Chereads / Home of Ardor / Chapter 22 - CHAPTER XXII : SIMPTOM

Chapter 22 - CHAPTER XXII : SIMPTOM

Pintu coklat kayu tinggi nan kokoh itu terhempas diiringi derap langkah tegas yang segera menundukkan setiap kepala yang ada diruangan luas berisikan meja panjang dan hanya diduduki oleh empat orang lain bersetelan rapi berdiri menunduk memberikan hormat mereka kepada sang Pemimpin kaum sekaligus Duke dari wilayah Yorkshire itu menapakkan kaki ke dalam ruangan, dan langsung duduk kursi paling ujung memperhatikan setiap wajah ke empat kepala keluarga kaumya satu persatu.

Menelan saliva hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk meredakan kegugupan serta tekanan yang mencekik leher hingga pasokan oksigen terasa jauh lebih berkurang padahal ruangan seluas itu berisikan enam kepala saja. Salah seorang dari mereka duduk dengan gusar tangannya berulang kali ia tautkan dibawah meja selepas mereka mndapatkan hadiah natal mereka yang mengerikan.

Siapapun akan ketakutann jika menerima sekotak hadiah dibingkis kertas hitam berkilau dan berisikan potongan tubuh salah seorang mantan tubuh kepala keluarga yang baru saja meregang nyawa ditangan sang Pemimpin Kaum sebagai akibat kesalahan kelewat fatal yang ia lakukan.

" Jadi, terimakasih sebelumnya atas kehadiran kalian para kepala keluarga inti dari Asmodia yang setidaknya saya kira masih 'setia'pada rakyat Asmodia."

Menusuk dan jauh lebih tajam perkataan sarkas diiringi senyuman miring sang Pemimpin menjadi pembuka pertemuan mencekam disiang hari. Erudian yang berdiri disebelah kiri Lucas dapat melihat keterkejutan para kepala keluarga seolah nyawa mereka telah meninggalkan raga.

" Mohon maaf sebesar-besarnya , my Lord[1] namun apa yang anda maksud dalam kata masih 'setia' kepada kaum kita?" pria dengan potongan rambut klimis mencoba setenang mungkin mengajukan pertanyaan setelah sempat berhitung didalam hati guna meredakan debaran jantungnya.

Terkekeh seorang pria lainnya bersetelan burgundy menggelengkan kepala mencubit perasaan si pria klimis yang merasa tersindir akan kekehan yang merendahkan baginya, " Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya my lord, bolehkah saya menanggapi hal ini juga?"

Sosok yang dipanggil Lord itu mengangguk dan mengangkat sedikit dagunya memberikan jawaban melalui gesturenya. Pria pirang dengan tatapan gila itu berdiri dan membungkuk hormat berterimakasih.

" Bukankah sudah jelas telah terjadi yang fatal sesuatu hingga kita mengadakan pertemuan ini dan juga mendapat bingkisan dari my Lord? " ketiga orang yang lain hanya terdiam tak berani menanggapi ucapan yang bisa saja membawa leher atau bola mata mereka pada tangan sang Tuan Muda Castiello.

Berdeham pelan sebelum memulai satu-satunya wanita berperawakan tinggi nan kekar tersenyum sopan, " Tunggu apa yang anda maksud Tuan Blaxland? Kita semua pasti mengetahui kedua hal itu berhubungan namun apakah ini berarti termasuk dengan kata 'setia' yang My Lord sebutkan."

Lucas hanya masih memperhatikan kedua bawahannya itu, ia merasa ini akan cukup memakan waktu untuk menyampaikan setiap tanda yang telah muncul. Meskipun ia tetap tenang dan mempercayakan kepada ke empat kepala keluarga yang 'tersisa'.

" Nyonya Grey anda cukup cerdas ya memang, tepat sekali seperti yang ada dibenak kita semua mengenai hal yang berhubungan dengan nyawa serta kesetiaan juga kesalahan fatal yang dimaksud My Lod." Kepala keluarga Blaxland menjentikkan jarinya masih menatap ketiga rekannya yang lain dengan raut pucat pasi masih tak menginginkan jawaban benar dari hipotesa pria gila nan jenius disana.

" Pengkhianatan." Grey merasakan sekujur tubuhnya merinding menjalar hingga ke setiap pembuluh darahnya. Mungkin hal yang sama dirasakan kedua rekannya yang lain.

