Malam itu seolah mimpi. Ini semua tidak pernah aku bayangkan untuk bisa bertemu Bratta di sini. Malam yang harus kujadikan kebahagiaan memberi seulas senyum pada ku. Senyum yang yang sangat mudah terukir hanya karena melihatnya.
Aku melirik sedikit ke arah bahu kiri ku yang sudah tertahan jemari Bratta yang kokoh. Sekilas ku lihat wajah Asyraf nampak tidak senang dengan kehadiran Bratta di sini. Ngomong-ngomong kenapa dia bisa ada di sini.
"Tanya ade lo, kenapa dia harus jauh-jauh ngundang Dj dari Bali."
Mendengarnya sedikit membuat ku terkejut. Diska menganal Bratta? Lalu Bratta kemari karena dia seorang Dj? Dan dia sekarang tinggal di Bali? semua teka-teki itu membuat ku semakin penasaran kepadanya. Sekali lagi aku membenarkan kalimat Sania bahwa aku hanya mengetahui namanya bukan ceritanya.
Aku melihat beberapa teman Asyraf yang semula menggoda ku langsung menyapa Bratta dengan akrab. "Cewek lu Ta?" tanya salah satunya.
Mendengar pertanyaan spontan itu membuat ku ingin langsung menjelaskan namun kalah cepat dengan suara Bratta yang menjawab, "Iya gue balik ke Jakarta karena dia."
Pipi ku semakin memerah mendengar jawaban Bratta yang aku tidak tau jujur atau tidak. Karena cukup kehadirannya saja hari ini sudah membuat ku senang.
"Dasar ya lu, dari dulu bucin banget ke cewek." Ledek mereka. Sepulas senyuman terukir diwajah Bratta. Senyuman yang sulit aku maknai artinya karena sampai kapan pun dia selalu penuh dengan misteri.
"Yaudah bro gue ke sana ya, bentar lagi udah mau acara puncak," pamit Bratta pada mereka semua. Tangan yang semula merangkul ku berpindah dengan menggandeng jemari ku yang dingin. "Ayo Abi." Ajaknya agar aku ikut.
Aku hanya membuntutinya. Merasakan genggaman hangatnya yang mampu meluluhkan dingin di kulit ku. "Tangan kamu dingin Bi, antara senang dan takut buat liat aku." Katanya lalu tertawa kecil untuk mencairkan suasana.
"Aku senang ketemu kamu, cuman pada akhirnya aku juga takut bakalan enggak ketemu lagi." Jawab ku apa adanya.
"Kenapa harus takut? Aku gak bakalan hilang Bi." Dia memberhentikan langkahnya. Kalimatnya begitu tegas seolah mengharpkan aku untuk tidak takut pada sesuatu yang terjadi. Aku menatpnya dalam-dalam seolah kami sedang berbicara melalui batin masing-masing.
Sampai akhirnya seorang Event Organaizer menghampiri Bratta. "Kak Atta, tolong stand by di belakang ya karena habis ini kita udah masuk acara puncak." Sialnya waktu selalu salah dalam pembicaraan kami.
"Aku perfomece kamu liat paling depan ya Bi."
Aku hanya menangguk dan membiarkannya ikut bersama salah satu crue. Menatap kepergiannya seperti lalu yang terjadi. Ayolah Abisha kamu harus merasa bahagia malam ini. Aku terlalu overthinking pada sesuatu yang belum terjadi dan itu lah kekurangan ku.
"Abi!" Sania menarikku. "Lo—" aku yakin Sania punya beberapa pertanyaan untuk ku. "Kenal sama kak Atta?"
"Iya dia orangnya San."
Sania masih melongo tidak percaya dan kami sekarang kembali ke tempat semula. "Gila ya Jakarta sempit banget sih bisa nemuin lu sama kak Atta yang setau gue pindah ke Bali."
Mendengar kalimat Sania semakin membuat ku panasaran. Apa yang membuat teman-teman ku mengenal Bratta? "Kamu utang penjelasan tentang Atta," Kata ku tajam. "Yaudah yuk, dia minta aku nonton paling depan."
Sania mengangguk setuju dan menemani ku. Penampilan salah satu band terkenal asal Jakarta ini diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah. Acara malam ini benar-benar sangat menyenangkan hanya saja suasana hati ku tidak cocok dengan keadaan.
