Setelah melihat gerakan itu, Byakta berbalik dan melihatnya jatuh ke tanah dengan memalukan, gaun putihnya kotor oleh lumpur dan air di tanah, dan rambutnya yang indah seperti awan ternoda oleh kotoran di tanah.
Tanpa payung, derai hujan menerpa tubuhnya, dan wajah serta tubuhnya basah kuyup.
Byakta tertegun sejenak, berjalan dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri, Nimas Suci mengambil langkah maju dan bangkit dari tanah. Matanya yang dipenuhi air mata menunjukkan jejak kebencian dan rasa sakit, dan dia menatapnya dalam-dalam, berbalik dan lari.
"Suci … "
Byakta memanggilnya, tapi Suci tidak berhenti, dan berlari lebih cepat.
Byakta berdiri di tempat, tidak mengejarnya, tetapi mengerutkan kening dalam-dalam, menatapnya yang menghilang di tengah hujan dan kabut, dan mendesah pelan.
Sepertinya dia sudah menyakiti hatinya.
Namun, apa yang Suci lakukan sudah terlalu berlebihan.
Jika Byakta tidak mengatakan sedikit kata, bagaimana Suci akan bisa berhenti?
