Chereads / Home of Ardor / Chapter 23 - CHAPTER XXIII : PANTI ASUHAN EDEN

Chapter 23 - CHAPTER XXIII : PANTI ASUHAN EDEN

Awal tahun yang tampak berbeda, hidup sebagai sosok yang berbeda bahkan lembaran yang bisa dikatakan baru meskipun seseorang masih tetap terhubung dengan rantai kehidupan masa lalunya. Bahkan perlahan tabir yang menyelimuti takdir tersebut mulai muncul ke permukaan. Takdir menyakitkan yang membawa kenyataan bahwa ia merupakan penyebab kematian seseorang yang sangat berharganya, tak hanya itu rahasia tabir itu masih menyimpan kisah tersembunyi lain seperti kenyataan bahwa mahkota sang terkutuk sekaligus yang terberkati tersemat padanya. Sosok ini adalah gadis dengan rambut bak sutera perak, Tuhan bahkan mematri wajahnya secantik Aphrodite.

Gadis itu sendiri kini tengah memulai awal tahun dari kehidupannya dengan senyum lebar dan sebuah tangan besar hangat yang mengenggam tangannya. Saat ini gadis yang hidup dengan nama baru Evelyna De Lorraine itu tengah berjalan menuju kereta kuda yang telah disiapkan didepan Manor kediaman Castiello, tangannya saling bertautan pada pria tampan berperawakan tinggi dan gagah terlebih mantel hitam kesukaannya yang selalu membalut tubuh sang Duke menambah kesan manly bagi siapapun yang melihatnya.

" Ada apa ini kenapa kau sangat bersemangat?" Lucas tersenyum menyelipkan anak rambut perak gadisnya yang menatapnya hingga iris zamrudnya hendak memenghilang karena tersenyum. Eve meringis dan mengangguk cepat, saat ini gadis yang seharusnya berusia 21 tahun itu justru tampak seperti anak kecil berusia 7 tahum yang hendak pergi bersama sang ayah untuk mendapat hadiah.

" Aku tidak sabar bermain dengan anak-anak." Gadis itu mengeluarkan beberapa bingkisan dari saku mantel krem miliknya, membuat sang pria mengintip dari puncak kepala tuanangannya itu. Tawa sang Duke meledak saat melihat apa yang baru saja diambil Eve dari sakunya.

" Lucas jangan tertawa, apakah seaneh itu bentuknya?" Evelyna menekuk bibir tipisnya karena ditertawakan pria dihadapannya saat melihat roti jahe yang ia buat didapur semalam. Ia memang menyiapkan beberapa untuk dibagikan kepada anak-anak panti asuhan yang akan mereka kunjungi, naasnya sang tuan roti jahe itu berbentuk aneh hingga membuat Lucas tertawa tertahan.

Oh, sebenarnya ini adalah kegiatan rutin Duke Castiello untuk selalu berkunjung ke beberapa panti asuhan baik di Nottingham atau Yorkshire. Hanya karena ia seorang iblis maka ia tak boleh membantu anak-anak yang malang itu. Setidaknya meskipun ia terikat akan takdir terkutuk ia hidup bergelimang harta yang tak akan habis.

Dan salah satu rumah panti yang akan mereka kunjungi berada didaerah Nottingham tepatnya disalah satu desa bernama Ruddington yang berada disebelah selatan kota. Rumah panti ini dirawat oleh para biarawati yang juga mengurus sebuah gereja masih di wilayah yang sama. Desa dengan pemandangan perumahan cukup padat adalah pemandangan yang menyambut kedua insan ini, angin musim dingin yang berhembus cukup kencang hingga tudung mantel Eve terbuka menerbangkan anak rambut peraknya. Lucas merapatkan tubuh mungil gadisnya, mencoba menghalangi angin musim dingin yang berhembus cukup kencang menimbulkan semburat serta senyum tipis diwajah ayu Eve,

" Panti Asuhan Eden." Eve membaca palang yang terpasang dipintu masuk sebelum memasuki pekarangan bersalju rumah berlantai dua diujung sana, irisnya berbinar saat lambaian tangan mungil menyapa mereka.

Lucas tak dapat berhenti menahan bibir tipisnya tersenyum, bagaimana tidak ia merasakan sesuatu yang aneh menghangat dalam rongga dadanya saat melihat gadis bersurai perak itu tersenyum dan berlari memeluk satu persatu anak-anak yang tampak antusias akan kedatangannya. Bahkan ia dengan mudah telah membaur dan segera ditarik masuk ke dalam rumah melupakan pria tampan kesayangannya.

" Sepertinya nona muda menyukai tempat ini Tuanku." Eckart baru saja meletakkan koper beserta beberapa kebutuhan pokok bagi persediaan panti bahkan termasuk pakaian serta mainan, kepala keluarga Castiello itu telah menyiapkan tak tanggung-tanggung.

" Sungguh, kami berterimakasih banyak kepada anda Duke hingga anda berkenan datang berkunjung ke selatan." Seorang wanita bersetelan pakaian biarawati menyambut dan berjalan membimbing tamu pentingnya hari itu.

" Tidak, ini bukan apa-apa. Kami yang harus berterimakasih kepada suster karena telah merawat mereka hingga bisa tumbuh dengan baik."

Lucas dan Eckart tersenyum tipis melihat kehangatan didepan sebuah aula dengan perapian cukup besar. Seorang gadis yang telah melepas mantelnya itu tengah bermain dilantai kayu tua rumah panti. Apakah setiap gadis memiliki pesona seperti ini saat berada disekeliling anak-anak? Lucas berdialog sendiri dengan batinnya, kemudian ia menggelengkan kepalanya saat suara halus Eve memanggil seseorang.

