Skip
Pulang sekolah Hani langsung pergi pulang ke rumahnya naik taksi. Sampai di rumah Hani melihat Papanya dan Mamanya sudah pulang.
"Kok cepet pulangnya" batin Hani.
Hani pun langsung masuk ke rumahnya dan benar saja dia melihat kedua orang tuanya sedang duduk di meja makan.
"Loh Mama sama Papa kok cepat pulang?" Tanya Hani.
Papa dan Mama Hani melihat kearah Hani, "Papa mau kedatangannya tamu" jawab Papa Hani.
"Siapa Pa?" Tanya Hani.
"Rahasia nanti juga kamu tau" jawab Papa Hani, Hani mengerutkan keningnya binggung dengan perkataan Papanya tadi.
Papa Hani bangkit dari kursinya dan berjalan kearah luar sambil membawa secangkir kopi.
Hani menatap Mamanya yang juga sibuk menyiapkan makanan.
"Memang siapa yang mau datang Ma?" tanya Hani.
"Kan tadi Papa udah bilang rahasia" jawab Mama Hani sambil tersenyum misterius kearah Hani.
Hani yang kesal dengan kedua orang tuanya pun segera naik ke atas menuju kamarnya.
"Apa salahnya sih tinggal ngomong aja ribet" ujar Hani dengan kesal.
Hani membaringkan tubuhnya di ranjang, lalu berpikir siapa yang akan datang ke rumahnya, setahu dia Papanya jarang kedatangan tamu.
"Udah ah nanti juga gua bakalan tau sendiri" ujar Hani, Hani bangkit dari tidurnya dan mengganti pakaiannya.
Setelah itu Hani turun kebawah untuk makan siang. "Pa" panggil Hani.
Papa Hani melihat kearah Hani, "Ada apa?" tanya Papa Hani.
"Tamunya kapan datang?" tanya Hani, sambil duduk di bangku yang biasanya dia duduki.
"Katanya nanti sore dia sampai" jawab Papa Hani.
Hani hanya manggut-manggut saja, lalu memakan- makanannya dengan hening, tapi dia masih penasaran dengan tamu yang akan datang nanti sore.
***
Hani sudah dari tadi menunggu tamu yang akan datang ke rumahnya karena ini sudah sore, dan Papa Mamanya pun sudah siap-siap.
"Pa, kapan sih tamunya datang" ujar Hani yang sudah capek menunggu orang itu.
"Tunggu sebentar Papa telpon ya" Papa Hani mengambil ponselnya, dan pergi kearah taman belakang.
Hani yang sudah jenuh pergi ke kamarnya, dia akan menunggu tamu itu di kamarnya.
Pukul 19.00 tamu itu tak kunjung datang, Hani melihat Papanya dan Mamanya di taman belakang, seperti membicarakan sesuatu.
"Pa, Ma" panggil Hani.
"Ada apa Han?" tanya Mama Hani.
"Tamunya kapan datang Ma?" tanya Hani yang terdengar kesal.
"Mungkin sebentar lagi sayang" ujar Mama Hani.
Hani hanya bisa mendengus kesal, mana dia lapar lagi belum makan malam. "Siapa sih yang mau datang sampai segitunya, gak tau apa gua udah lapar" batin Hani.
Hani kembali berjalan ke kamarnya. Saat sedang enak-enaknya bermain game di ponselnya. Mama Hani datang ke kamarnya.
"Han" panggil Mama Hani.
"Iya Ma ada apa?" tanya Hani.
"Ayo turun ke bawah Papa udah nungguin kamu, sama tamunya udah datang" ujar Mama Hani.
"Ohh iya Ma, Hani cuci muka dulu" ujar Hani, Mama Hani pun keluar kamar Hani dan berjalan menuju meja makan.
Selesai mencuci muka, Hani turun ke bawah untuk melihat tamu yang membuat dia mati kelaparan.
"Haii" sapa Hani, saat sampai di meja makan.
"Duduk Han" perintah Mama Hani.
Hani duduk di sebelah cowok yang sangat familiar menurut Hani, cowok itu enggan memalingkan wajahnya kearah Hani, dia terus menatap kearah piringnya.
"Jangan di liatin terus nanti lo suka sama gua" bisik orang itu lumayan keras.
