Arwan menghabiskan waktu di sekolah karena masih tersisa cukup banyak waktu sebelum bel sekolah berbunyi sedang asik mendengarkan musik seraya mencoret-coret bebas di belakang buku tulis.
Ditengah-tengah itu semua, Devan kembali teringat akan tindakan kekanak-kanakannya pada waktu terjadinya kecelakaan. Berkat tindakan yang ia lakukan, ia harus kehilangan sahabatnya.
Saat itu Arwan dipenuhi rasa cemburu pada Devan karena sangat dekat denganku. Ia juga sulit sekali menerima fakta bahwa kami saling menyukai.
Rasa cemburu sedikit demi sedikit bertambah saat aku sedang asik membicarakan puisi. Dimata Arwan, aku sangat menikmati percakapan tersebut.
"Apa kamu bisa seasik itu saat mengobrol denganku?" batin Arwan.
Ketika aku berpisah dengan Devan, aku bertemu dengan Arwan. Arwan hanya diam saja melihatku. Aku yang sudah tahu sifatnya segera mengajaknya untuk berkeliling.
"Arwan, kamu masih aja kaku kalau berdua sama aku," ujarku sembari menikmati pemandangan.