Chereads / Home of Ardor / Chapter 18 - CHAPTER XVIII : TEKA-TEKI SANG ORACLE

Chapter 18 - CHAPTER XVIII : TEKA-TEKI SANG ORACLE

Kediaman Castiello terkenal akan kemegahan serta kemewahan dari mansion bergaya kuno inggris berukuran yang tak kalah dengan sebuah kebun apel mungkin, kini hampir hancur separuh isinya dari mansion Sang Duke yang terletak dikawasan Nottingham. Beberapa pria berseragam zirah besi sibuk mengeluarkan para tamu undangan pesta yang seharusnya menjadi perayaan bahagia bagi Sang Tuan Muda. Salah satu yang tampak sibuk adalah pria bersurai pirang memantau setiap pergerakan bawahan beserta lingkungan sekitar mencegah agar tidak terjadi hal lain yang akan menambah mereka kerepotan.

Dan dalam satu detik yang sama setiap orang yang ada disana menunduk berlutut dengan wajah pucat pasi, bahkan tubuh mereka bergetar hebat. Sang Castiello tengah meledak itu adalah pertanda dari sebuah jerit dan tangis yang menggema ditengah dinginnya malam bersalju, seluruh kaum Asmodia mengetahui rahasia umum ini.

' Eckart'

Hitungan detik kemudian pria pirang itu telah berada dihadapan Tuan mudanya itu masih menunduk, meskipun rautnya tampak tenang namun peluh beranak sungai dikeningnya. Maklum saja mendekat pada sumber dari aura yang menekan setiap orang sehingga membuatnya harus melawan agar tetap berdiri dan meemnuhi perintah Sang Tuan.

" Bawa seluruh keluarga Delmon dan letakkan mereka ditempat yang seharusnya." Titah seorang pria bermanik ruby menyala yang kini tengah berdiri ditengah ruangan yang tampak sangat kacau dengan reruntuhan disana sini. Eckart mengangguk sebelum kapten pasukan Castiello itu beranjak menjalankan perintah sang Tuan, tiba-tiba saja tubuh seorang gadis yang ia kenal baru saja dilempar dan terjatuh tepat disampingnya, gadis bersurai merah menyala yang tak lain dalang dari insiden malam ini. Rayn Delmon baru saja kembali dibangkitkan entah yang keberapa kali karena gadis itu tidak lagi dalam keadaan utuh, bagaimana bisa dikatakan utuh jika ia hanya memiliki sebelah tangan dan kedua mata yang buta. Rautmya tampak ketakutan bahkan nafasnya tersengal-sengal. " Aku lupa bawa 'sampah' ini bersama mu, letakkan juga ditempat yang sama."

" Baik, Tuanku."

Lucas memejamkan mata sebentar berusaha menormalkan kembali aura yang bisa saja membunuh semua bangsawan beserta bawahannya itu. Setelah dirasa cukup pria itu kembali melangkah dalam keadaan tenang, beberapa kali ia melirik ksatrianya tengah membantu beberapa tamu undangannya keluar dari reruntuhan. Pria berambut api biru tersenyum menampilkan deretan gigi runcingnya, sementara dihadapan sang pria terdapat seorang wanita bersurai ular mendekap erat gadis perak yang kini setengah sadar menatap balik dirinya tersenyum lembut.

" Oh, Gavril bagaimana apa sudah selesai?" Tanya sang Dewa Dunia Bawah itu berjongkok dan bermain-main dengan tengkorak yang selalu dibawanya. Lucas hanya mengangguk sekilas dan berlalu melewati Sang Dewa dan berhenti tepat dihadapan Medusa yang entah bagaimana telah berada disini dan tak menjauh selangkah pun dari sisi gadisnya.

Medusa tak menatap manik ruby yang kini tengah menatapnya, ia benar-benar tak mengetahui apapun sehingga agar menghindari hal semakin kerepotan dirinya lebih memilih mengikuti instingnya karena siapapun sosok pria ini, dirinya pasti seorang pemimpin karena dengan mudah menghancurkan si gadis berambut 'cabai' itu. Kemudian manik legam Medusa melirik sang Dewa yang ia kenal karena bagaimanapun ia sudah mati dan pernah bertemu Hades.

" Sepertinya aku telah melewatkan banyak hal." Lucas berlutut hendak meraih Eve yang masih dalam dekapan Si Wanita Ular, Medusa menegak saliva nya kala beradu pandang dengan Sang pemilik manik ruby saga itu. Tangan halus dan lembut milik nonanya menyadarkannya, Evelyna tersenyum mengangguk. " Tidak apa-apa, dia calon suamiku."

Entah mengapa mendengar ucapan Sang Nona membuat Medusa salah tingkah, wanita itu menyerahkan tubuh ramping Eve kepada Sang Castiello. Eve tersenyum kembali dan berucap tanpa suara berterimakasih, Abdinya itu hanya berdeham sebelum mengubah dirinya menjadi sebuah cincin berwarna perak berbentuk ular bermata hitam yang kini telah menghiasi jari tengah Eve.

