"Hei... apakah kau melihatnya?"
"Maksudmu si dia?"
Kedua gadis yang baru saja meninjakan kaki mereka di area tempat parkir mahasiswa JFTU melihat Kelly yang sedang duduk di koridor pertemuan antara area parkir dan ruang depan utama Gedung 1. Mereka berdua berjalan bersama menyusuri lorong tersebut sambil berbisik-bisik.
"Apa yang dilakukan di sana?"
Mereka melihat Kelly duduk di sebuah kursi sambil menyilangkan kakinya.
"Kalau bukan itu apa?"
"Apa?"
"Kau tak tahu kabar pagi ini? Dia terpilih menjadi fashion of the week kampus minggu ini."
"Ah... yang itu. Apa karena pakaian yang dia pakai sekarang."
"Kurasa iya. Tapi memang tidak buruk."
"Itu berarti bukanlah terbaik. Gaya seperti itu mana mungkin bisa menjadi fashion of the week kampus."
Mereka akhirnya melewati Kelly. Mereka langsung mengunci mulut mereka sambil melirik Kelly yang hanya diam memandang kosong ke depan.
"Dasar pamer!" Seru salah satu dari mereka. Tidak dipungkiri bahwa mereka sekarang mengakui apa yang telah dinilai kepada Kelly. Diam-diam, mereka juga terpukau dengan penampilan tersebut saat dilihat lebih dekat. Tapi mereka tidak sangat menyukainya.
Tiba-tiba saja, mereka mendengar kegaduhan dari arah Kelly. Mereka memang sudah mengambil langkah yang lumayan jauh, namun suara itu lumayan keras sehingga menarik perhatian mereka. Asal suara tidak dapat mereka temukan karena memang tidak ada apa-apa kecuali Kelly yang masih saja terdiam memandang kosong ke depan. Dengan acuh tak acuh, mereka langsung meninggalkan koridor tersebut dan berbisik-bisik lagi untuk merumpi.
Baru setelah kedua gadis itu menghilang, Kelly baru bisa bernafas dengan lega. Mungkin sedikit lebih lega.
"Ya, berkat kalian datang, kita terselamatkan." Kata Kelly akhirnya kepada Angga dan Demian.
Mereka berdua adalah pengawal Kelly, bawahan Billy langsung. Mereka terpaksa harus bergerak ke lapangan untuk mewakili Billy yang tidak wajar. Selain itu, masing-masing dari mereka memegangi tubuh gadis yang dibuat Kelly tidak sadarkan diri tadi.
Kelly merasa sedikit cemas.
"Kalian bawa ke rumah sakit kampus. Sebisa mungkin untuk menghindari orang-orang dan pertanyaan rumit. Aku masih tak yakin harus bagaimana untuk menangani mereka." Kata Kelly akhirnya di sela nafasnya yang terasa berat. Dia sudah sangat kelelahan.
"Tak apa, Kelly. Kami tahu apa yang harus kami lakukan."
Kelly tidak ingin berpikir lebih jauh tentang apa yang akan mereka lakukan. Entah sewajarnya atau tidak, dia sudah tidak mampu untuk menangani masalah itu lebih jauh lagi. Dia hanya mengangguk memberikan persetujuan sekaligus menyuruh mereka untuk segera pergi menjalankan pekerjaan baru mereka.
Kemudian, Kelly menatap ke bawah kakinya di mana dia melihat Billy mengkurap di pijakan kakinya.
"Apa yang terjadi denganmu?!" Tanya Kelly dengan tegas kepada Billy.
"..." Dia tidak menjawab namun meraung-raung. Badannya yang besar menggeliat-geliat seperti cacing yang tidak bisa bergerak maju ataupun mundur karena Kelly menahan tubuhnya dengan kakinya.
"Apakah aku perlu memperlakukanmu seperti hewan seperti ini?"
Sangat tidak beres! Kelly harusnya memanggil unit RPG khusus untuk membawa Billy kembali untuk diperiksa. Harusnya begitu, namun Kelly berakhir memanggil pengawalnya yang lain.
"Ada yang bisa jelaskan?"
"Apakah harus di tempat ini juga, Kelly? Sebaikanya kita ke tempat yang lebih tertutup dari ini."
