Chereads / Trauma (Kisah si Alisa) / Chapter 1 - Bab 01

Trauma (Kisah si Alisa)

🇮🇩Apryl_ieda
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 01

Malam ini hujan sangat deras disertai suara petir. Seorang gadis dengan menepiskan rasa takutnya melangkahkan kakinya di atas aspal yang basah karena guyuran hujan, sesekali melompat kecil untuk menghindari genangan air. Dengan tangan sedikit basah sambil mencekram kuat pada gagang payung agar tetap tegak, karena hembusan angin yang cukup kuat, tenang saja tubuhnya tidak akan basah karena memakai jas hujan.

Gadis itu mempercepat tempo jalannya agar lebih cepat sampai ke tempat tujuan dan sesekali menengok kiri kanan karena keadaan jalan yang sepi. Hingga akhirnya terhenti di depan sebuah rumah berpagar tinggi besi berwarna putih. Tanpa ragu, gadis itu perlahan membuka pintu pagar yang terlihat tidak terkunci, sampai berhenti di teras rumah, segeralah gadis itu meletakan payung di lantai dan melepas jas hujannya lalu meletakkannya pada sandaran kursi yang berada di teras rumah tersebut.

Tok...

Tok...

Tok...

Ceklek.

Tak selang beberapa lama pintu besar bercat coklat itu terbuka, terlihatlah sosok pria jakung dengan rambut acakan dan muka sedikit pucat. Dia terkejut, akan seseorang dihadapannya.

"Hai...bagaimana keadaanmu, sudah baikan?" Tanya gadis berponi, tak lupa dengan seyum manisnya yang terlihat imut itu.

"Astaga.!! Alisa..!!"

Dengan segera, pria itu menarik tangan Alisa untuk masuk ke dalam rumahnya, setelahnya menutup pintu itu.

"Seharusnya kau tidak memaksakan diri datang di cuaca hujan lebat seperti ini..!!." Kata pria berhidung mancung itu dengan wajah khawatirnya.

"Aku mengkhawatirkanmu Ndra..., setelah mengabariku bahwa kau demam, apalagi orangtuamu tidak dirumah." Pandangan Alisa menyusuri keseluruh ruangan.

Rendra menatap Alisa terlihat kedinginan.

"Ya sudah...kita ke kamarku saja."

Segeralah Rendra menarik tangan Alisa menuju tangga, berjalan menaiki lantai dua menuju kamarnya.

Sesampainya di depan pintu kamarnya, Rendra memutar handle pintu, membukanya dan memasuki ruangan luas bercat putih yang terang karena pencahayaan lampu. Setelah keduanya memasuki kamar Rendra, pemuda itu lalu menutupnya kembali dan...menguncinya.

"Kenapa pintunya di kunci??" Tanya Alisa heran.

"Tidak apa-apa. Apa kau keberatan?". Tanpa menjawab malah berbalik tanya dengan menaikkan alis matanya sebelah.

Alisa menggelengkan kepalanya pelan dengan menunduk sudahlah dia tidak mau berpikir yang tidak-tidak pada kekasihnya ini. "Tidak."  Kepala Alisa mendongak memandang pemuda itu. "Apa kau sudah minum obat?". Lanjutnya sambil menjulurkan tangannya ke kening Rendra untuk memeriksa suhu badannya.

Rendra memegang tangan Alisa.

"Sudah." Menggelengkan pelan kepalanya sembari tersenyum tipis. "Badanku sudah lebih baik, begitu kau datang." Pegangan tangan sudah menggantung kebawah, diikuti Rendra menunduk menatap tangan yang saling bertautan lalu kembali menatap Alisa dengan menyungging senyum manisnya, Alisa pun membalasnya dengan senyuman tak kalah manisnya.

Hening sesaat, saat mereka saling berpandangan dengan intens.

Dikamar Rendra hanya terdengar rintikan hujan yang terdengar dari luar cendela dan udara dingin yang menghembus masuk dari cela-cela cendela yang sedikit terbuka menjadikan suasana menjadi romantis.

Sesaat kemudian.

"Alisa." Rendra memecah keheningan dengan suara lembut dan tatapan Rendra yang intens dengan menjulurkan tangannya untuk mengusap pipi putih gadis itu.