" Bisakah kita pulang? Aku merindukan rumah." Eve tersenyum menyenderkan kepalanya yang terasa pening pada dekapan Lucas, pria itu hanya menepuk perlahan puncak kepala tunangannya, kemudian berjalan meninggalkan mansion kediamannya yang tak lagi dapat disebut sebagai mansion. Dibelakangnya Hades mengekor masih membelai tengkorak digenggamannya memperhatikan kedua sosok yang telah berjalan mendahuluinya.

*****

Mentari pagi menembus udara dingin Wiltshire membiaskan kristal-kristal es yang terukir tak tentu disepanjang ranting pohon, pagi baru saja hampir tiba namun kediaman kedua Castiello telah sibuk sejak pagi buta ketika kedua Tuan Muda mereka dan tak lupa Sang Calon Duchess tiba dalam keadaan tidak baik. Sang nona lagi-lagi dalam keadaan tubuh penuh noda darah telah kehilangan kesadarannya, kemudian si Bungsu Castiello pun tampak cukup kacau karena pakaiannya yang terkoyak dibagian perut. Terlebih lagi sang Tuan Muda Duke membawa tamu yang tak akan pernah mereka duga yaitu Hades mengekor mengikuti ketiganya.

Dan begitulah setelahnya Evelyna tak sadarkan diri dengan suhu tubuh yang cukup tinggi tengah beristirahat dan telah diberikan perawatan oleh Jack sebelum pria itu beralih merawat sisa luka milik Erudian yang sebenarnya telah pulih.

Ruang berdinding maroon disertai corak sulur berwarna perak dan dihiasi patung Gargoyle[1] diatas perapian yang kini tengah menyala tampak suram karena suasana tertekan yang timbul dari dua sosok adidaya disana. Lucas tengah duduk diatas sofa beludru berwarna merah wine sembari menyesap teh Darjeeling, sementara sosok dihadapannya bersandar dikursi sofa panjang beludru berwarna hitam menikmati cairan kental merah yang disajikan sang Tuan Rumah.

" Jadi, kau adalah pelayan dari seorang Oracle yang dipanggil melalui ritual dengan mengadakan perjanjian bersama Thanatos?" Lucas meletakkan cangkir tehnya dan bertanya pada wanita ular yang sejak semalam tiba-tiba sudah menempel pada gadisnya itu. Medusa mengangguk kaku menenggak salivanya berusaha tetap berdiri tanpa merasa gemetar karena tekanan diruangan.

" No-nona Evelyna adalah seorang Oracle yang keberadaaannya diincar oleh komplotan orang beserta Lycan yang pernah saya kalahkan tiga tahun lalu, te-tepatnya saat natal dan pertama kali ritual diadakan termasuk perjanjian yang diajukan kepada De-dewa Thanatos." Bersusah payah Medusa menjelaskan apa yang ia ketahui selama ini. Begitu mereka tiba dan Sang Nona diletakkan oleh Sang Castiello dirinya dipanggil karena pria itu meminta penjelasan. Atau lebih tepatnya melakukan interogasi padanya.

Berada dihadapan dua sosok yang paling ingin ia hindari setelah saudarinya adalah sebuah takdir yang tak pernah ia harapkan atau perkirakan, sang Dewa Dunia Bawah dan sosok iblis adidaya bahkan berada jauh diatas legenda sepertinya.

" Kau pintar sekali memilih tunangan Gavril. Seorang Oracle yang bahkan hampir tidak bisa bereinkarnasi atau menurunkan garis darah milik Delfi[2] selama beberapa waktu justru kau berada dekat sekali denganmu." Hades tersenyum miring mengangkat gelasnya tinggi, manik gelap legam keseluruhannya itu memprhatikan satu-persatu kedua sosok itu. " Aku hanya memungutnya, aku bahkan tidak tau dia seorang Oracle." Lucas menjawab tanpa menoleh masih menatap lurus patung Gargoyle dihadapan mereka.

Tawa keras menggema diruangan kerja sang Duke dari Hades membuat cairan digelasnya hampir saja tumpah." Yang benar saja, tidak akan ada iblis yang tak bisa mengenalnya terlebih putra Lucifer." Sebelah tangannya mengibas-ngibas karena merasa lucu akan ucapan yang terdengar seperti gurauan ditelinganya, namun tawanya berhenti kala melihat raut datar Lucas yang bahkan tak berniat menanggapi ucapan gila Hades.

" Ekhem.. Jadi, apakah Thanatos memberitahukanmu sesuatu wanita ular?" Hades mengajukan pertanyaan setelah bedeham sejenak, Medusa ingin sebenarnya menendang muka mesum nan menyebalkan Sang Dewa Dunia Bawah namun ia masih mengerti bagaimana posisinya.

" Dewa Thanatos tidak mengatakan apapun,namun sesaat setelah saya dipanggil saya mendapat pesan dari pria berambut pirang yang mengaku ayah dari nona." Lucas menaikkan sebelah alis tebal nan tajamnya, Hades mengangguk pada Si Wanita Ular. " Pria itu berkata untuk menjelaskan apapun yang saya lihat dan ketahui tentang Oracle karena memang sebelumnya saya pernah melayani salah satu diantara mereka meskipun dalam waktu singkat."