"Kurahap begitu." Kelly tak suka mendengar itu. Dia kemudian membuat panggilan khusus.
"Ada apa, Kelly?"
"Jack, aku ingin unit RPG baru untuk menjagaku. Tarik Billy dan semua bawahannya sekarang juga dan suruh mereka untuk kembali. Berikan laporan selengkap-lengkapnya tentang apa yang telah terjadi selama aku pergi."
"Er..." Jack tidak langsung merespon begitu saja, "mengapa kau malah meneleponku? Bukannya bagus jika kau langsung menghubungi tuan?"
"Di mana dia sekarang?"
"Aku tidak tahu."
Seluruh orang di dunia ini sedang tidak tahu di mana keberadaannya sekarang.
"Jadi tolong lakukan pekerjaanmu."
"Itu bukan tugasku mengatur tentara lapangan, Kelly. Mengapa kau tidak menghubungi komando mereka sekarang. Biar aku cek dulu..."
Kelly terdiam. Jika dia tidak tahu siapa komandonya sekarang, dia pasti langsung menghubunginya. Tapi, dia sudah tahu siapa itu sehingga dia menghubungi Jack daripada orang itu.
"Oh! Dia kakakmu. Bukannya bagus..."
"Tidak bagus, Jack. Tidak bagus." Jawab Kelly berat dan dalam.
"Kalau begitu..." Jack tidak ada pilihan lain, "aku akan mengirim-ah, tidak! Itu bukan ide yang bagus juga. Kelly, posisimu sangat berbahaya sekarang. Maafkan aku..."
Tiba-tiba suara Jack memudar. Suaranya tergantikan dengan mudah dengan suara yang lebih jelas, tegas, dan menyebalkan.
"Pengalihan kekuasaan? Bukannya itu kriminal?" tanyanya menggoda.
"..." Kelly tidak menjawab apa-apa.
Dia segera mengaktifkan fitur mute untuk panggilan tersebut dan segera memerintahkan bawahannya untuk bergerak.
"Bawa Billy ke mobil sekarang! Kita pergi ke Singapura sekarang!"
"Kau tahu kalau ini bukan urusanmu, Kak Kevin." Kata Kelly kemudian setelah mematikan fitur mute-nya. Dia berjalan menuju mobil para pengawalnya.
"Aku cukup kesal mendengar itu, Kelly, seakan kau tidak menganggapku sebagai kakakmu dan aku memang tidak pantas menggantikan posisimu."
Kelly salah bicara, ternyata lumayan buruk hasilnya.
"Tidak begitu maksudku, Kak Kevin. Ini permasalahanku, dan aku ingin menyelesaikannya sendiri."
"Begitu kah?" Kevin masih terdengar kesal.
"Ya. Jangan khawatir, ya."
"Aku hanya khawatir saat kau mulai menutup diri dariku, Kelly. Memiliki masalah dengan pasukan pengawal pribadimu, lalu diam-diam menghubungi Jack dan menyembunyikan semuanya dariku-"
Tanpa harus Kelly beri tahu, Kevin pasti bisa mencari tahu sendiri lewat media apapun yang terlibat di sana. Namun, Kevin akan merasa lebih senang jika Kelly memberitahunya langsung.
"-apa kau akan menyembunyikan itu semua darinya juga?"
"Mana mungkin bisa..." Balas Kelly dengan suara yang lemas.
"Baiklah.... Kelly, pergantian unit diperlukan persetujuan dari komando RPG sekarang. Kau tak bisa asal menggantikannya dengan alasan yang kau tutupi.
"Baik, Kak. Kelly mengerti."
"Kau sudah tahu harus menghubungi siapa, bukan? Aku akan mengirim beberapa orang untuk menjagamu sampai kau meninggalkan tanah ini."
"Iya, Kak. Terima kasih."
"Hati-hati, bye."
Kevin mengakhiri panggilan mereka yang membuat Kelly langsung membisu. Dia tidak bertenaga setelah menelepon kakaknya, karena dia sudah berusaha kuat untuk menutupi apapun yang baru saja terjadi. Tidak hanya dalam pembicaraan mereka lewat telepon, tapi melewati beberapa hal yang tidak dikuasai manusia biasa. Inilah perang di antara mereka berdua lagi. Yang pertama, mereka sudah cukup bertarung di menara Reccon di Jakarta yang membuat Kelly harus menutupi bekas darah yang dari hidungnya agar tidak membuat BJ khawatir. Tapi setelah itu, mereka berdamai dengan sebuah kompetesi lagi. Meski memang berat, apalagi lawannya adalah Kevin Bryant-kakak yang sudah sangat berpengalaman di lapangan, Kelly berani menghadapinya karena terpaksa.
