Namaku Darrell Meshach. Umurku 27 tahun. Di umurku saat ini aku harus mengikuti kegiatan perjodohan yang menyebalkan. Entah sudah berapa gadis yang dikenalkan ibuku padaku tapi tidak ada satupun yang membuatku tertarik, sebaliknya malah setiap gadis yang dikenalkan padaku menjadi menggilai diriku. Kebanyakan dari mereka menggilaiku karena fisikku dan uang.
Aku akan menjadi penerus di perusahaan ayahku Meshach Company, itulah kenapa aku harus segera memiliki pasangan hidup agar ada yang mengurusiku dan tentunya agar aku segera memberikan cucu kepada orang tuaku.
Hal terbaru kali ini adalah jika aku belum bisa menemukan calon istri untuk diriku sendiri, ayahku berniat menjodohkan aku dengan anak teman dekatnya di luar negeri, Nicole. Aku memang kenal dengannya, dulu sebelum aku kembali ke Indonesia kami tumbuh besar bersama di luar negeri. Kami sempat tinggal di luar negeri selama 5 tahun karena ayah mempunyai proyek bersama dengan perusahaan disana.
Nicole memang gadis yang baik dan cantik, benar-benar tipikal pacar dan calon menantu yang idaman. Hanya saja aku tidak tertarik untuk menjadikannya pasangan hidup, aku hanya menganggapnya teman sejak kecil.
Oke, hentikan sejenak masalah Nicole. Saat ini mataku sedang terpaku dengan seorang gadis yang menduduki meja yang kutempati sedang menyantap kentang goreng dan ayam goreng bergantian. Entahlah, mungkin dia tidak makan selama 3 hari. Memang dia cantik, hanya saja sangat disayangkan melihatnya makan seperti itu membuatku heran.
"Ehem..", aku berdehem hingga dia melihatku dengan tatapan heran.
"Hem?, balasnya padaku dengan mulut yang masih asik mengunyah kentang goreng yang baru saja dimakannya.
"Permisi mbak, kau menduduki tempatku..", ucapku sedikit tegas namun dia masih tetap diam memandangiku. Menurutku sepertinya dia terpesona kepadaku, aku sudah biasa melihat beberapa gadis yang terpaku sekaligus terpesona pada wajahku ini.
"Halo?", ucapku lagi sambil menjentikkan jari didepan wajahnya agar ia segera sadar dan berhenti memandangiku
Satu detik hingga beberapa detik berlalu, gadis aneh ini masih terdiam membuatku sedikit geram. "Halo? Kau tuli?", ucapku yang kali ini dengan nada yang sedikit tinggi. Mendengar ucapanku dia mulai bereaksi melihat sekeliling lalu menyipitkan matanya kepadaku seolah tak setuju dengan ucapanku barusan.
Dia tetap diam saja meski sempat menunjukkan reaksi tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ya Tuhan apa gadis ini memang tuli? Semoga saja tidak.
Kulirik meja makan yang tadinya bersih sekarang dipenuhi bekas makanan. "Dasar cewek aneh, udah makan belepotan, ternyata tuli juga.."
Mendengar ucapanku barusan akhirnya dia langsung berdiri dari tempat duduk, lalu menyerangku dengan tatapan sinis.
"Ganteng sih tapi ngeselin! pasti ga laku!..", ucapnya kesal kemudian langsung pergi meninggalkanku yang ditertawakan oleh beberapa tamu karena diejek tidak laku oleh si cewek aneh itu. Ga laku!? cih!
"Terserah dialah", begitu aku ingin duduk kudapati sebuah dompet disamping kursi yang didudukinya tadi. "Ah sial! Kenapa dia harus meninggalkan dompetnya disini!?"
Kuambil dompet itu lalu kususul dia, "hey cewek aneh berhenti!", ku panggil-panggil tetapi dia tetap melangkah tanpa memperdulikanku yang kini menjadi sorotan mata beberapa tamu.
Sial! Dia benar-benar membuatku malu disini!.
"Hey aneh!", dia malah semakin mempercepat jalannya. Dasar tuli! Terserah kau saja, aku tak mau peduli. Umpatku dalam hati. Lalu aku kembali masuk kedalam sambil menggenggam dompet miliknya.
"Rese! Bikin malu!", ucapku pada diri sendiri sesaat setelah berhasil masuk ke mobil. "Cih! Baru kali ini aku dipermalukan seperti ini! dan ini karena cewek aneh itu..", aku menggeleng-gelengkan kepala karena masih tidak dapat menerima jika aku dipermalukan oleh cewek aneh dan tuli itu.
Kutatap dompet mini berwarna coklat lalu kuletakkan di dashboard mobilku. Aku tertawa sinis. "Dan sekarang aku harus berbaik hati mengembalikan dompet ini? luar biasa!?"
Senja. Well, nama yang cantik. Tapi terlalu cantik untuk cewek aneh itu.
Ejekku setelah menelusuri dan mendapati KTP si pemilik dompet. "Hahaha.. sebuah senyum yang kaku dan aneh!?", tawaku pecah begitu melihat foto KTP miliknya dengan ekspresi wajah yang nampak belum siap untuk difoto itu.