" Oh, Suster Keyra."

Gadis bersurai perak itu tersenyum menyapa sosok wanita yang beberapa hari yang lalu baru saja ia selamatkan, sebuah kebetulan yang lucu ternyata ia adalah pengurus panti ini.

" Oh, nyonya astaga saya berterimakasih atas beberapa waktu yang lalu." Kata Sang Suster sopan sedikit membungkuk yang langsung diangguki oleh Eve cepat akibat semangatnya yang membludak hari ini.

Lucas menaikkan sebelah alisnya bingung, " Ah dia adalah biarawati yang aku selamatkan beberapa waktu yang lalu." Eve berbisik rendah tepat ditelinga sang Duke yang justru merinding geli karena hembusan nafas Eve.

" Oh, mari Tuan dan nona saya antarkan berkeliling." Suster Keyra mempersilahkan kedua tamunya memasuki rumah lebih jauh, mereka melakukan tour kecil-kecilan. Beberapa kali mereka berhenti karena Eve membagikan roti jahe buruk rupa miliknya pada setiap anak yang ia temui. Terkadang mereka berhenti cukup lama karena berbincang dan berinteraksi dengan anak-anak, termasuk seorang gadis kecil yang familiar diingatan Sang Gadis Perak.

" Brooklyn!" Panggilnya pada seorang gadis yang tengah duduk sendirian diujung ruang baca yang tersambung dengan dapur kebetulan dirinya dan Lucas tengah tiba diruangan tempat menyajikan makanan bagi anak-anak.

" Nyonya perak." Gadis bernama Brooklyn itu terkejut hingga hampir meloncat dari kursi goyangnya. Eve tersenyum kikuk tak bermasud mengejutkan gadis kecil ini, ia memperhatikan Brooklyn yang hanya terdiam dan kembali sibuk dengan buku-buku dimeja samping kursi.

" Apa kau baik-baik saja?" Gadis kecil itu hanya mengangguk, Eve pun mau tak mau hanya menanggapi serupa.

" Kau tidak terluka ya kan?" kali ini Evelyna diacuhkan oleh Brooklyn yang masih membaca tiap baris dibuku. Tersenyum masam Evelyna yang merasa dirinya dipanggil Lucas beranjak berdiri, namun ia kembali ke tempat si gadis kecil untuk memberikan hadiah buruk rupa miliknya.

" Semua akan baik-baik saja, percayalah dibalik kegelapan disitu pasti ada setitik cahaya."

Evelyna tersenyum manis dan mengecup kecil pipi gadis berusia 8 tahun dihadapannya yang gempal , putih dan tampak seperti sebuah pao khas negeri seberang. Brooklyn merogoh sesuatu dari saku celana panjangnya, jepit indah berwarna perak ia pasangkan untuk menutupi helaian poni panjang Eve yang kini tersipu dan tersenyum sumringah.

" Terimakasih sweetie." Ucap Eve sebelum melambaikan tangan berjalan bergandengan tangan dan memamerkan jepitnya pada pria bermanik ruby.

****

Perjalanan menuju Ruddington memang cukup jauh sehingga saat mereka tiba hari telah kian gelap dan hal yang langsung Eve tuju adalah ranjang empuk kesukaannya. Gadis itu tersenyum lebar mengingat kenangan indah baru yang baru saja dicatatnya, kini ia telah berganti pakaian menjadi sebuah gaun panjang dan jubah tidur berwarna hitam yang tampak kontras dikulit porselennenya. Suara pintu terbuka membuatnya terduduk dan melambaikan tangan pada pria yang tak lain adalah tunangannya. Pria Asmodia itu baru saja selesai membersihkan diri dan mengganti setelannya dengan piyama berwarna burgundy.

" Kau akan kehilangan sendi-sendi dibibirmu jika terus tersenyum." Lucas menyusul Eve yang telah menggeser tempatnya masih dalam posisi terlentang.

" Kau harus melepas ini Eve, kau akan merusak rambut suteramu." Lucas menyentuh jepitan yang masih terpasang dikepalanya. Eve terkekeh tak menyadari jika jepit peraknya masih terpasang. Gadis itu melepas jepit itu kemudian menempatkan diri disamping Lucas, tangannya masih memandang jepit usang berwarna perak dengan taburan kilauan manik-manik. Ia mengusap pelan jepit kecil masih tersenyum kecil, namun senyumnya memudar saat ia merasakan sesuatu yang aneh pada permukaan jepit rambut pemberian Brooklyn. Ia kembali mencoba merasakan kembali setiap goresan disana.

" H..e..l...p..." Iris zamrud Eve terbelalak saat mengeja setiap goresan yang membentuk sebuah kata, gadis itu terlonjak hingga membuat ranjang berderit. Lucas pun terkejut hingga ia mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah dibacanya.

" Lucas, mereka..." Pria yang dipanggil itu duduk lebih dekat dan melihat apa yang tengah diamati iris telaga gadisnya, tentu saja ini hal mudah baginya manik rubynya menyipit tajam membaca huruf demi huruf yang diukir tak beraturan.

" ....Butuh bantuan." Sambung Lucas setelah ikut meraba permukaan jepit rambut ditangan mungil hadiah dari seorang gadis kecil dari panti asuhan, pertanyaan baru muncul dan kekhawatiran menelusup masuk ke relung hati mereka.

Apa yang tengah terjadi sebenarnya dipanti itu?