

Dan pasien kucing tadi adalah pasien terakhir untuk hari ini. Pasalnya ia datang di saat Kimberly akan menutup jam praktiknya dengan perasaan kecewa. Walau hanya seorang, ia tetap senang karena akhirnya ia bisa menghasilkan uang di rumahnya sendiri. Setelah merapihkan ruang kerjanya dan bersih-bersih, Kimberly pun langsung lompat ke ranjang tidurnya. Hanya dalam hitungan menit, ia sudah terlelap dan menyatu dengan dunia mimpinya. Padahal waktu baru saja menunjukkan pukul 9 malam.

Terlihat sebuah rantai hitam masuk dan tertelan ke dalam kaki "Kasihan sekali adikmu ini." Lizzie mengungkapkan rasa empatinya. Thomas tahu ungkapan itu tidak tulus sepenuhnya.

"Dia tidak perlu empatimu," timpal Thomas.

"Thomas."

"Apa?"

Lizzie terdiam, pandangannya lurus ke depan ke arah jendela luar. Ia merasakan suatu kehadiran "Aku pergi dulu," tiba-tiba saja Lizzie berlari menembus ke jendela itu dan melompat tanpa menunggu respon dari Thomas.

Thomas hanya menghela napas dan ia tidak ingin tahu apalagi mencampuri urusan Lizzie. Ia pun memilih untuk mengambil kursi kecil dan duduk di sebelah ranjang tidur. Thomas bisa saja membangunkan Kimberly saat ini, mengingat Lizzie sedang tidak ada di sebelahnya, tapi ia tidak mau mengejutkannya dan membuat adiknya menjadi gila mendadak saat bertemu dengannya yang seharusnya sudah tidak ada di dunia. Ia harus menunggu waktu yang tepat dan menurutnya kedatangan Chip lah waktu yang tepat itu. Karena Chip bisa menjelaskan semuanya mengingat ia cukup ahli di bidang supranatural dan sejenisnya itu.

"Aku sudah kehabisan ide kalau Chip ada di sekitarmu lagi."

Suara gadis yang tiba-tiba muncul di belakangnya membuat Thomas berjingkat kaget dan reflek melihat ke belakangnya. "Alice?"

•••

Lizzie hampir saja terhantam besi panas dari serangan makhluk di depannya saat mendengar kata 'Alice' untuk kedua kalinya di pikiran Thomas. Hanya ujung rambutnya yang sedikit terbakar, namun tidak apa-apa dan bisa dipadamkan.

"Kalau ia membicarakan Alice in Wonderland untuk kedua kalinya, aku anggap itu sudah tidak wajar," gerutu Lizzie sambil melayangkan beberapa kantung sampah ke arah dua makhluk yang mengejarnya di belakang. Beberapa kantung sampah itu terbakar seketika setelah menyentuh besi panas yang terlihat tak pernah padam itu. Lizzie susah payah membagi dua pikirannya antara khawatir dengan apa yang terjadi pada Thomas dan mengelak dari kejaran arwah yang penuh dendam kepadanya.

Lizzie tidak menyangka kalau keberadaannya bisa ditemukan secepat ini. Bahkan ia juga sering bergandengan dengan Thomas supaya menghilangkan jejaknya. Tapi, kenapa masih ada yang bisa mengendus keberadaannya? Seperti arwah dengan kepala tengklek sampai terlihat tulang lehernya yang menyembul keluar dan kedua tangan yang sudah terlihat tak wajar, Lizzie masih mengenali arwah pesepeda yang mati karena ditabrak truk itu. Begitu juga arwah nenek tua pemegang besi panas yang mati karena tertancap tumpukan besi panas di perutnya dengan kasus yang sama yaitu, ketakutan saat melihat penampakan sosok Lizzie di pemukiman Opsy.

Tiba-tiba ada sebuah cahaya dan klakson yang terdengar semakin keras tepat di sebelah Lizzie saat ia hendak melewati sebuah jalan raya. Seorang supir bus langsung membanting stir ke arah kanannya karena melihat sosok Lizzie yang muncul secara mendadak. Akibatnya, bus yang ternyata mengangkut banyak penumpang itu menabrak sebuah mobil sedan yang kebetulan melaju melawan arah di sebelahnya.

DANG!!

Kecelakaan pun tak terelakkan. Kedua kendaraan menabrak pembatas kanal dan masuk ke dalam kanal kering yang dalam itu.

