Kelly sudah sangat kelelahan. Dia terpaksa menghemat energi untuk tidak bersuara karena harus tetap waspada terhadap sekitarnya. Meski memiliki pengawal profesional, itu belum menjadi jaminan bagi Kelly. Dia selalu diajarkan untuk terus waspada.
"Siapa kau?!"
Meski sudah waspada, dia merasa kecolongan karena dibawa ke area yang jauh dari tujuannya. Tiba-tiba, seseorang dengan mudah masuk ke dalam mobil, dan pengawalnya membiarkannya. Kelly tidak mau berpikir panjang, dia bertindak untuk menghemat energinya. Dengan tenaganya yang tersisa, dia masih mampu menendang seseorang menjauh, mendorong pengawalnya, dan membawa mobilnya ke kediaman Reccon.
Seorang pria dengan jaket hoodie hitam, topi hitam, dan masker wajah hitam yang menutup hampir seluruh wajahnya sangat sulit dikenali. Meski Kelly memiliki kelebihan untuk bisa melihat lebih dalam, dia terlalu lelah untuk melakukannya. Dia hanya mampu bertahan secara fisik.
"Ini aku."
Suara itu seketika menghilangkan semua beban Kelly. Tubuhnya otomatis terasa lebih ringan. Kakinya tidak lagi siap menendang, tapi digunakan untuk mendorong tubuhnya agar bisa memeluk sosok tersebut.
Seakan sudah tahu akan disambut seperti itu, orang itu bersiap. Setelah duduk, dia membuka masker wajahnya dan lengannya agar Kelly bisa memeluknya dan membenamkan wajah di dadanya. Dia mengaktifkan pembatas antara kursi pengemudi depan dan kursi penumpang di belakang agar mereka tidak terlihat atau terdengar. Dia kemudian membalas pelukan tersebut lebih erat dan mencium kepala Kelly.
"Kau kurang waspada," katanya.
Kelly mendongak, wajahnya kemerahan. "Akibat keras kepala tinggal lebih lama tapi malah kabur sendirian malam-malam..."
Kelly tetap pada posisinya, tapi dengan mata berbinar-binar dan alis ditautkan. "Kau tak bisa merayuku jika aku tahu tubuhmu tidak baik-baik saja. Kau tahu itu. Kemarilah, kau tidak bisa bernapas lebih baik jika seperti itu."
Kaleo memutar tubuh Kelly agar bisa bersandar padanya, dengan kepala Kelly menyandar di bawah bahu kanannya. Tangan kanannya menyusuri tangan Kelly dan menggenggam erat pergelangan tangan Kelly. Tangan lainnya saling berpegangan.
"Apa yang kau lakukan di toko manisan itu?" tanya Kelly akhirnya.
"Aku tidak ke toko manisan itu, tapi ke toko makanan penutup di sampingnya. Katanya, tempat itu menjual pencuci mulut terenak di daerah sini."
"Aku tidak melihatmu membeli apapun."
"Ya, aku batal membeli. Para gadis di sana mengiraku sebagai salah satu idola Korea mereka dan itu menggangguku. Aku tidak sempat mencicipi makanan itu dan akhirnya memutuskan untuk pergi."
"Dengan penampilanmu seperti itu tadi, kau terlihat lebih misterius."
"Aku tak bisa terlihat di publik."
"Kurasa maksudnya adalah menjadi pusat perhatian publik."
Lucu saja Kaleo bisa menyalahkan artinya. "Kurasa dua-duanya."
"Tapi kau membuat para gadis menggila kepadamu, bukan? Kuyakin mereka sedang mencari-carimu. Sangat buruk jika ada yang langsung mengaktifkan fitur kamera atau membuka media sosial untuk merekam secara langsung."
"Mereka tidak melihat wajahku..."
"Ya, setidaknya untuk saat ini. Kau beruntung karena kau tidak berada di dunia luar di mana kau harus menghadapi masalah sepele seperti ini." Kelly terdengar lebih lelah.
"Bagaimana denganmu? Masih menjadi gadis kampus yang populer?" tanya Kaleo sedikit menggoda.
"Mereka sekarang membicarakan pakaianku."
Kaleo melihatnya dari atas kepala Kelly. Melihat semuanya satu per satu dan setiap detail yang ada di tubuh adik kecilnya.
"Aku bertaruh kau sengaja melakukannya untuk mengalihkan sesuatu. Kau terlihat berbeda."
"Aku terlihat seperti apa, Kak?" tanya Kelly sambil bangkit. Dia melepaskan tangan kakaknya dan berputar untuk melihat wajah kakaknya.
"Berani, kuat, dan seksi."
"Apa kau suka?"
"Aku percaya kau selalu bagus dalam mengatur penampilanmu, apapun itu."
Kelly tak suka mendengarnya. Dia kembali berputar dan bersandar pada kakaknya. Kaleo kembali menggenggam tangannya.