Alisa tersenyum dan menutup matanya, menikmati elusan lembut dari Rendra.

"Ya." Tak kalah lembutnya Alisa pun menjawabnya.

Pemuda itu tidak berkata apapun, hanya dengan tatapan intens Rendra. Hingga sentuhan itu turun ke bibir merah muda Alisa yang menarik perhatiannya, Rendra menyentuhnya dengan ibu jari. Dengan gerakan pelan wajah pemuda itu mengikis jarak dari wajah Alisa, hingga kedua bibir itu bersentuhan.

Bibir keduanya bertemu, sedikit melumat. Alisa yang awalnya terkejut, gadis itu mengira hanya sebuah kecupan, namun tidak dan akhirnya Alisa terbawa suasana sehingga menutup matanya, mulai mengimbanginya.

Tanpa terasa ciuman itu mulai memanas dan Rendra mulai terjerumus lebih dalam, pemuda itu mulai mengabsen lebih dalam rentetan gigi Alisa dan lidahnya mulai bertautan. Tangan pemuda itu mulai tengkuk leher Alisa untuk memperdalam ciumannya. Tanpa permisi tangan Rendra yang satunya sudah berpindah pada dada Alisa untuk meraih gundukan yang menarik kaum adam yang melihatnya karena cukup besar dari ukuran tangannya.

Saat Rendra akan meremas-remas lembut gundukan itu, Alisa tersadar, gadis itu tersentak kaget atas perlakuan kekasihnya, segeralah Alisa menyentuh dada Rendra mendorong kuat untuk menjauh dari tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan Ndra!!" Terlihat akan wajah Alisa yang memerah kesal.

"Kenapa Sa, kita kan saling mencintai. Bukannya itu hal yang wajar sebagai sepasang kekasih." Rendra melangkah maju kearah Alisa. "Ayolah Sa~" Sambil mendekati tubuhnya lagi dengan kedua tangan meraih pinggang gadisnya untuk menarik lebih dekat.

Dengan cepat Alisa menyentuh dada bidang Rendra lagi mendorong kuat tubuh pemuda itu untuk menjauh.

"Tidaaaaak!! Gak Ndra, ini salah. Bukan ini yang di sebut cinta!!" Dengan cepat Alisa membalikan tubuhnya menuju arah pintu kamar untuk keluar.

Namun langkah Rendra lebih cepat, tangan Rendra sudah melingkar pada perut Alisa menahannya untuk membuka pintu dari arah belakang punggung Alisa setelah itu membalikan tubuh Alisa untuk kembali menghadapnya. Kedua tangan Alisa di cekal kuat oleh Rendra mengangkatnya disisi kepala Alisa.

"Sudahlah Sa…nanti kamu akan menikmatinya, sayang~." Rendra mendaratkan ciumannya dicerutuk leher jenjang Alisa dan Alisa meronta-rota berupaya agar cekalan tangan Rendra itu terlepas, namun Rendra malah lebih kuat dengan genggamannya.

"Alisayaaaang….malam ini, kau milikku seutuhnya" Dengan senyum smirknya. Alisa hanya menggeleng cepat untuk menolak perlakuan Rendra.

Dengan cepat Rendra mengangkat kaki Lisa, membopong tubuh Alisa pada pundaknya.

Rendra menurunkan tubuh Alisa pada ranjangnya dengan pelan, lalu mengungkungnya.

Tanpa lama-lama Rendra meraup bibir Alisa menciuminya dengan brutal. Kedua tangan Alisa menyentuh dada Rendra, menahan kuat mencegah ciumannya tapi percuma tenaga Rendra lebih kuat. Hingga ciuman itu turuh ke leher Alisa lalu menciuminya, menjilatnya, menggigit kecil sehingga meninggalkan tanda kepemiliknya dengan gairah yang meluap-luap tanpa cela. Alisa hanya meronta-ronta atas kelakuan Rendra, gadis itu pun berteriak histeris, namun semua itu sia-sia tak ada tanggapan apapun dari Rendra tanpa sadar liquid bening itu keluar dari kelopak matanya, seketika tangan kuat Rendra merobek baju Alisa sehingga memperlihatkan dadanya yang masih tertutup bra.

