Dengan cepatnya fajar datang. Sinarnya mulai menerangi seisi hutan cemara. Kelinci itu keluar dari tempat peristirahatan sementaranya yang berupa lubang. Ia tidak akan kembali ke lubang itu lagi karena itu bukan tempat tinggalnya.
Dua kubu tenda berdiri setelah beberapa menit ia menyusuri hutan. Beberapa sampah makanan berserakan di sekitar arang kayu. Seperti habis ada yang menikmati api unggun di malam hari.
Kelinci itu sedang mencicipi remah-remah sisa makanan itu saat seseorang keluar dari tenda, membuatnya terkesiap dan melihat ke arah orang itu yang juga memandangnya. Perlahan ia dekati kelinci yang tidak kabur saat didekati. Ia segera menangkap tubuh Si Kelinci dan menunjukan ke teman-temanya yang sudah keluar dari tenda dengan baju hangat dan senapan mereka.
"Apa itu hasil buruanmu?" tanya salah seorang lelaki paruh baya berbadan tegap dan besar.
Pemuda yang memegangi kelinci itu mengangguk canggung. "Hasil jebakan," jawabnya.
Lelaki itu mengangguk. "Nikmati hasil tangkapanmu itu. Kami akan mencari sesuatu untuk kami sendiri," katanya. "Selalu waspada dengan beruang yang kelaparan," peringatnya sebelum mereka pergi meninggalkannya.
Setelah mereka hilang dari pandangan, ia menghampiri tempat jebakannya sambil memegangi telinga kelinci itu tanpa persenjataan apapun. Tanpa sadar, ia semakin menjauh dari perkemahannya karena lupa di mana ia memasang jebakan.
Tiba-tiba saja.
Ssrreett!!
Pemuda itu tergantung terbalik karena ia menginjak jebakannya sendiri. "Sial!"
Seketika Si Kelinci lepas dari genggamannya. Ia segera mengambil pisau lipat di saku celananya. Namun, tangannya tergelincir saat ingin memotong tali itu dan membuat pisaunya terjatuh di hadapan kelinci yang masih memandangi pemuda itu.
"Kelinci manis, tolong dorong pisau itu," pintanya dengan nada menggoda sambil menunjuk-nunjuk pisaunya. Kelinci itu tidak bergerak sedikitpun. "Akh bodohnya aku menyuruh hewan liar mendorong pisauku," rutuk pemuda itu.
Tiba-tiba pemuda itu mendengar suara gesekan antar semak-semak dari arah belakangnya. Pemuda itu berusaha untuk berbalik arah tapi tidak bisa. Lalu terdengar suara daun-daun kering yang hancur karena langkah kaki. Langkahan itu terdengar tidak wajar bagi manusia. Kemudian tidak terdengar lagi suara langkah tersebut.
Tapi...
Terdengar suara napas yang berat dan lambat di belakang pemuda itu. Juga suara geraman rendah yang terdengar haus akan darah yang membuat suasana kian mencekam.
Pemuda itu merasa sangat cemas dan jantungnya berdegup cepat. Ia menoleh sedikit ke belakang. Sesuatu berbulu coklat dan terlihat besar. Ia mulai keringat dingin dan kembali menghadap ke depan.
"Hey! Cepat ambilkan pisau itu!" pekiknya pada seorang laki-laki muda yang entah darimana ia berasal. "Cepatlah!" Ia tidak peduli kalau anak itu terlihat lebih pucat dari dirinya.
Tidak ada respon dari anak itu. Benar-benar diam dengan tatapan dinginnya.
Tiba-tiba muncul sesosok gadis tersenyum menyeramkan di balik anak itu. Senyuman yang sangat lebar sampai benang-benang jahitan yang terukir di setiap tepi bibirnya tertarik ke atas. Gadis itu menjadi sosok terakhir yang dilihat pemuda itu sebelum nyawanya melayang karena diterkam hewan buas.
Darah segar menyembur ke berbagai arah. Dengan lahapnya beruang itu menyantap hidangan bersama teriakan menggelegar dari korban yang semakin lama semakin tak lengkap tubuhnya karena dicabik oleh taring-taring tajam. Dan suara pun hilang seketika. Potongan demi potongan terlempar ke mana-mana.
Termasuk tangan korban yang saat ini di pegang anak laki-laki itu.
•••
Si Kelinci kembali melompat-lompat. Meninggalkan beruang yang sudah habis melahap santapannya. Jalan setapak yang ia lalui membawanya ke sebuah permukiman kecil lengang penduduk di dekat hutan. Dari telinga panjangnya, ia mendengar sebuah kendaraan yang melaju kencang menuju perempatan.
Orang yang mengendarai sepeda dengan menggunakan headphone juga menuju perempatan. Ia sempat berhenti karena lampu merah. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang samar-samar terdengar oleh pengendara di sebelahnya. Matanya mengarah ke lampu yang tak kunjung berubah, lalu menoleh ke kiri dulu untuk melihat apakah ada mobil atau kendaraan lain yang hendak lewat. Namun kepalanya terus terpaku ke kiri, ke tempat di mana seharusnya Si Kelinci sedang memperhatikannya.
Tapi tidak lagi.
Pengendara itu bergetar mendapati sosok gadis menyeramkan mulai mendekat ke arahnya dengan merangkak cepat. Gadis yang sama, gadis berambut panjang kusut yang mempunyai jahitan di sekitar mulutnya dengan wajah yang begitu pucat dan hampir kebiruan. Juga mata besar yang melotot dan terlihat ingin menyembul keluar membuat siapapun merasa terancam saat melihatnya.
Si Pengendara segera mengayuh cepat sepedanya dan tidak sadar kalau truk besar itu sudah terlalu dekat dari arah kanannya. Benar saja, truk itu langsung menghantam Si Pengendara dengan sangat keras dan membuatnya terpental jauh, bahkan sampai terlindas. Sedangkan pengemudi truk berlalu begitu saja, bermaksud kabur. Warga sekitar berteriak ketakutan. Beberapa dari mereka segera mengerubungi tubuh remuk tak bernyawa itu: tangan dan kaki yang patah tidak pada tempatnya juga leher yang terlihat hampir terpisah. Mereka segera memanggil bantuan medis.
Kelinci itu bagaikan pencabut nyawa. Setiap ia melewati tiap sudut pemukiman kecil itu, ada saja yang mati tragis. Saat ini sudah memakan 4 korban hanya dalam satu hari. Dan korbannya selalu melihat anak laki-laki dan perempuan yang berpakaian serba hitam. Juga perempuan berwajah menyeramkan itu yang membuat korban meninggal. Sedangkan yang laki-laki hanya menyaksikan.
"Kelinci hitam yang terkutuk." Itu yang dibilang oleh salah seorang saksi yang melihat aksinya. Yang menyadari kalau setiap ada yang mati tragis, kelinci itu selalu ada di sampingnya. Namun orang itu malah dianggap pembual oleh orang sekitarnya.