Memang membagongkan. BJ terbangun dengan kepala yang pening. Beban pikirannya terus menghantuinya hingga ke dalam mimpi. Dan tidak sampai di situ saja. Mimpi buruk itu membuat tubuhnya berasa begitu lelah dan berkeringat. Padahal dia tidak pernah mengalami hal terburuk ini, selain setelah minum ataupun mabuk.
Selain karena mimpi buruk, BJ juga terdorong untuk bangun karena suara gaduh dari Kelly yang begitu keras dan tegas. Dia tidak pernah mendengar Kelly seperti ini.
"KELUAR SEKARANG JUGA!! INI PERINTAH!!"
BJ bangun dari tidurnya di atas sofa. Dia mencari-cari Kelly dalam pandangannya yang masih buram karena baru saja terbangun, dan karena pencahaannya ruangan yang juga remang-remang. Teriakan tegas Kelly ini bisa saja membangunkan satu blok rumah, karena memang keras sekali. Rasanya Kelly sedang begitu kesal dan marah, sampai mau berteriak seperti itu.
"Oh tidak, BJ. Apakah kau terbangun karenaku?" tiba-tiba suara Kelly melembut. Perempuan itu melompat dari tempat tidurnya dan langsung memeluk tubuh BJ yang belum sepenuhnya terbangun.
"Jam berapah sekarang?"
"Masih jam setengah satu dini hari. Kamu lanjut tidur saja ya... lanjut tidur." Kata Kelly sambil mencoba untuk menidurkan BJ lagi dengan menimangnya dengan suara lembut yang seperti mamanya lakukan dan membelai kepala pacarnya.
"Hmm? Adah apah?"
"Bukan apa-apa. Lanjut tidur ya..."
"Kam-"
"Sudah, sudah. BJ tidur ya... jangan khawatir, tidur saja ya..."
Rasanya BJ pernah merasakan hal ini sebelumnya, dan dia terbayang-bayang dengan sesuatu yang mirip dengan ini.
"BJ-ku sayang, tetap tertidur ya. Cup cup cup... jangan menangis dan khawatir, tetap tertidur ya, Nak."
Benar, waktu itu adalah... di mana hidupnya semakin tidak tenang.
"Selamat pagi, Kelly." Kata BJ dengan suara yang kering. Dia masih memejamkan matanya, namun dia sudah sadar dan dapat merasakan Kelly duduk di dekatnya. Sofanya yang tiba-tiba terasa empuk ini membuatnya bisa tertidur pulas, dan dapat merasakan beban tubuh yang baru saja duduk di atasnya.
"Oh, kau sudah bangun. Selamat pagi."
Saat BJ membuka kedua matanya, saat itu hari sudah sangat terang. Sepertinya dia bangun di saat matahari sudah terbit. Sinar mataharinya tidak menembus jendela kaca, dan tertahan di luar sana. Sepertinya Kelly yang mengaktifkan kaca mode gelap untuk menghalangi sinar matahari langsung masuk ke ruangan tersebut.
"Aku mengecek jadwalmu tadi, dan kau tidak ada jadwa pagi ini, bukan? Jadi kita bisa sedikit bersantai pagi ini." Kata Kelly.
BJ masih belum bangkit dari tidurnya.
"Apa kau yang memindahkanku ke sini?" tanyanya sambil mencoba untuk bangkit.
"Ya. Kurasa kau takkan nyaman tidur di sofa."
"Kau memang seperti itu. Padahal kita bisa pesan extra bed-"
"Lalu mengapa kau tidur di sofa, huh?"
"Ketiduran." Padaha BJ tidak kepikiran semalam. Dia memang tidur setelah Kelly tertidur lelap seperti putri tidur di kasur besar itu.
"Janganlah seperti itu. Kasurnya cukup besar untuk dua orang."
"Dan kau begitu saja mengundangku tidur di kasurmu?" BJ menggodanya dengan sengaja. Dia bergeser untuk mendekati Kelly yang masih duduk di tempat tidur.
"Kau pikir kau bisa macam-macam denganku?" tanya Kelly dengan datarnya.
