Chereads / Home of Ardor / Chapter 21 - CHAPTER XXI : PENGLIHATAN PERTAMA

Chapter 21 - CHAPTER XXI : PENGLIHATAN PERTAMA

Derap langkah menuruni tangga cepat seorang gadis yang baru saja menginjakkan langkahnya dimanor Castiello yang kelewat megah itu berlari kecil. Gaun panjang berwarna putih gading diangkatnya sedikit, rautnya tampak sumringah bahkan senyum tak dapat berhenti terukir dipipinya. Beberapa pelayan yang dilewati berteriak mengkhawatirkan sang nona besar berlarian dilorong, bahkan menuruni tangga seperti hembusan angin, Helga pelayan yang sedisiplin dan cekatan sepertinya itu harus ikut berlarian dan berteriak.

" Astaga, ayolah cepat cepat Helga. Kau juga Medusa cepatlah!" Kedua orang yang dipanggilnya itu hanya terengah pasalnya mereka berlari sepanjang manor Castiello yang jauh lebih besar daripada mansion yang lainnya termasuk mansion utama.

Semuanya berawal saat Lucas dan dirinya tiba dimanor yang usianya bisa dikatakan sangat berumur dan masih tidak kehilangan keindahannya,. Sang Duke memutuskan memboyong sang gadis untuk tinggal bersamanya demi menjaga keamanan apalagi setelah kejadian seminggu yang lalu dimana pertunangannya berakhir dengan tragedi lain. Tentu saja setiap orang yang ada disaat kejadian kemunculan Thanatos melihatnya dan kabar bahwa calon istrinya seorang Oracle akan membawanya ke dalam pusaran berbahaya karena jika benar dari ingatan sebelumnya dan penjelasan si Wanita Ular, maka gadisnya merupakan target pengejaran bagi suatu organisasi. Belum lagi kudeta yang ternyata tengah dijalankan untuk menggulingkan Castiello dari posisinya akan semakin berbahaya.

Oleh karena itu Lucas pun benar-benar menyimpan gadisnya itu tepat berada disisinya, bahkan tak terkecuali untuk menetap dimansion Lorraine yang seharusnya juga termasuk sebagai tempat aman. Alhasil Manor megah nan kuno Castiello yang sudah seperti benteng bagi siapapun yang mengetahui keamanannya.

Manor sendiri masih terletak didaerah Nottingham dan berada diposisi yang strategis karena berada tepat dibelakang daerah pusat kehidupan salah satu daerah yang dekat dengan London. Bangunan yang berdiri kokoh dan masih memperlihatkan keindahan arsitektur bergaya Palladin[1] dimana terdapat pelengkung dibeberapa bangunannya dan disangga oleh pilar-pilar yang kecil maupun yang lebih besar. Membawa kesan kuno khas Romawi dan Yunani melekat pada sudut manor ini. Patung-patung indah ditaman pun menambah kesan elegan, meskipun kini hamparan salju tengah menutupi taman Manor namun siapapun akan terpana kala rerumputan beserta himpunan bunga-bunga mawar merah kembali merebak disana.

Hari ini pria berdarah Asmodia itu menjanjikan bahwa gadis bersurai perak itu akan pergi melihat-melihat sekeliling daerah kota-kota kecil karena batas Nottingham sendiri yang sempit, entah alasan apa yang membuat Asmodia dan Sang Duke memilih tempat ini sebagai pusat mereka biasanya berkumpul meskipun Yorkshire atau daerah tempat lainnya masih menjadi tempat dimana kaum para iblis ini membaur dengan manusia.

Evelyna mengenakan gaun berwarna putih gading yang tampak kontras pada kulit susu miliknya, rambut bak helaian sutera perak dibiarkan terurai. Lehernya yang tertutupi gaun berkerah tinggi dan mantel senada milik Lucas berwarna hitam berbulu agar memberikan kehangatan padanya cukup membuat pesona sang calon Duchess mendapat tatapan kagum nan terpesona sepanjang jalan saat kedua insan itu menyusuri jalanan bersalju kota.

Iris zamrud mempesona miliknya berbinar beberapa kali ketika memasuki satu persatu toko yang ada disana. Seperti salah satu toko roti yang ternyata penjualnya ialah kaum Asmodia dan telah menjadi toko kesukaan Madelyn sehingga saudarinya sendiri yang menyarankan untuk mengunjungi toko roti itu. Beberapa pasang mata tak henti-hentinya menatap kedua sosok yang tampak tengah melakukan kencan ala pasangan pada umumnya. Setelah mengincipi Welsh cake[2] keduanya berpindah tempat menuju perhentian selanjutnya.