Lizzie selamat. Ia masih sempat menghilangkan dirinya sebelum kecelakaan terjadi. Ia turun ke kanal itu untuk melihat keadaan korban yang terjebak dalam bus sekaligus bersembunyi dari kejaran makhluk yang tertinggal cukup jauh di belakangnya.

Bau menusuk dari bensin dan bau anyir dari darah menjadi satu. Percikan api mulai terlihat dari depan bus dan teriakan minta tolong semakin menjadi-jadi. Ada seseorang yang selamat, namun ia langsung lari begitu saja. Terlalu takut untuk menolong penumpang bus ataupun mobil sedan yang terjebak karena api mulai berkobar.

"Tolong aku."

Lizzie merasa bawah gaunnya ditarik. Ia pun melihat ke bawahnya. Ada seorang wanita sedang berusaha menyeret tubuhnya dari tumpukan besi yang menimpa pinggangnya. Ia benar-benar meminta pertolongan dari Lizzie dan tidak peduli dengan wajah Lizzie yang tak wajar itu.

Lizzie berlutut di hadapan wanita itu. Ia merasa seperti dejavu. Seorang wanita dengan setengah badannya terlihat dan setengah badannya lagi tidak. Ia mencoba mengingat apa yang ia rasakan tanpa mempedulikan rintihan wanita itu. Sedikit lagi, sedikit lagi Lizzie mengingatnya.

"PERGI DARI SINI LIZZIE!!"

DUAR!!

Suara ledakan terdengar begitu keras. Kobaran api sudah mencapai tangki bensin dan meledakkan kedua kendaraan itu secara bersamaan. Dengan tatapan dinginnya, Lizzie melihat wanita itu meronta-ronta dalam panasnya api yang menjilati seluruh tubuhnya. Tak lama kemudian, ia pun berhenti bergerak dan tewas seketika. Lizzie sungguh tidak peduli dengannya. Yang ia pedulikan hanyalah rasa balas dendam yang semakin menjadi pada Nataline setelah ia menemukan kepingan ingatan tentang kematian ibunya yang sempat hilang.

Lizzie menyelinap masuk ke dalam kobaran api itu untuk bersembunyi dari kejaran dua arwah tadi yang ternyata sudah sampai di tempatnya. Lagi, ia merasakan dejavu saat melihat kejadian ini. Melihat puing-puing besi, semburan api, dan jeritan minta tolong. Tak lama kemudian, terdengar sirine dari berbagai arah.

Lalu ia mengingatnya kembali.

Di saat ia masih menuntun Thomas yang pandangannya terlihat kosong dan tidak tahu apapun seperti sedang dibawah pengaruh hipnotis. Lizzie mencoba memberi beberapa kata untuk Thomas seperti 'Balas dendam pada Nataline' karena ia yakin kalau kehadiran reinkarnasinya ini seperti anak ayam yang baru menetas dan mengikuti siapa saja yang pertama kali dilihatnya. Saat ia terus menarik Thomas ke suatu tempat, lebih tepatnya saat melewati sebuah jalan raya yang masih ramai, kejadian itu pun terjadi. Seorang supir truk besar dengan muatan kayu-kayu pinus, reflek membanting stir saat melihat sosok anak laki-laki yang muncul tiba-tiba di depannya.

Tahu bahaya sedang mengincarnya, cepat-cepat Lizzie menyentuh kening Thomas dan langsung menariknya paksa ke tempat yang lebih aman dalam wujud seekor kelinci. Lizzie terus menuntunnya menghindar dari hantaman-hantaman kendaraan juga puing-puing besi dan ban-ban yang melayang. Sampai akhirnya kecelakaan itu benar-benar berhenti, lalu disusul dengan ia mulai merasa kesadaran Thomas perlahan meningkat. Lizzie merasa haus, padahal sebagai arwah ia tidak bisa merasa haus kecuali Thomas yang menyebabkan itu semua.

Pikiran dan ingatannya yang bercampur dengan ingatan Thomas membuatnya lupa akan tujuannya semula.

Namun akhirnya ia bisa mengingatnya kembali.

Lizzie merunduk di balik bus yang telah hancur itu. Terus bersembunyi sampai akhirnya kedua arwah itu pergi dan menghilang. Saat mereka sudah benar-benar hilang, Lizzie segera kembali ke tempatnya semula. Kembali ke rumah Kimberly dan menemui Thomas yang ternyata sudah berbincang banyak dengan Alice itu.

