Semua anak kelas 11 ips 2 berlari mengelilingi lapagan indoor. Kaos olahraga mereka sudah basah oleh keringat setelah berlari lima kali putaran.
"Cukup!"
Semua anak menghentikan larinya saat mendengar komando Pak Irlan, guru sukan kelas sebelas. Mereka menepi, tepat di hadapa pak guru.
"Hari ini, kita akan mempraktekan salah satu permainan bola besar yaitu bola volly, silahkan kalian membuat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah enam orang yang beranggotakan laki-laki dan perempuan. Pak guru kasih waktu lima menit harus selesai."
Seketika suasana indoor menjadi riuh. Semua anak gaduh membuat anggota yang sesuai dengan keinginan mereka. Berbeda dengan empat anak yang nampak tenang-tenang saja.
"Gue ikut kalian ya?" ucap Ardi pada empat anak yang tak lain adalah Nuke, Mela, Kenzo, dan Galang.
"Gabung aja," jawab Galang santai.
"Kurang satu orang lagi, siapa ya?" Ardi menatap satu per satu anak yang berada di dalam indoor "Marsya!" Yang dipanggil mendekat "Lo ikut kelompok kita ya?" Marsya menimbang-nimbang permintaan Ardi. Dia menatap anggota kelompok yang di tawarkan. Cukup meyakinkan
"Oke, gue mau."
Lima menit berlalu, lima kelompok sudah terbentuk. Berbaris rapi sambil menunggu perintah Pak Irlan selanjutnya "Langsung saja, kelompok satu bertanding melawan kelompok dua."
Kelompok Nuke mendapat urutan ke tiga. Itu artinya, kelomponya akan bertanding setelah kelompok satu dan dua menyelesaikan babak mereka.
Di tengah-tengah pertandingan, tanpa Nuke sadari, segrombolan anak OSIS lewat di tepi indoor. Butuh dua kali menengok supaya Nuke menyadari kehadiran mereka, terutama Kenzie.
Kenzie tidak tersenyum meskipun dia melihat Nuke berdiri di tepi lapangan indoor. Namun cowok itu mendekat, melainkan langkahnya ke arah yang berbeda dari anak OSIS yang berjalan bersamanya. Dari luar sekat besi, Kenzie mengajak Nuke untuk keluar dari area tersebut.
"Ada apa?" tanya Nuke.
Kenzie meundukan kepalanya, sesekali terdengar helaan nafas berat dari mulutnya. "Aku minta maaf."
Aku? wah kalau nada bicaranya sudah begini, berarti Kenzie benar-benar serius. Nuke membisu, lebih tepatnya bingung harus menjawab apa. Haruskah setiap kesalahan Kenzie, Nuke maafkan? Cowok itu berulangkali mengakui kesalahanya, tapi berulang kali juga dia melakukan ke salahan yang sama.
"Iya," jawab Nuke singkat.
Kenzie menepuk bahu Nuke pelan "Jangan marah lagi," pintanya.
"Tergantung," Cewek dengan rambut sebahu itu menepis tangan Kenzie dari pundaknya "Gue nggak akan marah lagi kalau lo mau berhenti berhubungan sama dia, hapus kontaknya, dan bodo amat sama masalahnya!"
Kali ini Nuke harus tegas. Ingat seberapa keras dia menahannya perasaannya pada Kenzie dulu, setelah hati cowok itu sudah berhasil dia genggam, dengan mudahnya orang lain datang dan menarik perhatian cowok itu kembali. Walaupun Kenzie hanya menganggapnya sebagai teman, yang namanya perasaan tetap sulit ditahan. Bagaimana jika usaha Amara nantinya berhasil membawa Kenzie kembali ke pelukanya? she will be a stupid girl! Nuke tidak mau itu terjadi.
Kadang egois dalam hubungan itu perlu.
"Apa segitu nggak percaya-nya lo sama gue?" suara Kenzie terdengar sangat berat di telinga Nuke. Dia menyisir rambutnya dengan tangan dari depan ke belakang, memberikan tampilan yang cukup berantakan, "Harus berapa kali lagi gue bilang kalau gue sama Amara cuma temenan, huh?" ucapnya tak habis pikir.
Cewek yang terlihat sangat manis ini ternyata punya sifat yang sangat pencemburu. Demi apapun yang Kenzie lakukan pada Amara hanya sebatas teman dan kasihan, dia yakin Nuke juga akan melakukan hal yang sama seandainya yang terjadi pada Amara terjadi pada Kenzo ataupun Galang. Tapi sayangnya, cewek itu tidak pernah berfikir sampai di situ.