Cukup lama mereka berjalan hingga tengah hari tiba, sebuah restoran didekat sungai Leen mengambil tempat dilantai dua yang langsung menghadap pemandangan indah sungai yang sebagiannya tertutup lapisan tipis es yang justru membuatnya seperti sebuah berlian yang tertimpa sinar mentari berkilauan.

Hidangan yang disajikan memang sangat memuaskan indra pengecapnya hanya saja pasang mata para bangsawan lain membuat eve seolah tak dapat menelan Shepherd's pie kesukaannya. Beberapa kali telinganya menangkap bisikan para lady yang berbisik rendah akan kabar burung mengenai dirinya yang merupakan sang Oracle.

" Apakah aku perlu menyobek mulut gatal mereka agar kau bisa makan dengan tenang?" Lucas masih berfokus pada Beef Whellington[3] miliknya, Evelyna menggeleng cepat dan tersenyum melanjutkan kegiatan menggunyah dan menelannya.

" Kemana kau ingin pergi selanjutnya?" memangku tangannya sejenak manik telaga Eve menerawang jauh mencoba berfikir dan berakhir dengan senyuman diikuti gelengan. Lucas menaikkan sebelah alisnya sembari meminum air dari gelas kristalnya.

" Aku sudah lelah bisakah kita kembali?" tentu saja sang Duke menyetujui bila itu keinginan dari sang gadis. Setelah makan siang yang cukup romantis itu selesai, mereka melangkah keluar meninggalkan restauran. Angin musim dingin begitu menusuk meskipun mentari telah bersinar, kedua tangan Eve memeluk tubuhnya sendiri sembari mengeratkan mantelnya, Lucas yang melihat gesture gadis disampingnya segera menarik tubuh Eve menjadi lebih dekat. Oh tak lupa dengan tangannya yang telah berada dibalik bahu mungil sang Lady.

Penamandangan yang jarang terlihat karena sang pemimpin Castiello ini tak pernah terlihat menunjukkan simpati bahkan kasih pada siapapun. Jangan lupa pandangan orang-orang yang kian intens dan terang-terangan melirik kedua sosok ini, semburat merah telah menyelimuti raut Eve yang bahkan semuala terasa hendak membeku tetiba terasa sangat panas.

Langkah mereka terhenti saat melihat Eckart dan Medusa tengah berjalan menuju arah mereka. Eckart memberikan salam pada keduanya, tangannya kemudian meraih sepucuk surat dari balik mantel yang menutupi seragam ksatria miliknya. Lucas membuka surat yang dibawa kapten pasukan itu, manik rubynya bergerak ke kanan dan kiri membaca setiap baris. Detik selanjutnya sang kapten hanya menunduk merasa menyesal harus mengganggu kegiatan kencan sang Tuan Muda bersama kekasihnya.

" Ada sedikit masalah diwilayah Yorkshire, apa kau bisa kembali terlebih dahulu bersama Medusa?" Lucas berucap pelan mencoba agar suaranya hanya dapat didengar oleh Eve sehingga ia memilih berbisik rendah ditelinga si gadis, namun ia makin merah padam karena suara bariton sang Duke kian terdengar seksi saat dirinya berbicara dalam tone[4] rendah. Berdeham sebentar sebelum mengangguk dan menyunggingkan senyum khasnya.

Kecupan kecil mendarat dipelipis si gadis bersurai perak, para wanita berteriak tertahan melihat Duke berhati baja itu dapat berlaku romantis.

" Jaga Evelyna jika kau tidak ingin lenyap." Titah Sang Duke pada wanita yang kini telah mengganti pakaian kurang bahan miliknya dengan seragam pasukan milik Eckart. Rambut ularnya itu sengaja ia mantrai menjadi rambut berwarna legam sebahu.

Wanita itu mendesah lega saat melihat pria mengerikan tadi telah berjalan memasuki kereta kuda didepan mereka, pandanngan Medusa kembali beralih pada sang nona yang entah kenapa justru berjongkok menutupi seluruh rautnya. " Nona ayo berdiri dan kembali ke manor."