"AAAAAAAAAHHHHHHHH"

Teriakkan Alisa pun semakin kencang namun tetap tak di gubrisnya, Rendra masih terus saja mencumbuinya apalagi terlihat belahan dada Alisa pada belahan bra itu. Benar-benar gila, sungguh gila, tak tahu setan apa yang telah merasukinya. Alisa heran dengan perilaku Rendra malam ini. Apa ini sebuah rencana Rendra sebelumnya? Entahlah Rendra seperti orang kesurupan dengan hasrat yang mengebu-gebu seperti sudah tidak dapat di tahan lagi.

Dimanakah sosok Rendra sahabat yang baik hati, lembut yang perhatian selama ini.

Ya. Sebelumnya sepasang kekasih, adalah sebatas sahabat yang saling membutuhkan satu sama lain. Tak ada cela untuk setiap waktunya, karena keseharian mereka seperti berangkat sekolah bersama, belajar bersama bermain pun bersama, karena dimana ada Alisa di situ ada Rendra yang selalu bersama dan mengahabiskan waktu bersama.

Seiring berjalannya waktu, perasaan itu berubah. Tak memungkiri juga bahwa Alisa juga nyaman jika bersama Rendra. Akhirnya mereka mengubah statusnya menjadi sepasang kekasih.

Tak habis pikir ternyata sikapnya malam ini berubah 180 derajat. Entahlah bisikan setan darimana yang merasukinya.

Kedua tubuh itu masih tetap menyatu, entah bagaimana Rendra pun sudah bertelanjang dada. Pemuda itu masih menikmati tubuh polos Alisa yang berbalut bra saja dan bawahan yang masih lengkap. Gadis itu tak bisa menghalunya, kenikmatan yang diberikan Rendra tak bisa mengubahnya, hanya ada sebuah penyesalan dalam benak Alisa. Tak bisa diutarakan bagaimana keadaan Alisa sekarang, Alisa yang lemas, tubuh penuh tanda merah, wajah sendu dengan cucuran air mata yang tak henti-hentinya keluar dari kedua mata bulat Alisa dan lagi kedua tangan yang terikat diatas kepalanya. Namun, itu tidak dapat menghentikan aktifitas Rendra.

Saat Rendra sudah puas menikmati tubuh dan bermain dengan kedua gundukan itu yang ternyata sudah terlepas dari balutannya. Rendra menjauhkan jarak sedikit untuk beralih pada celananya guna membuka resletingnya.

Ini adalah kesempatan Alisa. Dengan tenaga yang tersisa sedikit, dia gunakan untuk menendang selangkangan Rendra dengan lututnya.

Pemuda itu mengaduh kesakitan dengan meraih selangkangannya yang kesakitan.

Alisa buru-buru bangkit dari ranjangnya berlari kecil menuju pintu kamar, namun setelahnya dia meraih bajunya yang terbuang dilantai.

Keberuntungan Alisa, gadis itu sudah melewati pintu, namun saat akan turun kebawah, tangan kekar itu sudah meraih kembali tubuh Alisa.

Saat ini Alisa tidak tinggal diam, dia masih berusaha menolaknya, berusaha melawannya dengan sisa tenaganya.

Hingga akhirnya, tak tahu bagaimana terjadinya, Rendra kehilangan keseimbangannya. Rendra terjatuh dari tangga lantai atas, pemuda itu berguling-guling cepat menuju lantai bawah. Alisa menutup mulutnya yang terbuka lebar melihat kejadian itu.

Saat tubuh Rendra sudah mencapai lantai dasar, seketika darah segar keluar deras membeleber keseluruh tubuh Rendra.

Dengan langkah pelan Alisa melewati tangga, menuruninya selangkah demi selangkah dengan langkah pelan menuju tubuh Rendra yang terlihat mengenaskan.

Melihat itu, mulut Alisa menangis histeris dengan apa yang terjadi, meskipun tadi perlakuan Bambam tidak manusiawi, tapi melihat keadaan Rendra yang sekarang Alisa pun takut, tangisan Alisa semakin kencang. Tubuh pemuda itu terlihat tidak ada gerakan.

Alisa tetap mengonyang-goyangkan tubuh itu, namun tidak ada respon sama sekali.

Oh...tuhan apa dia sudah meninggal??