"Alice sialan!" rutuk Lizzie.

•••

"Ka-kau sudah berpikir banyak tentangku?" Alice tergagap saat mendengar pengakuan Thomas itu.

"Iya. Memang apa salahnya jika Lizzie tahu?" jawab Thomas ketus.

"Tapi itu akan bisa merusak rencana kita!" serunya. Alice masih tidak percaya kalau Thomas akan bertindak seperti itu.

"Rencana kita sudah selesai kan?" timpal Thomas. "Kau hanya merencanakan aku untuk menjauhi Chip saja demi keselamatannya dan akhirnya berhasil. Tapi apa? Ternyata dia tetangga adikku dan kembali ke rumahnya karena keadaannya yang tidak memungkinkan untuk bertugas," jelasnya dengan nada yang naik turun. Hanya saja tidak sampai berteriak mengingat ia masih di kamar Kimberly dan takut akan membangunkannya.

Alice terdiam sesaat. Memang benar rencananya itu saja. "Tapi kau berjanji untuk merahasiakanku dan itu termasuk dari rencana."

"Kalian bersaudara. Kenapa kau begitu takut Lizzie tahu tentang keberadaanmu?" heran Thomas. "Dia cukup baik," tambahnya.

"Cukup baik?" Sebelah alisnya terangkat. Emosinya mulai memuncak. "Kau kira membunuh orang hanya untuk balas dendam itu 'cukup baik'? Membahayakan Chip dan membunuh Tessa itu 'cukup baik'?" Alice maju ke arah Thomas dan menyudutkannya.

"Lizzie yang membahayakan Chip dan membunuh Tessa?" kaget Thomas.

"Iya! Dia yang melakukan itu semua dan berbohong besar padamu!" pekik Alice. "Itu sebabnya aku membuat rencana untuk memisahkanmu dari Chip saat tahu kalian bersahabat."

Thomas melirik Kimberly yang masih tertidur pulas. Sepertinya suara Alice tidak sampai ke telinga gadis itu.

"Tapi sayangnya, aku sudah tidak percaya lagi denganmu," kata Thomas dingin. "Kau bilang Lizzie itu pendiam, namun nyatanya dia terlalu cerewet saat bersamaku. Kau bilang--"

"Kau tidak percaya denganku?" Alice sungguh tidak menyangka kalau kata-kata itu akan keluar dari mulutnya. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca. Alice yakin Thomas sudah sepenuhnya di bawah pengaruh Lizzie saat ini.

"Ja-jangan menangis" Thomas akan susah memaafkan dirinya kalau melihat perempuan nangis karena perbuatannya. "Aku--"

"Aku gemas sekali denganmu! Padahal kau sendiri yang mendengar pikiran jahat Lizzie," sela Alice sambil memainkan jari-jari tangannya seakan ia sedang meremas sesuatu. "Apa kau lupa saat kau menolong Chip dari hantaman kuda saat itu? Apa kau lupa siapa yang sebenarnya merencanakan itu? Saat itu kau berakting seakan kau tidak tahu siapa yang melakukan itu. Padahal kau tahu-siapa-itu!" bentak Alice.

Lalu Alice langsung berbalik badan dan ia menghilang dibalik dinding yang ditembusnya. Saat Thomas akan memanggilnya kembali, tiba-tiba saja ada yang memanggil namanya dari arah jendela.

"Whoa! Siapa kau?!" Thomas benar-benar kaget dengan kedatangan makhluk mengerikan bergaun gotik hitam itu.

"Ini aku, Thomas!" kata Lizzie sambil mendekat ke arah laki-laki yang masih ketakutan dengannya dan menaikkan penutup setengah wajahnya kembali.

Kimberly langsung terbangun ke duduk saat mendengar kegaduhan dan melihat kilatan aneh yang cepat sekali menghilang. Ia menyalakan lampu kamarnya dan melihat sekitarnya. Tidak ada apapun dan siapapun kecuali kelincinya yang tertidur di atas lantai dingin. Kimberly mengambil kelinci itu dan meletakkannya di kotak tidurnya.

"Jam 2 malam," gumam Kimberly sambil menguap setelah ia melihat jam dinding. Ia pun kembali mematikan lampu kamar dan kembali tidur dalam gulungan selimut tebal.