"Perlukah menggenggam tanganku terus?"
"Ya, aku sedang memantau tubuhmu."
Kelly melihat tangan kakaknya yang lebih besar, kasar, dan kuat. Kulit Kaleo putih karena jarang keluar ke lapangan. Dia menghabiskan hidupnya di laboratorium melakukan banyak eksperimen yang tidak pernah Kelly mengerti. Meskipun begitu, Kaleo berperan besar dengan kemampuannya di tempat terisolasi ini.
Kaleo adalah seorang dokter tanpa gelar resmi. Dia keluar dari sistem pendidikan karena berbeda. Dia belajar mandiri dan otodidak dari beberapa orang yang ditugaskan menjaganya, dan akhirnya berkontribusi dalam eksperimen medis.
"Kau bisa melihat dataku untuk memantau tubuhku."
Kelly dapat mendengar Kaleo menghela nafas kesal.
"Berapa kali kukatakan padamu, Kelly?" balas Kaleo menahan kekesalannya. Dia sering menjawab pertanyaan ini setiap kali berkunjung ke rumah.
"Entahlah."
"Kalau begitu, kau tahu sendiri jawabannya."
Kelly menurunkan tubuhnya hingga kepala bersandar di paha kakaknya. Di sana, dia bisa melihat wajah kakaknya dari bawah.
"Aku merasa berdebar-debar. Apa kau tahu maksudnya?"
Kaleo menunduk menatap Kelly. Detak jantung Kelly semakin cepat saat mata mereka bertemu.
"Ya..." jawabnya lalu bertanya, "apa yang kau sembunyikan dariku?"
"Apa kau bisa menebaknya dari detak jantungku?"
"Jika aku bisa mendengar suaramu di dalam hati, aku takkan bertanya tentang itu. Dan kau seperti sengaja ingin memberitahu bahwa 'kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku'."
"Ya, begitu deh." Kelly tersenyum palsu. "Bagaimana caranya aku bisa meminta mama mengganti pengawalku?"
"Buat apa?"
"Sepertinya, kelompok Billy sedang tidak baik-baik saja."
"Sepertinya? Kelly, kau harus melaporkannya dengan jelas."
"Aku mencoba dan aku tidak ingin membuat mama khawatir karena kejadian ini."
Kaleo tidak berkata apa-apa. Dia menunggu Kelly menjelaskan lebih jauh. Akhirnya, Kelly mulai bercerita panjang tentang apa yang terjadi hari ini, khususnya tentang Billy.
"Narkoba."
"Apa?"
"Jika gejala membuat orang menjadi gila, mungkin tidak. Tapi aku melihat beberapa reaksi syaraf pusat dan pengantar yang liar. Kau tahu akibatnya jika kecanduan obat-obatan. Sel-sel tubuhmu meraung-raung, dan sistem syarafmu tidak terkontrol. Gejalanya hampir sama jika kulihat dari data kesehatannya."
Kelly bangkit duduk. "Kau melihat apa?"
"Semua data kesehatannya. Semuanya terekam baik."
"Bukan itu maksudku, Kak Leo." Butuh waktu beberapa detik untuk Kelly melanjutkan. "Kau hanya memiliki akses untuk laporan kesehatan bulanan, itu pun hanya bentuk laporan sederhana tanpa data. Apa mama baru saja memberimu akses?"
Kelly menjadi gelisah. Mamanya akan segera tahu permasalahan ini sebelum Kelly bisa meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jika belum teratasi, masalah ini akan langsung diketahui oleh papanya dan itu akan menjadi mimpi buruk.
"Kau benar-benar tidak ingin mom tahu, ya," kata Kaleo. Dia seperti bisa membaca pikiran Kelly. "Aku tidak tahu kenapa kau ingin menyembunyikan ini darinya atau dari laki-laki itu, tapi jangan sembunyikan dariku juga."
"Oh, kumohon, Kak Leo. Aku janji akan menceritakan semuanya padamu, tidak sekarang tapi segera. Jangan buat mama tahu tentang ini dulu."
Kelly memohon.
"Kau benar-benar berjanji?"
"Ya!"
"Baiklah... tapi ada satu syarat lagi."
"Apa itu?" Kelly langsung bertanya tanpa berpikir panjang, membuat Kaleo terkejut.
"Aku harus membawa Billy ke Alaska. Kau bisa hidup dengan pengawalmu sekarang tapi tidak dengan dia."
"Tapi mengapa? Dan bagaimana dengan sandiwaranya?"
"Kau akan tahu setelah memberitahuku apa yang kau sembunyikan."
"Kak Leo, kenapa kau jadi perhitungan denganku?"
"Jika itu membuatmu bicara lebih cepat, kenapa tidak?"
Kelly terlihat kesal merasa dipermainkan dan kurang dipercaya oleh kakaknya. Padahal dia hanya meminta hal kecil dan pasti tidak akan berbohong tentang janjinya.