"Lo anggep dia temen, tapi yang dia rasain ke lo lebih dari temen, semua masalahnya itu cuma modus buat deketin lo Zie!" Cecar Nuke. kesabarannya sudah diambang batas. Kenapa Kenzie sulit sekali mengerti?
"Sejak kapan lo jadi pinter jelek-jelekin orang?" pertanyaan Kenzie langsung menyentil' hati Nuke.
Kali ini Nuke benar-benar kehabisan kata-kata. Entah Kenzie itu terlalu baik atau terlalu bodoh, kedua-duanya tidak ada yang berbeda, mata cowok itu sudah dibutakan oleh rasa kasihan, sampai-sampai fakta diucapkan dia anggap sebagai hinaan.
"Jangan jadi jahat cuma karena lo cemburu." Kenzie mengusap bahu Nuke beberapa kali, lalu beranjak tanpa memperdulikan gurat kecewa di wajah cewek itu.
Nuke memejam, menahan air matanya yang menggenang di kelopak matanya. Mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahnya yang memerah menahan marah supaya kembali normal seperti semula. Sepertinya bersabar jadi satu-satunya pilihan terbaik saat ini. Kebenaran tidak akan bersembunyi, suatu saat, waktu yang baik pasti akan datang.
💌
"Kenapa lagi nih?" tanya Mela saat melihat Nuke masuk ke indoor dengan wajah ditekuk. Melihat wajah Nuke berubah murung, Mela jadi ikut kehilangan semangat.
"Kenzie mau pergi sama selingkuhanya?" Kenzo bertanya sekaligus menebak. Mengingat cewek itu dibuat menangis oleh Kenzie kemarin.
"Apaan sih, Ken. Kenzie nggak pernah dan nggak akan pernah selingkuh!" Nuke sedikt geram dengan ucapan Kenzo.
"Lo seharusnya sadar Ke, lo itu lagi permainkan sama dia," cecar Kenzo. Sedikit kesal dengan reaksi Nuke sebelumnya. Cewek aneh, sering dibuat nagis, tapi masih saja menganggap orang itu memperlakukanya dengan baik.
"Nggak usah sok tau lo!" hardik Nuke. walaupun Nuke menceritakan semuanya pada cowok itu, bukan berarti dia bisa seenaknya ikut campur dengan masalahnya. Mela dan Galang hanya bisa menatap mereka tanpa mampu berbuat apa-apa.
"Lo nya aja yang mau-maunya di kadalin."
Nuke menatap Kenzo tajam. Ucapan Kenzo bukan hanya menyinggung hatinya, tapi juga melukai perasaanya. Nuke berdiri dari tempat duduknya, berjalan mendekati Kenzo, lalu dengan sekuat tenaga dia menampar pipi mulus cowok itu.
Seketika permainan berhenti, suasana menghening, semua orang di indoor menatap Nuke dan Kenzo terkejut. Sementara mereka berdua saling menatap dengan pandangan membunuh.
Kenzo berdiri dihadapan Nuke sambil mengepalkan tanganya erat. Matanya menajam, serta urat-urat lehernya terlihat menegang. Tanpa diduga, Kenzo mencengkram dagu Nuke kasar, sebelah tanganya masih mengepal erat, siap memukul cewek di depanya. Semua yang melihat panik, mereka berusaha mengehentikan Kenzo namun hasilnya cowok itu malah semakin menjadi-jadi.
" LO CEWEK TERBEGO YANG PERNAH GUE KENAL! BOCAH AJA BISA NYIMPULIN GIMANA KELAKUKAN COWOK LO ITU ANJING!!" Kenzo mendorong tubuh Nuke sampai gadis itu tersengkur di permukaan indoor yang kasar.
Nuke menatap marah sekaligus takut dengan penampakan cowok di depanya. Kenzo kembali mendekati Nuke, cowok itu bersiap dengan tanganya. Bersiap memukul wajah Nuke dengan sekuat tenaga. Namun saat sudah tepat di depan wajah, dia menghentikannya. Cowok itu tersadar pada siapa dia akan mendaratkan pukulannya.
"KENZO!!" seru Galang sambil menarik Kenzo paksa. Membawa pemuda itu menjauh.
Mela datang memeluk Nuke. Memberikan bahunya agar Nuke bisa meluapkan perasaanya di sana. Dia juga tidak menyangka dengan perbuatan Kenzo barusan. Cowok itu sangat mengerikan. Mela menepuk-nepuk pundak Nuke, membiarkan sahabatnya itu menangis dalam pelukan.