Eve menggeleng pelan kemudian mengangguk, hidung mungilnya tampak memerah karena dingin. Iris zamrud itu bertatapan dengan sepasang mata legam abdinya, sementara Medusa mengernyit tak mengerti karena tatapan kosong sang nona. Wanita itu akhirnya berjalan mendekat dan membantu gadis itu berdiri, masih saja iris telaga sang nona tampak kosong ia melambaikan tangannya dihadapan wajah Eve.

Medusa hampir saja meloncat karena terkejut saat tiba-tiba tangannya telah ditarik dan mereka sudah berlari menyusuri jalanan licin kota. Beberapa kali memanggil sang nona mencoba menanyakan apa yang sedang terjadi hingga mereka harus berlari. Mereka berlari memasuki sebuah gang kecil dan menaiki tangga menemukan gang kecil yang lain, dan disanalah seoranng gadis meronta berusaha lepas dari dekapan dua orang pria bertubuh gempal.

" Diamlah gadis kecil, apa kau tidak merasa takut melihat temanmu itu yang sudah terbujur kaku karena membantah?" ucap pria gempal pertama, terdapat bekas luka panjang dimata kirinya.

Evelyna menatap cepat Medusa dengan gerakan mata memberi kode untuk segera menyelamatkan gadis itu, lagi-lagi wanita itu mendesah malas namun ia tetap berlari kesana memukul perut gempal sang pria hingga pria itu terbentur tembok dibelakang mereka.

" Apa kau tidak tau caranya bersikap sopan pada seorang gadis?" Medusa bertanya dengan sorot dingin, si gadis kecil yang menangis tadi kini berada dalam gendongannya. " Sialan untuk apa pasukan Castiello berada disini?"

Pria bertubuh gempal yang satu mengeluarkan pistol dan menembak cepat kearah wanita yang tengah mengganggu pekerjaannya. Menghindar dengan mudah seperti menoleh biasa, Medusa terkekeh tidak percaya seseorang berusaha menyakitinya menggunakan benda hitam bermoncong itu. " Ah, jangan bercanda aku sudah tak ada waktu dasar babi."

Hancur berkeping-keping, bagian tubuh pria itu berubah menjadi debu sesaat setelah menjadi batu diiringi suara jentikan jari Medusa menyusul. Senyum puas dan bangga wanita itu sunggingkan, ia berjalan melewati debu sisa stubuh sang pria, kedua tangannya menyodorkan gadis kecil bersurai pirang itu pada sang nona yang entah kenapa memasang wajah khawatir.

" Kau tidak apa-apa? Lalu bagaimana dengan mereka? Kita tidak boleh membunuh mereka bukan?" Eve menatap khawatir dua tubuh tak berbentuk disana, Medusa menggaruk pelan rambut hitamnya yang tak gatal. Eve menepuk jidatnya keras tak percaya Medusa akan membunuh seseorang secepat ini, lirikan tajam ia berikan langsung menusuk mata wanita dihadapannya yang hanya memalingkan muka.

Tarikan kecil pada sisi mantelnya membuat sang gadis beralih pada gadis kecil yang menatapnya penuh air mata. Dadanya merasa sesak melihat tubuh kecil lain diujung gang yang telah terbujur kaku.

" Apa kau baik-baik saja, gadis kecil?" tanya Eve lembut setelah hendak melepas mantelnya namun dihalangi Medusa yang lebih dulu melilitkan mantel miliknya pada tubuh si gadis kecil.

" Aku tak bisa merasa dingin kau tau nona." Sergahnya cepat membuat Evelyna tersenyum kecil menahan diri untuk tak mengeluarkan tawanya.

" A-aku ba-baik sa-saja ny-ny-nyonya." Ujar si gadis kecil ketakutan saat tanpa sadar mata mereka bertubrukan, Evelyan tekejut apa dirinya semenakutkan itu?

" Ekhem.. Ngomong-ngomong dimana rumahmu? Biarkan kami mengantarkanmu." Lanjut Eve lagi sembari menengok arah kanan kirinya dan meminta Medusa mengambil mayat gadis kecil yang lain. Gadis kecil itu menggigit bibirnya pelan hingga teriakan seorang wanita mengejutkan mereka.

"Suster Keyra!"

Gadis kecil itu menangis meraung-raung melihat seorang wanita yang berlari tergopoh-gopoh, kini keduanya itu tengah menangis sesenggukan saling mendekap menyalurkan rasa khawati dan takut. Eve tersenyum lega melihat gadis ini tidak sebatang kara.

