Chereads / Pelayan Itu Adalah Pengeran Baruku / Chapter 17 - Kemarahan dari Para Penggemar

Chapter 17 - Kemarahan dari Para Penggemar

Yulia mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapan ibu Miko. Dia jelas tersenyum, dan matanya tampak lembut, tetapi kata-katanya tadi lebih tajam daripada pisau belati. Siapa yang tidak merasa gugup jika diberi pertanyaan seperti itu oleh ibu dari mantan kekasihnya?

Yulia menggigit bibirnya dan berkata setelah beberapa saat, "Pernikahan Miko… Aku tidak akan hadir, tante."

"Oh, begitu rupanya," kata ibu Miko dengan ringan, tanpa banyak bicara lagi. Dia mengganti topik dan berkata pada Citra, "Citra, gaun pengantin yang dipesan dari Prancis telah tiba. Jika kamu ada waktu besok, biarkan Miko menemanimu untuk mencobanya. Jika kamu perlu mengubahnya, kamu bisa langsung bilang pada desainernya. Bagaimana?"

Citra memandang Miko, "Jika Miko bisa besok, maka aku juga bisa, tante." Ibu Miko langsung menanggapi, "Tentu saja Miko besok bisa menemanimu."

Miko mendongak dan menatap Citra dalam-dalam selama hampir sepuluh detik, lalu menundukkan kepalanya untuk makan lagi, tanpa mengatakan apa pun. Tapi dia juga tidak menolak.

Yulia menunduk dan memandangi nasi yang ada di mangkuk porselen di depannya. Dia tidak berdiri dan mengucapkan selamat tinggal setelah dicampakkan oleh ibu Miko tadi. Bagaimanapun ini bukan pertama kalinya dia dipermalukan seperti ini. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dia adalah kekasih Miko pada saat itu, dan pria di sebelahnya akan selalu melindunginya. Sekarang, di meja ini, dia hanyalah orang luar yang bahkan tidak bisa bebas berbicara.

Setelah makan, Miko mengambil kunci mobil dari meja di ruang tamu dan berkata dengan lembut pada Citra, "Aku akan mengantarmu pulang." Sebelum Citra dapat berbicara, ibu Miko melirik Yulia sekilas, dan Yulia segera bangkit dari sofa seolah menerima semacam sinyal. Dia melambaikan tangannya pada Citra dan tersenyum paksa, "Tidak… Tidak, aku akan naik taksi sendiri. Miko, kamu bisa mengantar Citra pulang. Kamu juga bisa sekalian berkencan dengannya."

Tangan Miko sedang memegang kunci mobil. Dia berbisik pada Yulia, "Sulit untuk mendapatkan taksi di sini." Apa yang Miko katakan adalah benar adanya. Rumahnya terletak di salah satu perumahan paling terkenal dan paling elit di Kota Medan. Rata - rata garasi di rumah-rumah yang ada di sini memiliki lebih dari satu mobil pribadi, jadi tidak ada gunanya taksi melewati daerah ini.

Yulia tetap menolak, "Tidak apa-apa. Ada halte bus, aku bisa jalan kaki sebentar ke sana. Aku sangat suka naik bus. Aku tidak ingin merepotkanmu."

Citra menatap mereka dan berkata sambil tersenyum, "Tidak masalah, kamu ikut dengan kami saja. Miko bisa mengantarmu duluan sebelum mengantarku." Yulia memandangi senyum Citra, dan akhirnya mengangguk lembut, "Kalau begitu… Baiklah."

Setelah mendengar Citra, Miko langsung menuju mobil di garasi. Mobil melaju keluar dari area perumahan. Yulia berkata dengan lembut di kursi belakang, "Miko, kamu dapat mengantarku kembali ke tempat yang aku sewa."

Miko mengerutkan kening dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, kata dokter kamu harus tinggal di rumah sakit sebentar sampai keadaanmu pulih." Yulia menjawab singkat, "Aku tidak akan kembali ke rumah sakit." Wajah pria itu menjadi tegas sekarang, "Yulia, jangan egois."

Tidak ada suara untuk beberapa saat. Setelah hampir satu menit, Yulia berkata, "Jika kamu tidak mau mengantarku kembali ke apartemen, maka biarkan aku turun di perempatan di depan."

Miko melihat wajah sedih wanita itu di kaca spion. Dia mempercepat laju mobilnya tanpa sepatah kata pun, masih menuju ke arah rumah sakit. Yulia memekik, "Berhenti! Hentikan, hentikan, Miko, hentikan!" Tidak peduli seberapa keras teriakkan Yulia di belakang, pria yang mengemudi itu tidak bermaksud untuk menghentikan mobilnya sama sekali.