Kulihat sebuah ID Card terpampang di dompet miliknya. Aku tersenyum kecil.
Ternyata kantormu tak jauh dari sini ya..
***
"Baik pak terima kasih..", ucapku setelah menutup kaca mobil begitu bertanya pada satpam di depan kantor si cewek aneh.
kulirik jam tangan, sudah pukul setengah 10 malam. "Sampai kapan cewek aneh itu lembur?", aku mengehela nafas setelah menunggu Senja keluar dari kantornya lebih dari satu jam.
Entahlah, aku sengaja ingin menunggunya karena sebuah kebetulan yang terjadi dan sepertinya akan ada banyak hal yang menarik. Yaah.. meskipun cewek aneh itu sepertinya sangat menyebalkan..
Kuperhatikan kaca spionku ketika asik memainkan handphone. Aku menyipitkan mataku dan memastikan aku tidak salah. "Dasar cewek aneh.."
Kulihat dia mengendap-endap sambil berjalan mundur hendak masuk kembali ke kantornya namun tiba-tiba ia menegakkan badannya dan dengan tegap lalu berjalan lurus menuju kearahku.
Melihatnya menuju kearahku membuatku ingin mengusilinya.
Yah anggap saja ini balasan karena membuatku malu tadi.
satu.. dua.. tiga..
"hey!"
teriakku sambil berbalik begitu dia hampir melewatiku dan plak!! "awww!" sebuah tamparan mendarat di pipiku.
"aaarghh! sialan!", umpatnya yang histeris karena kaget.
aku memegangi pipi kiri ku, "Hey aneh! kenapa kau menamparku!?"
"Kau itu tolol! kenapa kau harus mengagetkan aku!?", balasnya tak mau disalahkan.
"tolol!?", ucapku kaget karena baru kali ini ada yang mengataiku tolol, "kau gila!?". Kami saling menatap penuh kesal lalu saling membuang muka.
"Dasar cewek aneh dan menyebalkan!"
"Bodo amat!?", ucapnya lalu meninggalkan aku dengan pipiku yang terasa sedikit nyeri. Sepertinya ja tidak menamparku dengan kekuatan penuh.
"hey! mau kemana kau? kau harus bertanggung jawab dengan pipiku ini..", ucapku setelah melihat dia berjalan meninggalkanku.
"Ga dengeeer ga dengeeer..", balasnya acuh.
"Kau mau pulang naik taksi?"
"Iyalah, emang jam segini ada bus!"
"Oohh gituu, emang punya uang?"
"hm! kau pikir aku melarat ha?"
"yaaah, bisa saja..", aku tersenyum sumringah.
"ga usah senyum-senyum ga jelas begitu deh, sok ganteng banget!?"
"Memang ganteng kok!?", balasku yang berhasil membuat membuatnya semakin kesal. Kini ia menyilangkan tangannya dan membelakangiku.
"Hey cewek aneh!", dia tak merespon, "Halooo.. jika kau tidak menoleh kau akan menyesal karena aku tidak akan berbaik hati lagi padamu.."
"ehm! satu...", dia masih diam, "duaa... yakin kau tidak mau melihatku?"
"dua setengaaah...", aku memain-mainkan dompet miliknya, "tiiii...."
"Apa sihh!? Hey itu... kembalikan dompetku!", begitu menyadari dompet miliknya ada padaku ia langsung mendekatiku dan berusaha mengambilnya. Aku meninggikan tanganku membuat ia harus melompat beberapa kali karena tinggi badanku.
"Kupikir kau tidak membutuhkannya..", ejekku padanya yang masih berusaha meraih dompet. "minta maaflah padaku atas kejadian tadi dan jangan lupa berterima kasih karena sudah berbaik hati membawakan dompetmu ini, maka aku akan mengembalikannya dengan mudah padamu.."
Ia terdiam dan tampak masih menahan kesal. Ingin rasanya aku menertawakannya saat ini karena aku sangat puas menjahilinya. Ia menghela nafas panjang kemudian merapikan penampilannya.
"Baiklah..", ia kini menatapku dalam-dalam, "Maafkan aku dan terima kasih yaa..", ucapnya yang diakhiri senyum singkat.
"Kau nampak kurang tulus.. memohonlah dengan benar..", mendengar ucapanku membuatnya mengerutkan dahi kemudian ia tersenyum penuh arti.
Ia mendekatkan tubuhnya padaku, menatapku lalu menarik kerah bajuku membuat wajah kami menjadi sangat dekat. Spontan aku menahan nafasku. Cewek gila!? umpatku dalam hati.
Karena kelengahanku akhirnya ia berhasil mendapatkan dompetnya lalu segera meninggalkanku yang tidak menyangka akan dipermainkan seperti itu olehnya. Cih! Berani sekali dia.. Tunggu pembalasanku!
"Bye! Semoga kita ga ketemu lagi yaa..", ucapnya yang diakhiri dengan sebuah senyum kemenangan sebelum memasuki taksi yang ia tunggu.
Aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya yang merasa menang.
"Well, see you soon..", ucapku begitu taksi yang dinaikinya berlalu.
***