Suhita tidak panik, mengulurkan jari putihnya, dengan lembut mencubit bidak catur, dan perlahan-lahan meletakkannya di papan catur. Dalam sekejap mata, dia makan dua bidak catur dan berubah dari pecundang menjadi pemenang untuk sementara.
Wisnu mengerutkan kening, menatap papan catur sejenak, dan sebuah senyuman muncul di sudut bibirnya, dan dia menggerakkan bidak catur. . .
Pelayan kecil itu berbisik kepada Fira dari samping, "Dia pasti mengajukan permintaan pada Raden Suhita, jadi Raden Suhita mengajaknya permainan catur lebih dulu."
Fira mengangkat alisnya dan tersenyum kembali, dan sudut bibirnya melengkung dengan lengkungan yang dangkal. "Apa maksudnya?"