" Kalian juga melupakan sesuatu yang pernah ada namun hilang seolah tak pernah ada keberadaannya."

Pernyataan tambahan Lucas membuat mereka berempat memangku tangan berfikir maksud dari sang Castiello, memang mereka telah merasa ada suatu hal yangt terasa tak lengkap. Namun otak maupun memori mereka tak menemukan potongan yang hilang namun pernah ada itu.

Lucas mengetuk tangannya ke meja membawa sedikit gelombang kejut pada setiap orang yang ada disana bak tersengat petir bertegangan rendah. Pria berambut klimis memegang kepalanya yang tiba-tiba muncul sekelebatan memori yang ia rasa tak pernah ia lakukan bersama pria berambut abu panjang dan bekas luka jahit disepanjang tubuhnya.

Derit kursi bergerak terdengar satu-persatu, keempat kepala keluarga tak dapat berkata apapun saat mengerti apa yang dimaksud dengan pengkhianatan dan jika memang benar pria bersurai abu-abu ini adalah bagian dari mereka yang telah menghapus setiap jejak keberadaan mereka. Sebuah mantra tingkat tinggi yang seharusnya tak ada iblis selain iblis murni yang dapat melakukannya.

Selubung berwarna hitam tipis muncul tak begitu jelas tampak kabur dan telah melingkupi penjuru ruangan, Tangan Kanan Castiello ternyata memasang peredam tingkat tinggi yang berarti telah ada sejak keduanya memasuki ruangan. Dan jika pria itu memasang peredam artinya percakapan mereka berada ditingkat rahasia paling tinggi.

" Delmon dan pria ini telah berkudeta." Satu kalimat yang kembali membuat keempat kepala keluarga kembali terperanjat karena hipotesa mereka benar mengenai pengkhianat keduanya.

" Mereka berusaha merubah Asmodia dan menggulingkan Castiello. Dan hingga saat ini saya masih belum menemukan kepala yang tak lain adalah dalang dibalik berdua." Lucas mengetukkan jari-jari panjangnya ke meja membentuk irama ditengah suasana yang tegang.

" Namun apakah ada sosok yang mampu mohon ampuni saya my Lord karena mengatakan ini, me-melampui Tuan Castiello?" Dengan suara serak pria dengan setelan putih yang sedari tadi hanya diam memperhatikan bertanya tak percaya akan arti pernyataan sang Pemimpin.

Lucas memangku tangannya menatap lurus bibir tipisnya mengatup dan tersenyum tipis menimbulkan sensasi merinding, " Sepertinya ada karena kalian lihat sendiri bagaimana sosok ini mengontrol kedua rekan kalian bukan?"

" Lucas De Castiello bukanlah Dewa atau Tuhan wajar jika ada seseorang adidaya lain yang mampu melakukan ini semua." Tambah Lucas tanpa ingin meninggikan dan melebih-lebihkan kemampuannya sebagai sang Pewaris, bagaimanapun ia tetaplah sosok rendah hati.

" Tidak My Lord, menurut pandangan saya sekalipun ia adalah iblis murni. Tetap saja anda adalah putra dari beliau yang 'Agung' secara langsung. Seharusnya jika pun ia adalah iblis murni maka ia memiliki darah dari beliau atau mungkin..." Suara si pria bersetelan putih itu terhenti diseparuh jalannya setelah tawa kepala keluarga Blaxland tertawa keras iris nya berubah menjadi merah darah dengan sklera[2] berwarna hitam pekat.

" My Lord Castiello, tidak ada yang mampu menandingi kuasa anda jika memang benar maka terdapat beberapa kemungkinan lain selain yang disebutkan oleh Cattegirn." Blaxland berucap dengan nafas terengah, pria aneh nan gila itu menunjuk kearah si pria bersetelan putih yang mengangguk.

" Bisa saja mereka memang iblis berkemampuan tinggi namun memiliki kemampuan khusus dalam spesialisasi bidang tersebut." Lanjut Tuan Blaxland lagi dan mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba menenangkan dirinya yang hampir saja menaiki meja.

Wanita kepala keluarga Grey pun mengangkat sbeelah tangannya memberikan interupsi untuk mulai berbicara, " Apapun itu kita harus melakukan sesuatu agar Asmodia tetap aman tentu saja beserta keberadan Tuanku."

" Berhati-hatilah kalian mulai sekarang, perhatikan setiap cabang keluarga yang lain laporkan pada ku jika terdapat keanehan pada tindakan mereka. Atau hal terasa ganjal apapun itu."