Kelly sadar bahwa akhir-akhir ini Kevin lebih sering meliriknya dari jauh, semakin lama dan semakin dekat. Memang, mereka bersaudara dan harus saling menjaga dan mengawasi satu sama lain, tapi Kevin tidak pernah seprotektif ini sebelumnya. Pengawasan Kevin bisa lebih berbahaya daripada kedua orang tuanya sendiri. Selain memiliki kuasa atas RPG dengan semua batasan karena bukan Reccon, Kevin memiliki orang-orangnya sendiri yang lebih berbahaya untuk Kelly karena dia tidak bisa mengontrol mereka.
"Mengapa lewat jalur ini?" tanya Kelly kepada pengawalnya yang membawa mobil.
Mereka sudah dalam perjalanan ke Jakarta Reccon Tower. Helikopter Kelly sudah dibawa ke sana dan mereka bisa pergi kapan saja mereka mau tanpa harus meminta izin menyebalkan seperti yang terjadi kemarin pagi.
"Maaf, Kelly. Aku hanya mengikuti arahan."
Kelly sudah menebak itu. Dia sudah tidak tahu lagi apa di balik itu semuanya. Dia tidak mampu berkata-kata apapun setelah itu, untuk memprotes ataupun memberikan perintah. Dia hanya diam. Berjalan cepat masuk ke dalam helikopternya, duduk manis, dan membiarkan salah satu pengawalnya untuk mengendarai helikopternya.
Ohya, Billy masih ikut dengan mereka. Salah satu pengawal tersisa yang mengurusnya sampai ikut mereka ke dalam helikopter. Tidak ada perintah apapun dari Kelly selain membawanya bersama mereka hingga ke Singapura. Keadaan Billy sekarang seperti mayat, hanya saja memiliki kehidupan yang terlelap dalam ketidaksadarannya. Selama dia tidak melakukan hal-hal memalukan yang tidak wajar, dia tidak akan menjadi masalah.
Sesampainya di Singapura, lebih tepatnya di bandara Changi, helikopter Kelly mendarat pada lahan luas pribadi yang dikhususkan untuk para eksekutif yang memiliki kepentingannya sendiri. Kelly cukup beruntung untuk mendapatkan akses itu dengan mudah, apalagi dia sedang bebas untuk menggunakan nama Reccon-nya untuk mengurusnya. Namun, dia terkejut karena semuanya sudah disiapkan untuknya, termasuk sebuah mobil khusus yang siap mengantarkannya ke manapun dia mau. Semua pengawalnya bekerja dengan sangat cepat, apalagi membopong tubuh Billy untuk masuk ke dalam mobil. Mereka meletakannya di kursi penumpang depan, agar Kelly bisa duduk sendirian di kursi penumpang belakang. Salah satu pengawal memilih untuk tinggal di bandara untuk menjaga helikopter Kelly, dan satunya membawa mereka ke kediaman Reccon di Singapura.
Jalur yang sudah diatur seharusnya membawa mereka langsung ke kediaman Reccon, namun jalur itu sudah dirancang lagi seenak perancangnya. Mereka bisa menghindari daerah perkotaan dan pembelanjaan agar lebih cepat, tapi mereka harus masuk ke dalam perkotaan dan area pembelanjaan. Kelly takkan protes selama dia akan sampai di tempat tujuannya. Tapi, mereka tiba-tiba saja berhenti di sebuah toko manisan.
"Mengapa berhenti di sini?!" Kelly akhirnya mengeluarkan suaranya. Dia menjadi was-was karena dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Sebelum pengawalnya dapat menjawab, seseorang tiba-tiba saja membuka pintu belakang, pintu di dekat kursi penumpang belakang di sisi yang berbeda dengan Kelly. Dengan sigap, Kelly sudah bersiap untuk menendang orang itu agar menjauh.
"Siapa kau?!"