"Ya, kau tahu sendiri." BJ hampir lupa dengan trauma kecilnya. "Ngomong-ngomong, apa itu?" BJ menunjuk satu set sarapan di atas piring melengkuk yang ada di atas meja. Asap yang mengebul serta aromanya menarik perhatiannya.
"Itu sarapanmu. Aku pesankan bubur ayam. Kuharap kau tak keberatan." Jawab Kelly.
"Apakah diaduk?" tanya BJ.
"Pagi ini, aku tidak ingin meributkan bubur ayam harus diaduk atau tidak, BJ." Balas Kelly lalu mengecup pipi kiri pacarnya. "Aku sudah sarapan duluan, jadi kamu makan sendiri dulu ya. Aku mau siap-siap untuk ke kampus pagi ini."
Setelah Kelly selesai mandi dan berdandan untuk ke kampus, dia menemukan BJ bersantai-santai di kursi malas sambil membiarkan dirinya dihujani sinar matahari langsung. BJ sudah mematikan kaca mode gelapnya dan ruangan di sana sudah dibanjiri cahaya matahari yang lebih berlimpah daripada sebelumnya.
Saat Kelly hendak menghampiri kekasihnya dengan melompat dan memeluknya, dia harus terhenti karena seseorang masuk ke ruangan mereka tanpa membunyikan bellnya terlebih dahulu. Ini membuat Kelly kesal lagi.
BJ yang juga menyadarinya terkejut melihat sosok itu masuk ke ruangan suit mereka. Dan dia tidak ada persiapan apa-apa untuk menghadapi orang itu.
"Apakah kau tidak diajari untuk mengetuk terlebih dahulu, Billy?" tanya Kelly dingin. Dia masih begitu kesal karena tingkah pengawal pribadinya yang sudah kelewatan batas.
"Apakah sudah siap?" dia jelas langsung masuk ke intinya.
"Tidak, kami belum siap." Jawab Kelly dingin. Dia mendekati pacarnya dan berkata, "Apakah sepuluh menit cukup untuk dirimu bersiap-siap, BJ?"
BJ yang sudah tahu apa maksudnya, segera meninggakan ruangan tersebut untuk mandi tentunya. Ada hal yang tidak bisa dia lakukan sama sekali, dan dia juga tidak berhak untuk ikut campur pada urusan itu. Di mana dia harus menyingkir, di mana dia harus tetap diam dan mengikuti apa yang dimintanya. Rasanya memang kesal karena dia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Apakah kalian sudah sarapan?" tanya Kelly kepada Billy. Kata kalian yang dilontarkan itu juga untuk bawahan Billy yang lainnya.
"Itu bukan sesuatu yang harus kau pikirkan, Kelly."
Dan dia takkan pernah berhenti. Dasar Billy.
"Duduklah." Kata Kelly dengan nada memerintah.
Billy langsung duduk di sebuah kursi kayu yang ada di meja makan kecil. Dan Kelly juga duduk di hadapannya.
"Aku ingin meminta maaf karena tidak memberitahuku semuanya, rencanaku dan kepergianku. Tapi ini memang keinginkanku sendiri, dan papa membiarkanku melakukan apa yang aku sukai. Jadi..."
"Kau harusnya lebih berpikir lagi tentang nasib kami, Kelly. Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan jejakmu, bagaimana tuan besar akan marah kepada kami karena membiarkanmu menghilang begitu saja."
Sebagai bawahan langsung dari Calvin, hal yang paling ditakutkan adalah kelalaian bekerja dan hukuman yang mereka terima. Kau tahu, betapa mengerikannya hukuman yang pantas didapatkan dari kelalaian orang dewasa seperti mereka sudah bukan lagi tentang materi mereka. Lebih kejam dari itu.
"Itulah mengapa aku minta maaf. Untuk yang itu, aku menjamin bahwa kalian akan bebas dari hukuman kalian. Aku sudah bilang bahwa papa membiarkanku, kalian tidak perlu khawatir."
"Karena kau bertingkah seenakmu itulah, Kelly, yang membuat kami harus berurusan langsung dengan tuan besar-"
"Apakah kau juga dikabari bahwa aku pergi sendiri oleh papaku langsung?"