" Joselyn astaga putri kecilku!" Wanita yang mengenakan pakaian biarawati itu menangis kala melihat tubuh kaku anak asuhnya. Ia mengambil alih tubuh gadis bernama Joselyn dari tangan Medusa, Eve menunduk terdalam ia terlambat datang sehingga gadis itu meregang nyawa.

" Maafkan saya karena saya te-terlambat menyelamatkannya." Evelyna berucap parau, ia membungkukkan tubuhnya memohon maaf. Sang biarawati segera menahan nona yang sepertinya merupakan bangsawan penting karena pakaian serta mantel mahalnya.

" Tidak sungguh nona, saya berterimakasih karena nona Brokelyn bisa selamat." Gadis kecil yang bernama Brooklyn itu mengangguk cepat dan langsung berlari memeluk kaki Eve, Eve tersenyum dan berjongkok untuk membalas pelukan si gadis kecil.

" Ini hanyalah takdir yang mungkin sudah Tuhan berikan pada Joselyn, setidaknya saya hanya bisa berdoa agar dirinya telah kedamaian." Biarawati tersebut tersenyum masam sembari mengusap pipi pucat gadis yang telah terbujur kaku, tangisnya telah pecah sedari tadi meskipun tak bersuara sama sekali.

" Apakah nona berkenan mampir ke tempat kami? Sa-saya akan sajikan sedikit roti, sup hangat dan coklat panas." Eve menggeleng pelan tesenyum, ia sudah pergi cukup lama, Lucas akan memerintahkan Eckart jika ia menghilang lebih lama dari ini.

Kedua sosok itu akhirnya melambaikan tangan masih menangis kehilangan gadis kecil yang kini telah terbungkus mantel Medusa dalam dekapan suster bernama Keyra itu. Dan selama didalam kereta Evelyna tak dapat berhenti menatap keluar, beribu pertanyaan muncul bagaimana bisa ia melihat kilasan yang tiba-tiba saja telah terputar diotaknya.

": Itu adalah penglihatan nona."

Seolah tengah membaca pikiran sang nona Medusa menjawabnya tanpa Eve harus mengeluarkan suara, wanita itu duduk berhadapan dengannya. Eve hanya terdiam menautkan kedua tangannya menatap sarung tangan hitam kulit miliknya yang sudah kotor terkena darah gadis kecil tadi.

" Sepertinya kekuatan nona sudah hampir terbuka seluruhnya."

" Memanggil Dewa Thanatos dan membuka kembali perjanjian kalian, lalu melihat penglihatan seperti barusan, meskipun sepertinya perlu waktu yang cukup lama."Evelyna masih mendengarkan seksama penuturan abdinya itu.

" Kelak nona akan bisa melihat semakin jelas, bahkan dalam rentang waktu makin singkat. Lalu kelamaan nona akan dapat melihat kejadian yang jauh lebih besar baik melalui mimpi bahkan ketika nona sedang terbangun."

Eve menyandarkan tubuhnya pada sandaran empuk sofa kereta, kepalanya pening saat segalanya kembali ke tempat yang seharusnya. Baik, ingatan, teka-teki yang muncul, bahkan takdir terkutuknya.

" Apa semua Oracle begitu?" Medusa menutup matanya menjawab dengan anggukan, dan memilih menjatuhkan pandangannya menuju pemandangan hamparan pohon disepanjang jalan.

" Nona, ini semua akan tetap saya laporkan pada Tuan." Evelyna segera duduk tegap dengan raut terkejut dan khawatir, tak bisa membayangkan bagaimana reaksi tunangannya itu nanti. Gadis bersurai perak itu menggenggam tangan wanita dihadapannya lalu menatapnya memohon.

" Tidak , nona saya masih ingin hidup. Dilenyapkan itu bukan pilihan saya." Bantah sang wanita tegas tak ingin terbuai tatapan memohon dihadapannya. Berulang kali dirinya bertanya, mengapa para Dewa menurunkannya pada tuan yang merepotkan seperti Eve.

[1] Gaya arsitektur Eropa yang berasal dari dan terinspirasi oleh desain arsitek Andrea Palladio (1508–1580) dari Venesia.

[2] Kue khas daerah Wales

[3] Hidangan khas Inggris yaitu daging tenderloin utuh yang kemudian dikukus dan dipanggang

[4] Nada