Begitu mobil berhenti di depan pintu masuk rumah sakit, Yulia langsung membuka pintu untuk keluar dari mobil. Tatapan Miko menjadi tajam dan dia melepas sabuk pengamannya tanpa berpikir, lalu keluar dari mobil untuk mengejar Yulia. Citra yang dari tadi duduk di kursi penumpang di samping Miko memandang wajah pria itu melalui jendela mobil. Tanpa sadar, tangannya mengepal karena menahan rasa cemburu. Dia tahu Miko tidak mencintainya, tetapi dia tidak pernah tahu bahwa Miko bisa mengabaikannya hingga saat ini.

Kata-kata Bening tentang apakah Citra akan bahagia jika menikah dengan Miko, walaupun dia sangat mencintainya tiba-tiba terngiang di telinga Citra. Penglihatannya tiba-tiba kabur. Di saat yang sama, ada suara berisik di luar mobil. Citra menoleh untuk melihat ke luar dan dia menemukan bahwa banyak orang tiba-tiba bergegas keluar dari tempat parkir, dan mereka memukul Yulia dengan sesuatu di tangannya. Dia terkejut, dan mengulurkan tangan untuk mendorong pintu mobil. Kemudian, dia terjatuh, dan sebutir telur yang mengenai dahinya.

Saat itu sudah malam, dan cahaya di tempat parkir rumah sakit agak redup. Citra yang terkena lemparan telur menundukkan kepalanya kesakitan dan menutupi dahinya. Tapi, tidak ada yang bisa melihatnya. Tiba-tiba, beberapa gadis muncul di dekatnya, dan mereka mungkin telah bersiap di sana sejak tadi. Gadis-gadis itu menuju ke arah Yulia.

"Wanita yang tidak tahu malu!" teriak salah satu dari mereka. "Pukul dia!"

Gadis yang lain tidak mau kalah, "Jika kamu punya suami, kenapa kamu masih berhubungan dengan tunangan orang lain? Kalau ini terjadi di zaman dahulu, orang-orang seperti kamu harus ditarik dan dikurung di kandang babi."

"Yulia, kami peringatkan padamu jika kamu tidak meninggalkan tunangan Citra besok, kami tidak akan membiarkanmu hidup!" pekik yang lainnya menambahkan. "Dasar jalang!"

Sambil berteriak seperti itu, para gadis itu menyerang Yulia, tetapi beberapa melemparinya dengan sesuatu dari jarak yang agak jauh. Citra yang berada tidak jauh dari Yulia telah terluka beberapa kali secara tidak sengaja saat berdiri di dekat pintu mobil. Setelah mendengar teriakkan dari para gadis itu, dia tahu apa yang sedang terjadi. Tepat ketika dia ingin berbicara, Miko berteriak dengan lantang, "Siapa pun yang berani memukulnya lagi akan berurusan denganku!"

Penglihatan Citra menjadi kabur oleh putih telur yang mengalir dari dahinya. Tapi meski begitu, dia bisa dengan jelas melihat kemarahan di wajah Miko. Hanya Miko yang melindungi Yulia di sana, karena setelah Yulia terkena lemparan telur yang pertama, dia memeluknya dengan erat. Setelah Miko mengatakan itu, tidak ada yang berani menyerang Yulia lagi. Orang yang memiliki akal sehat pasti tahu apa yang akan terjadi jika dia berurusan dengan bos muda itu.

Namun, di saat keheningan mulai tercipta, salah satu gadis berani berbicara dengan lantang, "Miko, apakah kamu layak menerima Citra jika kamu seperti ini terus?"

"Itu benar! Kenapa kamu harus berselingkuh? Apa cinta Citra saja tidak cukup bagimu, huh?" tanya gadis yang lainnya.

Segerombolan gadis itu marah lagi. Seorang gadis yang memimpin di depan melemparkan telur lagi ke arah Miko yang sedang memeluk Yulia, "Miko, aku tahu kamu hebat, tapi demi Citra, aku tidak akan takut padamu! Aku harus mengajari wanita jalang ini agar menjauh darimu!"

Citra sebenarnya tahu bahwa dia bisa menghentikan semua ini selama dia berbicara karena mereka semua adalah penggemarnya. Tapi dia tidak melakukannya saat melihat pria yang wajahnya sudah dipenuhi oleh putih dan kuning telur itu masih berusaha melindungi wanita yang ada di dalam pelukannya. Citra juga melihat Yulia yang sedang berada dalam dekapan Miko. Wanita itu mengangkat wajahnya dan memandang pria yang melindunginya, matanya penuh dengan cinta dan air mata.

Di tangga depan rumah sakit, dua pria yang sama tingginya sedang berjalan turun. Dua pria tampan dan mempesona itu memandangi kebisingan tempat parkir, dan mencibir, "Apakah itu penggemar Citra? Ini mengerikan."

Ternyata salah satu dari mereka adalah Satya, pengawal Citra. Satya melirik ringan ke arah keributan. Dia tiba-tiba menyipitkan mata ketika melihat sosok mungil tidak jauh dari kerumunan itu. Tanpa berpikir panjang, Satya langsung berjalan dengan tergesa-gesa.