Aku melihat sepasang mc acara ultah Diska sudah naik ke atas panggung untuk memberikan pengantar. "Sudah pukul 9 nih Ca, kembang api udah ada dimana-mana." ia menggambarkan suasana malam itu. Ledakan indah kembang api itu menambah pesona malam ini.
"Kayaknya teman-teman Diska sudah gak sabar nih sama penampilan guest star kita malam ini." sahut perempuan dengan rambut tergerainya.
"Tanpa basa-basi lagi ini dia penampilan dari DJ A'T." Teriak mereka serentak lalu tepuk tangan meriah dari orang-orang.
Aku bisa melihat Bratta dengan kaos putih dan jas hitamnya yang memberi aura maskulin. Bratta yang semula aku lihat sebagai laki-laki kalem dan misterius seolah menjadi karakter yang berbeda setelah berada di depan meja disk joki. Ku lihat ia begitu menikmati musik yang dimainkannya.
Musik EDM (electoronic dance music) mulai terdengar membesar. Lampu yang semula memperlihatkan wajah tersenyum bahagia kini mulai meredup. Atmosfer yang dibangun Bratta dengan pertunjukannya mampu menghipnotis orang-orang untuk menari.
"Acaranya baru mulai kan?" suara tersebut berbisik dari belakang ku. Aku nyaris melompat ketakutan mendengar helaan nafasnya yang btak lain adalah Anggi. "Biasa aja kali Bi, lo kira gue siapa emang."
"Lagian kamu tuh ngomong tiba-tiba di belakang aku." Bela ku.
"Maaf deh, gue tadi buru-buru ke sini takut ketinggalan perfomoncenya kak Atta. Aduh cakep banget sih jodoh gue." kata Anggi yang terdengar cenntil lau tersenyum lebar sekali menatap ke arah panggung.
"Cakep-cakep kemaren aja ngatain kak Atta gak sekeren Attanya gen Gen Halilintar." Protes Sania kesal.
"Apaansih! Yang ini tuh Attanya lebih keren dari Gen Halilintar, yang biasa aja itu Attanya—" mungkin Anggi menyadari sesuatu. "Wait jangan bilang kalo kak Bratta itu Attanya lo!" teriaknya makin nyaring di kuping ku.
Mendengar kalimat Anggi barusan langsung membuat Sania memutar bola matanya kesal dan aku hanya mengangguk memberi jawaban.
"Sumpah Bi lo tuh kek ketimpa durian runtuh tau! Lucky banget sih." Anggi langsung excited dan mencubit kedua pipi ku tanpa rasa bersaalah sama sekali. Bisa-bisanya kami melakukan pembicaraan ini ditengah keramaian musik yang menggema.
Aku langsung memukul tangan Anggi yang makin lama terasa seperti a memiliki dendam tersendiri pada ku. "Nggi sakit woi!"
Tapi bukan Anggi namanya kalau ia memungkiri kalimat ku. "Lo liat tuh cewek-cewek disana," tunjuk Anggi pada gerombolan perempuan yang sejak tadi melompat kegirangan di pinggir panggung. "Semuanya pada ngeliatin kak Atta kaya adegan 18+, gak kedip."
"Nggi kalau gibah jangan tunjuk-tunjuk dong, lu mau kita balik dari sini dilabrak ama mereka." Tegur Sania yang sejak awal kedatangan Anggi sudah merasa kesal.
Pada akhirnya kami memilih untuk duduk di kursi yang posisinya masih strategis menghadap ke panggung. Mengamati semua orang yang masih menikmati pesta sedangkan kami saja sudah tidak sanggup berdiri lama dengan heels 9cm. Namun pada akhirnya penampilan Bratta sudah selesai ketika jam menunjukan pukul 10.
Panggung sudah diambil alih oleh kedua mc. "Sebagai guest start disini, Atta ada yang mau disampain buat Diska?"
Bratta mengambil alih mic yang semula berada di tangan mc laki-laki itu. "Happy birthday Dis, acara lo pecah banget malam ini. Hope you have the best moment in seventeen years old dan thanks sudah ngundang gue ke sini." Mendengar singkatnya kalimat Bratta langsung menuai tepuk tangan dari para penonton termasuk dari ku.