Hani langsung memalingkan wajahnya kearah piringnya, dan makan dalam diam tanpa berniat menatap orang di sampingnya ini.
"Angga kamu mau tambah lagi nak" ujar Mama Hani.
"Tunggu, siapa tadi? Angga? Angga, OMG! orang yang paling jahil di seluruh dunia, ternyata tamu yang paling di tunggu-tunggu oleh Papa" teriak Hani dalam hatinya.
"Enggak Tan Angga udah kenyang kok" ujar Angga.
Hani menatap kearah cowok itu dan benar saja itu Angga. "ANGGA!" teriak Hani kaget.
Angga menatap Hani dengan senyum jahilnya.
"Berisik Han" ujar Angga.
"Han jangan teriak-teriak pusing Mama dengernya" ujar Mama Hani.
"Jadi tamu Papa yang Papa tunggu itu Angga?" tanya Hani masih dengan kagetnya.
"Iya Hani" jawab Papa Hani.
"Serius ya gara-gara kamu, aku hampir mati kelaparan" ujar Hani sambil menatap Angga dengan tatapan membunuh.
"Lah kok aku, mau makan tinggal makan Han apa susahnya" jawab Angga membela dirinya.
"Udah kalian ini makan dulu, nanti kita keruang keluarga ada yang mau Papa omongin" ujar Papa Hani dengan tegas.
Mau gak mau Hani dan Angga mengakhiri perdebatan mereka dan melanjutkan makannya.
Selesai makan Hani, Angga dan juga Papa Mama Hani pergi ke ruang keluarga.
Hani duduk bersebelahan dengan Angga, dan berhadapan dengan orang tuanya.
"Ada apa Pa?" tanya Hani.
"Jadi gini, Angga bakalan tinggal sama kita, dan dia juga akan satu sekolah sama kamu" ujar Papa Hani.
Hani yang mendengar itu tercengang, "Tapi kenapa Pa?" tanya Hani merasa tidak terima.
"Papanya Angga sudah mempercayai Papa, supaya Angga tidak nakal lagi, dan ya Angga ini kan sepupu kamu jadi gak papa dong" jawab Papa Hani.
Hani menatap Angga yang sedari tadi diam, lalu kembali menatap Papanya dan Mamanya "Oke, gak papa" jawab Hani.
Ya memang Angga ini sepupu Hani, dan juga sepupu Gracia, mereka bertiga kalau udah jumpa kayak kucing sama tikus berantam terus.
"Oke Angga kamu tidur di atas, kamar kamu di depan kamar Hani" ujar Papa Hani.
"Iya om" jawab Angga dengan anggukan.
"Han kamu antar Angga" suruh Mama Hani.
"Dia juga udah tahu Ma" jawab Hani menolak.
"Udah sana anterin aja" ujar Papa Hani.
Hani berdiri lalu mendengus kesal, "Ayo, aku antar" jawab Hani.
Hani berjalan duluan, dan Angga di belakang Hani. Sampai di depan kamar Angga, Hani menatap Angga dengan sinis.
"Santai aja liatnya Mbak" ujar Angga.
"Udah ini kamar kamu, aku mau ke kamar aku bye" ujar Hani, lalu pergi meninggalkan Angga.
Hani masuk ke kamarnya dan menutup pintunya sedikit di banting.
"Hufff... Kesel banget aku, itu anak ngapain sih disini" ujar Hani sambil memandang langit-langit kamarnya.
"Bakalan di kerjain aku setiap hari sama Angga" ucap Hani lagi.
Setelah selesai berbicara sendiri, Hani merasa ngantuk dan segera menarik selimutnya, dan tidak berapa lama Hani terlelap kedalam alam. mimpinya.
Beda halnya dengan Angga yang sibuk membereskan barang-barangnya ke dalam lemari.
"Capek juga ya, mana gak ada yang bantuin" gumam Angga sambil menyeka keringatnya.
"Ayo semangat Angga tinggal sikit lagi" ujar Angga menyemangati dirinya sendiri.
Setelah selesai Angga pun berbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamarnya, dia sebenarnya malas pindah cuman karena paksaan Papanya, mau gak mau dia harus pergi. Tidak berapa lama Angga pun ikut terlelap.