"Mana ada? Jika aku tidak memaksa Jack untuk berbicara, aku takkan mungkin menemukanmu di sini."
"Kau sebaliknya melakukan hal yang lebih memperburuk, kau tahu itu."
"Mengapa kau lakukan itu? Setidaknya beritahu kami."
"Aku ingin melepaskan diri saja, dan menikmati hidupku."
Tapi rasanya sulit sekali bagi Kelly. Dia merasa bahwa tubuhnya terikat dengan banyak tali yang terhubung ke berbagai arah, di mana tali-tali yang mengikatnya ini mengikuti ke mana dia akan bergerak. Jika salah langkah yang diambil, konsekuensinya bukan langsung kepada dirinya, tapi apa yang tali-tali ini ikatkan di baliknya. Mereka yang akan menjadi korban sesungguhnya. Tapi bukan berarti Kelly tidak mendapatkan pembelajaran dari ini, dia juga mendapatkan pembelajaran mengerikan nan khusus yang sudah menantinya.
Seperti waktu itu...
Saat Billy berkata seperti itu, tandanya tidak seperti apa yang Kelly kira. Meski dia bertingkah seenaknya, dia harus tetap bertanggung jawab dengan mereka, pengawal pribadinya. Karenanya, mereka tak bisa menjalankan pekerjaan mereka.
Tapi kalau mereka dibiarkan, mereka pasti terasa mengganggu. Kejadian-kejadian kemarin dan keberadaan pasukan RPG khusus di luar kekuasaannya pun sangat mengusik harinya.
Billy tidak mengatakan apapun setelah itu. Dia adalah seorang pria yang sendirian, tak memiliki pasangan ataupun anak. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti apa maksud Kelly ketika dia mengatakan menikmati hidup. Karena baginya, beginilah hidupnya yang mau tak mau harus dinikmati dan dijalani.
"Apakah kau mendapatkan panggilan langsung dari papa hari ini?" tanya Kelly untuk memastikan saja.
"Tidak sama sekali. Tapi aku mendengar bahwa sebenarnya tuan besar sedang menghilang dan tak bisa dilacak untuk dua hari terakhir ini. Tepatnya setelah beliau tiba di Taiwan."
Kelly terkejut bukan main. Memang, papanya sering pergi sendirian entah kemana tanpa ada pengawal pribadinya mengikutinya, dan pasti selalu terdeteksi di mana dirinya berada. Tidak mungkin papanya bisa menghilang seperti ini, tak terdeksi sama sekali dengan semua teknologi yang telah dikembangkan sekarang. Bagaimana mungkin?! Apalagi jika kabarnya dia menghilang, bagaimana nasib Reccon? Dan yang lebih terburuknya, bagaimana nasib mamanya?
"Mengapa begitu?! Apakah orang-orang telah bekerja semaksimal mereka untuk menemukannya? Apakah mama tahu soal itu?"
"Sebenarnya ini tidak sekali dia menghilang seperti ini. Ini rahasia di kalangan orang-orang penting saja, dan kupikir kau tahu tentang ini." Kata Billy yang menjadi bersalah. Tidak! Dia memang salah mengatakannya sejak awal.
"Apa maksudnya?!"
"Tuan terkadang suka menghilangkan dirinya sendiri sewaktu-waktu, dan tidak pernah sekali dia mengatakan kapan itu. Tapi, sebagai bawahan tetapnya, kami pasti bisa memprediksi kapan beliau akan menghilang."
"Lalu? Bagaimana dengan perusahaannya?"
"Aku tidak tahu soal itu. Tapi selama ini, tidak ada kendala apapun selama beliau menghilang. Bahkan nyonya pun juga tidak merasakan khawatir atau apapun."
Benar. Jika mamanya tahu kalau papanya menghilang, mamanya pasti mengerahkan semua orang untuk mencarinya sampai ketemu. Tapi mamanya diam saja dan terus menjalankan hari-harinya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Apakah mama tidak tahu kalau papa menghilang?"
"Kurasa tidak. Yang paling tahu dimana tuan berada sekarang adalah nyonya."
.
Bab 59
Twilight V