" Lalu hal yang kedua adalah kebenaran Sang Oracle yang ternyata berada dipihak yang sama dengan kita dan Britania Raya." Lucas menunjukkan foto sang Tunangan yang baru saja ia ambil dari Erudian, tangannya memberikan selembar foto itu ditengah meja.

Keempatnya tentu mengetahui calon istri dari pemimpin mereka itu, terlebih mereka ada disana kala detik-detik Dewa Kematian Thanatos muncul ditengah area. Mengejutkan dan mencekamkan karena itu adalah moment yang langka bagi siapapun.

" Gadis ini akan berada dibawah pengawasan Asmodia, ayahnya Louis Scott Van Alen adalah seorang Viscount sekaligus mata-mata kita dengan nama samaran Owl."

Tersedak ludahnya sendiri, kini giliran kepala keluarga Cattergin itu bangkit dari duduknya terkejut karena fakta sosok yang kerap memberikan informasi padanya itu adalah seorang Viscount Britania Raya. Bagaimanapun yang ia ketahui adalah Owl seorang keturunan penyihir terakhir dalam spesialis mantra dan ia menyembunyikan jati dirinya dalam bayang seorang Viscount.

" Terkejut?" Tanya Blaxland menyunggingkan senyum menyebalkan.

" Louis memang pernah mengirimkan pesan terakhir padaku tepat sebelum kematiannya, ia tak mengatakan apapun hanya sebuah lambang yang ia tinggalkan."

Lambang angka delapan dalam posisi horizontal atau berarti infinity dimana berarti tak terbatas baru saja Erudian gambarkan dengan api merah diujung jarinya dan kini berada tepat disamping gambar gadis bersurai perak.

" Tuanku apa tuan mengetahui jati diri yang sebenarnya dari Nona muda selama ini?" wanita kepala keluarga Grey itu bertanya ragu tanpa memandang kearah manapun kecuali kedua tangannya yang saling menggenggam erat.

Pemimpin Asmodia itu terdiam beberapa detik sebelum menjawab dengan gelengan kepala.

" Louis menggunakan bantuan perjanjian Thanatos dan darahnya untuk menghapus ingatan serta menyegel kekuatan putrinya."

Mereka terdiam hingga derit kursi dipaling ujung tertarik membuat mereka berdiri menyilangkan sebelah tangannya didepan dada. Lucas mengangkat tinggi dagunya sebelah anting salib bermata ruby miliknya menyala bersamaan dengan cincin dijari telunjuk kirinya.

" Ini perintah, Lindungi kaum kita keluarga serta saudara dan saudari kita juga Sang Oracle. Bukan hanya karena ia akan menjadi pasangan dari Pemimpin kalian, namun karena kalian sendiri juga tahu bagaimana takdir kaum yang berada dibawah mata penglihatan Sang Oracle adalah mereka yang dibekati."

Keempatnya berlutut dan menunduk berpindah tepat disamping kanan sang Castiello, mereka memberikan kesetiaannya sebagai bentuk pertanggung jawaban serta cinta kepada kaumnya. Mereka mengetahui seorang Oracle yang tiba-tiba muncul setelah hampir 70 tahun menghilang kini berada disisi mereka terlebih lagi sosoknya bukan berasal dari makhluk immortal[3], bukan seorang berdarah elf, Asmodia, atau penyihir melainkan makhluk fana yang bisa saja kehilangan nyawanya kapanpun. Memanglah takdir yang dibawa para Oracle selalu terkutuk sekaligus penuh berkat, entah umur maupun kehidupannya yang menyakitkan atau kematian dan untuk Nona Muda mereka terlahir sebagai manusia dengan takdir Oracle adalah sebuah kutukan.

" Jangan berkhianat, berdusta atau bahkan muncul sedikitpun niat untuk menusuk kaum kalian sendiri. Jika itu terjadi maka kalian dilalap api hitam neraka, dan jika seseorang hendak mengambil alih diri kalian atau mencuri informasi apapun dari kalian-" Iris permata ruby Lucas mengkilat diiringi aura hitam melingkupinya.

" Bunuh diri kalian sendiri." Perintah terakhir dan mutlak dari mantra rantai perjanjian membuat keempatnya meringis kala merasakan leher mereka terbakar seiring dengan simbol pentagram kecil terukir dan menghiasi leher sisi kirinya. Hal yang sama dengan apa yang diterima kedua mantan kepala keluarga sebelumnya yang telah berkhianat.