💌
Setela kembali berdebat, dan berakhir dengan bersalam-salaman, Nuke dan Kenzo akhirnya diperdamaikan di ruang bimbingan konseling. Kini mereka berdua tengah berdiri di depan tiang bendera, di bawah teriknya matahari, sambil berhormat pada bendera merah putih.
Nuke berdiri sekita dua meter dari tempat Kenzo berdiri. Matanya masih merah sekaligus bengkak, bahkan Kenzo masih mendengar suara sesegukannya.
"Gue minta maaf," ucap Kenzo. Cowok itu kembali tenang seperti semua. Dia menatap Nuke dengan tatapan bersalah "Gue nggak bermaksud menyinggung perasaan lo, ataupun bersikap kasar sama lo, gue lagi bad mood aja hari ini," lanjutnya. Dia berkata jujur, ada sedikit masalah di rumahnya tadi pagi, sebab itulah yang membuatnya merasa malas beraktivitas di sekolah dan sangat sensitif.
"Hmm" Nuke hanya menjawab dengan gumaman. Dia sudah tidak marah lagi dengan Kenzo, tapi dia butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan kembali.
Mereka kembali terdiam. Nuke menatap nanar bendera yang berkibar di atas sana. Membuatnya hanyut sampai tak sadar dengan kehadiran seseorang di depanya.
"Nuke?"
Nuke mengalihkan pandanganya. didapatinya seorang cowok berdiri di depannya, menatapnya penuh tanya.
"Rio?"
"Kamu dihukum?" tanyanya retoris. Nuke mengangguk dengan seulas senyuman kaku.
"Lo abis nangis?" Rio mengusap kelopak mata Nuke. Secara otomatis Nuke menjauhkan kepalanya dari tangan Rio, "Sory" ucapnya merasa lancang.
"Iya nggak papa."
Kenzo yang melihat mereka, hanya bisa mengangga bingung. Dia tidak pernah melihat Nuke dengan Rio bersama sebelumnya, tapi kalau dilihat sekarang, mereka tampaknya sudah dekat.
"Kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya Rio khawatir. Cewek yang biasanya periang ini terlihat menyedihkan sekarang.
"Iya, gue nggak papa."
Rio tau Nuke tidak baik-baik saja, namun dia tidak mau memaksa cewek itu untuk berkata jujur.
"Panas banget ya Ke? Aku beliin minum ya" tawar Rio, dia berlari pergi tanpa meminta persetujuan dari Nuke.
Penasaran, Kenzo yang sedari tadi diam memperhatikan, kini angkat bicara "Siapa Ke?"
Nuke menatap Kenzo sinis "Kepo!" jawabnya jutek.
"Selingkuhan lo ya?"
Gemas, Nuke mengeluarkan gimik jengkel dari wajahnya "Dia temen gue, puas lo!"
"Masa temen perhatianya sampai segitunya" Kenzo tidak sepenuhnya percaya. Biasanya laki-laki yang penuh perhatian itu lagi ada maunya. Kenzo sering melakukan itu pada ibunya. "Atau jangan-jangan, Dia yang ngirim surat buat lo" terkanya.
Nuke berfikir untuk ucapan Kenzo barusan. "Nggak mungkin!" jawabanya beralasan. Mengingat Rio tengah mencintai seseorang. Cowok itu unik, dia punya selera wanita yang berbeda dari cowok kebanyakan, dan Nuke yakini kalau cewek itu bukanlah dirinya.
"Siapa tau aja Ke, makanya ayo kita lanjutin misi kita."
Nuke menghela nafasnya, mencoba menahan kesabaran untuk menghadapi cowok di dekatnya "Gue udah nggak mau ngurusin itu lagi Darto."
Kenzo mengangguk paham "Oke kalau itu mau lo, gue Cuma nggak mau aja ngliat sahabat gue sedih, susah, karena ngadepin cowok labil kayak Kenzie" ucapnya penuh perhatian. "Jujur Ke, gue seneng banget punya sahabat cewek, gue seneng banget bisa sahabatan sama lo."
Nuke tersenyum, kali ini ucapan Kenzo berhasil membuat moodnya membaik "Makasih Ken, lo emang sahabat gue yang terbaik."
Tak lama berselang, Rio kembali datang sambil membawa sebotol air mineral dingin. Lalu bel pulang sekolah berbunyi, mereka segera kembali ke kelas untuk bersiap pulang.