Kata-kata Medusa tergantung begitu saja, wanita itu melirik kedua pria dihadapannya bergantian, " Kemudian pria itu diambil sebagai harga dari perjanjian yang dibuat bersama Thanatos."

" Nyawanya ya." Hades bergumam dan memilih merebahkan dirinya disofa panjang itu masih tetap mendengarkan Sang Wanita Ular. Medusa mengangguk pelan sekilas ingatannya kembali pada saat pria pirang tiga tahun lalu yang menerima tangan sang Dewa Kematian dengan sukarela tersenyum berterima kasih padanya. " Baru lah segel yang dibuat pria itu bekerja."

Lucas langsung beralih memandang wanita bersurai ular itu, " Apa maksudmu dengan segel yang dibuat Ayah Eve?" Medusa terdiam berfikir sejenak mengingat kembali kejadian tepat setelah ritual perjanjian dengan Thanatos berhasil dan Sang Nona yang segera kehilangan kesadaran karena dampak dari ritual tersebut.

" Pria itu melakukan mantra segel untuk menyegel ingatan serta kekuatan Nona, sepertinya agar tak ada seseorang pun bisa mengetahui jika putrinya adalah seorang Oracle."

Dahi sang Duke mengernyit mendengar penuturan wanita dihadapannya, ia tak mengetahui bahwa tunangannya itu seorang Oracle atau gadis pendeta. Oracle sendiri adalah para pelayan sekaligus putra dari Dewa. Mereka kerap menjadi incaran karena diberikan anugerah dapat berhubungan bahkan membuat perjanjian dengan para Dewa meskipun dengan memberikan jaminan sebagai harga dari apa yang mereka inginkan.

Dan yang membuat mereka dianggap sebagai ancaman karena kemampuan pandangan mereka melihat masa depan, karena itu juga Oracle disebut dengan Peramal Dewa. Lucas mendesah setumpuk teka-teki tentang takdir lelucon yang ternyata disiapkan para Dewa sialan membuat otaknya hampir sekarat. Medusa tersedak saat manik ruby tajam lucas tetiba saja menatapnya.

" Kau bilang segel itu berguna agar jati diri Evelyna tidak diketahui, apakah ada orang lain yang mengejarnya selain komplotan itu?' Gelengan kecil Medusa menjadi jawaban yang ia berikan karena lidahnya tetiba saja kelu tak dapat berucap.

" Apa kau tau siapa komplotan itu?" Lagi-lagi Sang Wanita Ular menggeleng pelan, Duke hanya kembali menatap patung diatas perapian, entah apa yang membuatnya yang sepertinya senang memperhatikan patung mengerikan itu.

" Apa hanya itu yang kau tau?" Si wanita bersurai ular itu mengangguk cepat jantungnya berdegup kelewat kencang bukan karena pesona bahkan wajah tampan sang Duke hanya saja ia merasa bisa dibinasakan kapan saja oleh sosok dihadapannya.

" Kau boleh pergi." Hades tersenyum menampakkan deretan gigi tajamnya lagi melambaikan tangan dan kedipan sebelah mata, sayangnya Medusa justru bergidik jijik melihat tingkah Sang Dewa. Langkahnya kembali berhenti saat namanya dipanggil Sang Castiello, mau tidak mau dirinya kembali melihat kearah calon suami Tuannya itu.

" Ubah rambut ularmu itu, kita hidup disekeliling manusia mereka akan ketakutan." Medusa menahan nafasnya sesaat berusaha tidak mengeluarkan sederet makian yang akan mengantarkannya menuju jalan binasa, alhasil anggukan dan senyum masam yang ia berikan.

" Oh, satu lagi."

'Sekarang apa lagi.' Si Wanita itu kembali menoleh, alisnya berkerut melihat Lucas yang mengalihkan pandangan darinya.

" Ganti juga pakaianmu, aku benci melihat wanita menampakkan kedua bongkahan menggelikan milik mereka. Minta saja pada pelayan pribadi Eve bernama Helga." Ucap Lucas diiringi decakan dan ekspresi geli serta tatapan merendahkan.

Medusa tersenyum dan menutupi dadanya dengan sebelah tangannya, merasa tersinggung dengan ucapan Lucas yang menusuk terlebih lagi Hades justru tersedak dan tertawa keras menertawakannya, sial.

" Baik Tuan Muda, Saya permisi."

[1] Patung yang digunakan untuk menakuti roh-roh jahat sama halnya dengan Golem yang hidup. Biasaanya Gargoyle digunakan sebagai penjaga suatu tempat seperti katedral atau kastil . Mereka juga dapat digambarkan sebagai wadah untuk kerasukan setan atau sebagai spesies hidup yang menyerupai patung.

[2] Oraclel terkenal di Yunani yang dilindungi oleh dewa Apollo