" Yes My Lord."

******

Udara hangat dari perapian menyambut kepulangan sang Tuan Besar setelah memasuki Manor selepas kembali dari perjalanan dan perundingan yang cukup menguras tenaga otaknya memikirkan berbagai kemungkinan mencegah apa yang dapat merusak takdir kaum yang ia lindungi.

" Apakah anda yakin Tuanku hingga harus menggunakan cara yang mirip dengan mereka?" Erudian membantu melepaskan mantel hitam berkerah bulu kakaknya menyampirkannya dilengan sembari menyeduh teh hitam kesukaan sag pria Castiello itu.

" Kita tidak bisa bermain-main, meskipun hanya mereka yang dapat kita genggam ekornya untuk menemukan lebih banyak. Yang sekarang muncul dihadapan kita adalah sebuah tanda besar Eru." Lucas menyandarkan tubuhnya pada sofa beludru marron kesukaannya, mencoba merilekskan setiap otot dan persendiannya masih menjawab pertanyaan si Bungsu yang dipanggilnya Eru.

" Ini bukan lagi sebuah kebetulan jika Sang Oracle dan mereka muncul bersamaan, ini adalah tanda yang memiliki kemungkinan banyak hal. Sama seperti apa yang terjadi 70 tahun lalu."

Cangkir putih beraksen emas diletakkan dimeja tepat dimana sang Pria Castiello itu tengah beristirahat, keduanya terdiam dalam keheningan. Erudian sendiri hanya menatap kosong kearah derik ranting yang terbakar.

" Oracle adalah lambang dari kutukan serta anugerah, dua diantaranya pernah terjadi dan yang terburuk adalah 70 tahun yang lalu." Erudian menghela nafas memilih membaringkan tubuhnya pada sofa panjang beludru diruang kerja sang kakak. Bayangan masa lalu membuat bulu kuduknya meremang kala pecahan ingatan itu kembali,

" Kita sudah memiliki satu kutukan bukan? Menambah satu bukan hal yang buruk, entah hal apa yang tengah menanti Asmodia didepan sana hingga para Dewa memberikan Oracle fana kepada kita." Lucas menghela nafasnya kecil merasa cukup frustasi menjadi sosok yang harus membawa beban berlipat ini.

" Lihat saja sebentar lagi pasti akan muncul tanda yang lain dan membawa kita semakin dekat menuju takdir para Dewa sialan itu." Gerutu Sang Duke Castiello yang membuat Erudian justru terkekeh karena jarang melihat pemandangan sang kakak yang frustasi. Hingga kekehan kecilnya terhenti saat pintu kayu hitam ruang kerja sang Duke terketuk dan menampilkan pria pirang yang tak lain kapten pasukan Castiello itu diambang pintu.

" Saya ingin melaporkan sesuatu My Lord." Awal Eckart sedikit ragu untuk memulai laporan hari ini dikala mood sang Tuan Muda yang tak begitu baik, namun karena pria tersebut telah mengangguk menanggapi maka sang Kapten tak bisa lagi mundur.

" Nona muda baru saja membangkitkan kekuatan penglihatannya Tuanku." Eckart berfikir sejenak karena suasana yang kelewat hening mencipta tekanan luar biasanya baginya, sehingga sang Kapten terbatuk sedikit.

" Ia baru saja menyelamatkan seorang gadis kecil dari dua orang pria yang kami duga sebagai para pedagang budak pelacuran Tuan." Masih hening kedua Tuannya itu terlihat enggan menanggapi laporan sang Kapten.

" Dalam terpaut waktu setidaknya lima hingga sepuluh menit ia mendapat pandangan tentang tempat, serta kondisi korban." Frustasi, sang Kapten memilih hendak mengangkat kepala namun segera ia hentikan setelah terdengar helaan nafas kasar Tuan Besarnya itu.

" Lihat sudah kubilang, tanda itu muncul. Terimakasih banyak Wahai Dewa." Ucapan Lucas sarkas mengakhiri laporan Eckart yang hampir saja kehilangan nafas karena menahan diri untuk tak menghirup oksigen saking terkejutnya, sungguh Castiello memang gemar mengejutkan siapapun.

[1] Tuanku

[2] Warna putih pada bagian mata.

[3] Makhluk yang dipercayai sebagai mitos semata dan mereka abadi